Mohon tunggu...
Ibnu Akbar
Ibnu Akbar Mohon Tunggu... -

Saya suka film, saya suka buku!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Dark Shadows"

20 Juni 2012   06:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:45 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Quartet ala Burton lagi-lagi menyuguhkan film baru dengan karakteristik Burton yang khas. Hampir segala sesuatu dalam film ini bisa dibilang 'Superb'. Yup... Like I said before 'hampir'. Mari saya jabarkan keunggulannya dulu. Yang paling mengagumkan adalah suguhan lagu dari Danny Elfman. Ooohhh... Apa jadinya film gothic ala Burton tanpa sentuhan Elfman. Sountracknya... Oooh God... Keren anjrit! Country rock n roll taun 70an. Ok selain Ambilkan Bulan, saya akan kejar OST Dark Shadows. Selanjutnya... Jajaran pemain papan atas yang superb sudah pasti didukung dengan akting fantastis dari semua pemain. Eva Green, you're stole my heart with your 'bitches' behavior. Chole Mortez hoho... gak nyangka bisa juga kaya gini. Komikal ala Depp tetep diperlihatkan secara maksimal. Visualisasi. Apa yang bisa diharapkan dari visual gothic vampire witch era 70an dengan rock n roll bola disko? Jangan lupakan desain Collinwoods Castle, costume abad 18 hingga taun 70an dan make up yang sangat pas. Terutama ending film ini ketika Eva Green mengingatkan kembali akan film Death Becomes Her dengan perpaduan Meryll Strip dan Goldie Hawn. Keren! Komedi: hehehe.... Apa jadinya ketika lo tidur selama hampir 200 tahun dan bangkit lalu lo harus beradaptasi dengan kondisi saat itu? Mungkin juga lo akan mengira huruf 'M' yang super besar merupakan lambang dari sang Memphistopeles. Hehe... So, apa yang buruk? Apa yang membuat film ini bahkan menurut saya, lebih menyukai Alice in Wonderland. The fact its walaupun dengan premis cerita Dark Shadows sebelumnya dari soap opera, tv series dan film. Film ini memiliki storyline yang sangat lemah. Saya ingin sekali mem'bejek' penulis naskah juga editor scene by scene di film ini! Terlalu banyak adegan yang "loh kok tiba-tiba langsung begini? Kok tiba-tiba dia begini?". Adegan yang terlalu tergesa-gesa, pemotongan scene by scene yang aneh walaupun dengan alur yang mudah diikuti, yang membuat film ini kehilangan arah. Untuk memulai endingnya malah terlihat aneh, terlalu cepat, kurang pas. Walaupun begitu tetap disajikan oleh Burton dengan apik. So far this movie its worth to watch! Sebenarnya kalo saya pikir film ini cocok tayang di bulan Oktober-November. Karena summer movies itu identik dengan film menghibur yang bisa ditonton oleh banyak orang ketika menikmati liburan sekolah. Tapi film ini sangat segmented + dengan rating D (dewasa). Overall 3,5/5 Ekspektasi saya terlalu tinggi, sudah seharusnya Burton melihat kembali film-filmnya yang dulu dan membuat film dengan storyline yang mantab. Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun