Mohon tunggu...
Hesty Aisyah
Hesty Aisyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

still learn n learn..

Selanjutnya

Tutup

Money

Jawaban Atas Kerisauan Para Pengusaha Kredit Mikro ,Versi : Saya Sendiri

15 April 2014   03:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:40 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Alkisah di sela-sela penelitian yang saya lakukan dengan beberapa rekan saya di sebuah daerah provinsi Sumatera Barat, tepatnya Kabupaten Tanah Datar. Saya sempat melakukan semacam sesi indept interview diluar ekspektasi tugas penelitian saya, dengan beberapa para stakeholder Usaha Kecil Mikro di kawasan tersebut. Awal mulanya saya yang sempat terkesan dengan pemandangan kiri kanan saya yang selalu didominasi dengan hamparan sawah yang begitu luas dan juga perkebunan yang sangat berjubel suburnya. Dan disana pun saya berkeyakinan bahwa perekonomian masyarakat di kawasan ini pasti tergolong konstan dan stabil. Tapi ternyata asumsi saya tidak sepenuhnya benar, karena kebanyakan lahan tersebut tidak dimiliki (lagi) oleh warga asli disana, mayoritas mereka telah menjual ladang dan lahan mereka kepada pihak lain dengan nilai yang tergolong fantastis (bagi mereka tentunya). Sungguh sangat ironis, mereka seperti telah kehilangan harapan dalam membangun daerahnya sendiri di tangan mereka. Mereka malah menggantungkan harapan masa depan mereka kepada pihak yang notabene bukan warga pribumi. Mereka hanya merasa cukup terpuaskan dengan obat lelah yang kalau menurut saya sangat tidak sebanding dengan sebuah harga investasi yang telah mereka lepaskan begitu saja. Usut punya usut, ternyata warga di daerah ini merasa praktek ekonomi pasarlah yang menjadi dalang dibalik keresahan mereka dalam berpartisipasi dalam pembangunan perekonomian wilayahnya. Salah satunya adalah : mereka merasa sulit memperoleh pinjaman modal dari pihak bank. Jangan kan untuk meminjam belasan juta rupiah,  setengah sampai 1 juta pun sulit bagi mereka untuk mendapatkannya. Dan ketika saya tanyakan penyebabnya, ternyata ketiadaan jaminan lah yang menyebabkan pihak bank enggan meminjamkan modal kepada calon pengusaha UKM ini. Lalu saya bertanya, apakah memang tidak ada sumber pendanaan investasi lain selain Bank Swasta atau Bank Pemerintah yang memang sistem kreditnya agak njelimet. Bagaimana dengan BPR yang sudah bertebaran di wilayah-wilayah pelosok sekalipun dan yang lebih mementingkan rakyat kecil pastinya. Dan dari jawaban mereka, ternyata hampir sama saja. Sistem kredit BPR memang tidak serumit bank-bank lain, tapi tetap besar bunga kreditnya masih memberatkan mereka. Dan setelah beberapa menit melewati sesi interview tadi, saya mencoba memberikan sedikit keterangan kepada mereka tentang sistem kerja Bank yang mereka bicarakan tadi. Tentang mengapa bank  tidak meminjamkan uang mereka semudah itu ke nasabah atau calon kreditur, berharap jawaban saya menjadi obat keresahan walaupun sedikit, Kurang lebih beginilah jawaban saya saat itu : Menilik dari cerita mereka, penyebab utama dari keenganan bank dalam meminjamkan uangnya adalah tidak adanya barang jaminan yang bisa diberikan dari warga. Tidak hanya bank atau badan usaha kredit lainnya, kitapun jika mau meminjamkan barang kita atau uang kita kepada orang lain pasti akan memastikan dulu apakah uang kita bisa kembali atau tidak. Kita pasti pelajari dengan baik, apakah sekiranya si peminjam ini akan mampu membayar uang pinjaman mereka kelak. Toh, kita sebagai pemberi pinjaman pasti akan takut kehilangan uang kita. Nah, kalaupun tidak ada..pertimbangan selanjutnya adalah dengan memberikan atau memperlihatkan barang jaminan yang akan menjadi jaminan nantinya kalau seandai kata si peminjam tidak sanggup membayar pinjamannya. Itu adalah hal yang logis dan sangat lumrah sekali. Apalagi BANK, bank harus bisa meyakinkan uangnya kembali dari para kreditur karena ada neraca kewajiban dari penabung atau nasabah lain yang menjadi sumber dana yang dipinjamkan bank tersebut. Dan yang kedua menurut saya alasannya adalah karena pihak bank memiliki kewajiban untuk melindungi penabung/ calon penabung baik skala kecil atau besar. Terlebih yang skala kecil, karena seburuk buruk perandaian ketika nanti usaha mereka tidak semaju yang mereka pikirkan, padahal mereka sudah meminjam modal sekian rupiah, dan akhirnya apa yang terjadi? mungkin mereka akan jatuh dua kali. Sudahlah rugi, modal tidak balik, kredit pun belum lunas. Ini mungkin faktor-faktor yang menyebabkan pihak bank lebih berhati-hati meminjamkan dana nya kepada penabung. Walaupun saat itu saya belum berhasil memberikan solusi kepada mereka. Saya sangat berharap sekali lagi agar pemerintah lebih concern kepada seluruh rakyat tanpa ada gap dimana-mana, menjalankan kebijakan yang sudah dibuat untuk mempermudah pengusaha kecil mikro kita dalam mensejahterakan hidup mereka dan keluarganya. salam, Hesty Aisyah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun