Mohon tunggu...
Hendra Rachman
Hendra Rachman Mohon Tunggu... -

AKu orangnya simpel, ga neko-neko hoby makan, dengerin musik, nonton filem, nyanyi, nari juga dan yang paling aku sukai adalah tidur........

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Anjing

6 November 2010   06:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:48 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teater ANJING

(aku tak ingat siapa penulisnyanya...)

AKU dulu pernah perankan tokoh anjing dalam teater ini saat aku baru diresmikan menjadi mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah FBSS UNP tahun 2002 lalu.

.....tapi aku tk ingat pasti jalan ceritanya....
kucoba kembali mengingat dan menulisnya dengan daya ingat yang ada.....
Teater ini akan ku coba tampilkan kembali p-ada tanggal 17 April 2010 mendatank dalam sebuah acara sekolah....

THE CELEBRATION OF THE 10Th GRADUATION OF HASANAH INTERNATIONAL SCHOOL....

DOAkan sukses ya.....

ANJING

Teater ini menceritakan tentang kehidupan sebuah keluarga sederhana yang mendapatkan seorang anak yang memiliki keterbelakangan. Dengan keadaanya yang seperti itu, seharusnya dia mendapatkan perhatian yang lebih dari kedua orang tuanya. Tetapi sayangnya sang anak tak mendapatkanya. Apakah yang akan terjadi pada si anak. Apakah yang akan dilakukan dalam keterbatasanya itu?

Anak : (Berbicara dengan anjing)
Makan aku. Makan aku kamu ambil. Ini punya ku, ini punya ku. Weeeeeeeeek! (merebut
makanan anjing)
Ayah : Heh! Kamu jangan ganggu dia. Pergi sana. Ibumu di sana. (merebut kembali roti di
tangan anak)
Anak : (Kebelakang sambil menagis).
Ayah : (sambil mengelus anjing kesayangannya Apa kabar mu pagi ini? Kamu belum
sarapan ya? (sambil memberikan sepotong roti)
Kamu memang luar biasa. Hebat! Lihat saja kemarin. Kamu paling jago dibanding anjing yang lain. Kamu kuat, gesit,tangguh, dan bisa diandalkan dalam berburu.
Minggu depan kau siap-siap lagi untuk berburu.
Anjing : Menggonggong sambil menggosok-gosok manja setiap ayah bicara
Anak : Memperhatikan ayah dari belakang
Ayah : (berteriak) Ibu!! Mana kopi ku.
Hanya secangkir kopi, kamu lambanya minta ampun.
Ibu : (Dari belakang) bikin secangkir kopi itu tidak mudah. Asal bapak tahu. Airnya harus
panas. Harus mendidih.
Ayah : ah.!!! Ada saja alasan kau ini.
Ibu : Meletakkan kopi dengan kesal.
Ayah : Kenapa kau ini? Ada yang tak beres dengan mu?
Ibu : sadarkah bapak bertanya seperti itu? Bapak yang kenapa? Bapak yang tidak beres!
Bapak lebih sayang sama anjing daripada anak sendiri. Dia darah daging Bapak.
Anak Bapak.
Bapak : Dia bukan anakku. Dia itu anakmu. Urus saja sendiri oleh mu.
Ibu : Apa?? Bapak tega bilang begitu? Hanya karena dia tidak seperti yang lain? Begitu?
Bapak : Ooo... jelas. Apa untungnya dia bagiku? Lebih baik aku memelihara anjing ini dari
pada dia. Jelas Ada untungnya buatku. Paling tidak dia bisa menemaniku berburu.
Ibu : gila. Bapak memang sudah gila. Benar-benar gila. Tak kusangka ternyata ada ayah
seperti ini. Oh....Tuhan.......mengapa seperti ini?
(menjemput si anak lau keluar panggung)
Anak : Ikut dengan ibunya
Ayah : hahaha....kamu dengar istriku bilang apa? Dia bilang aku gila! Aku ini tidak gila.
Justru aku lebih waras dari pada dia. Karena aku tahu kau lebih berguna daripada
anakku makanya kau ku pelihara.
Anjing: MENGGONGGONG
Ayah : Ah....Sudahlah....setiap hari ribut soal anak bodoh itu. Bikin aku sakit kepala saja. Lebih baik aku tidur saja. (masuk ke dalam rumah)

Suasana menjadi sepi ketika si ayah sudah tidur. Si anjing pun juga ikut tidur. Dan entah apa yang ada dalam pikiran si anak. Si anak muncul dengan sepotong roti dan menghampiri si anjing.

Anak : Bangun. Ayo bangun. Aku juga mau tidur di tempat mu. Kalau kau mau bangun kau
ku berikan roti ini.
Anjing : Menggeram (meenggonggong kecil)
Anak : Aku tahu ayah sayang padamu karena kau tidur di tempat ini. Aku juga ingin ayah
sayang kepadaku. Makanya kita tukaran saja ya... biarakan aku yang tidur di
tempatmu. Mau ya..ya....ya..... (sambil menarik anjing keluar kandang)
Anjing : Menolak
Anak : Kamu tidak mau ya. Bagaimana kalau ku tukar dengan rotiku. Kamu mau tidak?
Anjing: Tetap tidak mau keluar.
Anak : Kamu nakal ya. (sambil melirik ke sekeliling dan nampak parang senjata berburu ayah di dekat secangkir kopi)
Kalau kamu tidak mau tukaran roti tidak apa-apa. Aku bunuh saja kamu dengan parang ayah. (menuju meja mengambil parangdan kembali ke kandang)
Kalau kamu sudah mati. Aku pasti akan di sayang ayah. Karena aku sudah menggantikanmu. Kamu jangan bilang ayah ya kalau aku yang bunuh kamu.
(mengakat parang membunuh anjing)
Anjing : Melolong panjang...............
Anak : (menyeret anjing ke luar dari kandangnya dan menggantikan posisi anjing)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun