Mohon tunggu...
Hasan Asyhari
Hasan Asyhari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis adalah mahasiswa jurusan Sosiologi, prodi Pend.Sosiologi Antropologi di UNP. Beliau saat ini aktif di berbagai organisasi internal dan eksternal kampus. dan juga aktif menulis baik di blog maupun koran lokal. Ingin tahu lebioh jauh bisa menghubunginya lewat no hp: 085272985628 blog: http://jejakpikiran.blogspot.com fb: asyhari_hasan@yahoo.com twitter: @Hasanasyhari27

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Alung dan PMR

20 November 2013   11:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:54 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Panas nian matahari siang ini. Alung dan teman-teman yang tergabung dalam Palang Merah Remaja (PMR) di SMA-nya berkumpul di sekolah. Mereka hendak bersiap-siap pergi ke tempat perkemahan. Kemah kali ini diadakan sebagai program yang sudah lama dijanjikan pembina PMR untuk murid yang mengambil pengembangan diri PMR. Pengembangan diri yang diadakan tiap hari sabtu itu dipandu oleh Pak Be.
Pak Be juga aktif di organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) kota Padangpanjang. Kemah itu diadakan di lapangan Minang Village. Dalam kelompok Alung ditugakan membawa satu buah kompor sebagai tempat masak di tendanya. Sedangkan anggota yang lain membawa perlengkapan tenda yang berbeda. Sembari menunggu kedatangan teman-teman yang lain Alung mengecek kembali barang bawaannya. Baju lapangan melekat di tubuh Alung yang kurus tinggi itu. Akhirnya, teman-teman yang ditunggu sudah hadir semua. Sebelum berangkat mereka diarahan terlebih dahulu.
Selanjutnya, merekapun pergi dengan dua bus lumayan besar. Panitia kebanyakan guru-guru, pembina PMR, pembina Pramuka saling bekerjasama demi berjalannya kemah yang akan mereka laksanakan selama tiga hari dua malam ke depan. Setiba di sana mereka langsung memasang tenda. Mereka bersama-sama mendirikan sembilan tenda termasuk tenda panitia. Bumi perkemahan Minang Village yang diselimuti dengan rimbunnya pohon menjadikan tempat itu amat dingin sekali apalagi pada malam harinya.
***
“Alung, yuk bantu tenda kami,” pinta teman-temannya.
“Iya, sebentar. Dikit lagi.” Balasnya sambil memegang batu kecil.
Alung selain jago merawat teman-teman yang pingsan saat upacara bendera. Ia pun dikenal sebagai sosok lelaki yang pandai dan lincah mendirikan tenda. Bekal ilmu PMR yang ia dapati sejak SMP memudahkan Alung menerapkan ilmunya itu ke lapangan. Tenda, tak sembarang saja mendirikannya. Butuh ketelitian dan pemikiran yang handal agar tenda-tenda itu aman dipakai. Apalagi saat itu musim hujan. Tentu keamanan tenda harus terjamin demi keamanannya dan teman-teman.
Mentari senja pun mulai tenggelam menuju gelapnya malam. Setiap tenda sibuk dengan gemercik api kompor. Alang dan anggota kelompok tendanya sibuk mempersiapkan makan malam. Ada yang masak air, masak nasi dan sebagainya.
“Akhirnya nasi dan sambal masak juga,” ucap salah seorang teman perempuan Alung.
“Wah, saatnnya makan.” Serbu teman-teman Alung laki-laki dengan suara sorak.
“Iya, iya sabar.” Balas perempuan berambut panjang itu.
Merekapun makan bersama bak sebuah keluarga baru bagi mereka. Kekompakan dan keakrabanpun terlihat ketika diantara mereka saling bergantian mengambil nasi dan sambal yang berada di hadapan mereka. Sama rata dan sama rasa itu yang terjadi pada kelompok tenda Alung.
Malam itu tidak banyak kegiatan yang mereka lakukan. Cuma pasang tenda, mandi, shalat maghrib dan makan malam serta istirahat tidur.
***
Keesokan harinya, mereka ditugaskan untuk mencari tanaman obat-obatan. Tiap-tiap kelompok juga sudah dipilih ketua kelompok masing-masing. Alung sebagai ketua kelompok 3. Ia dan teman-teman sekelompok mencari tanaman ke bagian bawah tempat perkemahan mereka. Hampir berada di ujung kawasan itu. Mereka pun mendapati sepucuk daun yang agak aneh bentuknya. Tidak seperti daun biasa. Daun ini menyerupai daun singkong namun berduri tajam. Bak kena sengatan listrik, jika dipegang bisa membuat tangan luka sekejap. Akhirnya, saat presentasi hasil tanaman yang didapati masing-masing kelompok. Alung mewakili teman-teman kelompok 3 menjelaskan tentang sepucuk daun aneh yang ia dapati di sela-sela pohon pinus. Setelah dipresentasikan, tiba-tiba ia mendapat apresiasi dari guru-guru dan teman-teman yang berada di hadapannya saat itu.
“Selamat Alung dan kelompok 3. Sudah berhasil menemukan daun ini,” Tangkas Pak Be. Ternyata daun yang mereka dapati adalah daun yang sangat langka dan sangat dicari-cari dalam dunia medis. Kandungan yang ada dalam daun itu bisa menyembuhkan ribuan penyakit dalam tubuh manusia. Sungguh hal yang menyentuh jiwa. Tak terbayangkan oleh Alung dan teman-temannya mendapatkan apresiasi yang tinggi dari Pak Be.
Pada malam harinya, tiap kelompok adalah acara hiburan. Tiap kelompok diminta menampilkan hiburan seperti nyanyian, tarian, drama dan sebagainya. Kelompok Alung mengambil drama. Mereka berusaha latihan sekilat petir. Tak tahunya, pas penampilan kelompoknya juga juara satu. “Alhamdulillah Ya Rabb,” ucapnya dalam hati. Waktu pun berputar menuju jam 23.00 WIB. Seluruh siswa diminta untuk berjalan mengelilingi bumi perkemahan dengan jalan berpasangan. Saatnya giliran Alung dengan Beni pasangannya. Mereka pun mulai berjalan. Ketika separuh jalan tiba-tiba bulu kuduk mereka merinding. Bunyi binatang malam membuat mereka menggigil ketakutan. Namun, apa daya mereka harus berani. Masih hangat di benaknya, sebagai anggota PMR harus berani kapan dan di manapun mereka berada.
***
Biodata:
Penulis bernama Hasan Asyhari. Mahasiswa UNP ini lahir di kota Padangpanjang, 27 Februari 1992. Tulisannya sudah ada yang dibukukan dalam berbagai Antologi seperti Antologi Cerpen “Pesona Odapus”, Antologi Puisi “Kejora Yang Setia Berpijar” kedua-duanya terbitan FAM Publishing, 2012. Ia memiliki akun Fb dengan nama HASHAN ASYHARII dan Email: asyhari_hasan@yahoo.com. Penulis beralamat di Desa Baru No.23 RT.14 Kel.Tanah Hitam, Padangpanjang, SUMBAR 27112.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun