Mohon tunggu...
Hasan Asyhari
Hasan Asyhari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis adalah mahasiswa jurusan Sosiologi, prodi Pend.Sosiologi Antropologi di UNP. Beliau saat ini aktif di berbagai organisasi internal dan eksternal kampus. dan juga aktif menulis baik di blog maupun koran lokal. Ingin tahu lebioh jauh bisa menghubunginya lewat no hp: 085272985628 blog: http://jejakpikiran.blogspot.com fb: asyhari_hasan@yahoo.com twitter: @Hasanasyhari27

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dipanggil Pak Irsyad!

13 Mei 2014   15:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:33 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Panas hari ini membuat tubuhku yang kurus kerontang kehilangan imajinasi. Setiap hari selalu dihantui oleh ketakutan dan kecemasan yang tak berarti. Kisah kemarin  membuat hati sakit tak ingin datang kembali.

“Sumpah..sakit sekali perasaan ini!” ucapku dengan kesalnya. Wajah pun mulai pucat menghadang ketertawaan teman-teman. Semangat untuk membalas cercaan teman-teman pun sudah mulai luntur.

Sejak suara ini diserang emosi perasaan, pikiran pun sudah mulai pecah dibuatnya. Rosa, nama yang akrab dipanggil oleh dosen dan teman-temanku di kampus tempatku menempa pendidikan srata satu.

“Ros..ros,” kata Reni teman selokal ku.

“Ada apa Ren?” balasku dengan penasaran.

Aku yang sedang berada di kantor jurusan Sosiologi hendak menemui salah satu dosen terpaksa ke luar dari kantor yang dipenuhi para mahasiswa yang akan ujian skripsi.

“Kesini sebentar Ros!” perintahnya.

“Ya, ada apa?” tanya Reni sambil memegang buku Sosiologi Pendidikan yang akan aku berikan kepada salah satu dosen.

“Tadi Pak Irsyad, pembantu dekan 3 menyuruhmu ke ruangannya sekarang.”

“Apa..Pak Irsyad??” kataku dengan suara terkejut.

“Ia, beneran!!” ungkap Reni.

Dengan gegasnya aku menuju ruang pembantu dekan 3 yang cukup memakan tenagaku. Gedung tingkat tiga harus ku lewati dengan berjalan menaiki anak tangga yang puluhan jumlahnya.

“Tok,tok,tok!” bunyi ketukan tanganku.

“Assalamu’alaikum!” ucapku dengan suara agak cemas.

“Wassalamu’alaikum. Ya, silahkan masuk!” izin Pak Irsyad.

Pak Irsyad yang sedang melototi monitor di depan matanya. Ia pun mulai melirik Rosa yang sudah duduk rapi di hadapannya.

“Anda sengaja saya suruh ke sini, karena anda akan saya beri sebuah tantangan,” terangnya dengan wajah santai.

“Tantangan apa Pak?” jawabku.

“Anda mendapat tantangan mengikuti Lomba debat bahasa Inggris tingkat Mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta,” terang Bapak berkaca mata itu.

“Saya tidak bisa Pak!” balasnya dengan pelan.

“Tidak bisa kenapa?” Tanya balik Pak Irsyad.

“Saya belum pernah ikut lomba Debat Pak. Takutnya mengecewakan Bapak, fakultas dan Universitas kita Pak,” jawabku dengan nada segan.

“Bapak tak butuh alasan itu. Yang penting kamu harus mempersiapkan diri. Untuk segala biaya fakultas yang akan nanggung,” sanggahnya dengan tegas.

Bertambah cemas lah aku karena ini amanah besar untukku. Apalagi ini iven pertama yang aku ikuti di bangku kuliah. Memang waktu SMA aku pernah ikut lomba debat berbahasa inggris. Namun, sudah agak lupa-lupa dibandingkan dengan masa sekarang. Karena kurangnya practice. Jika tak menang aku pun yang segan. Sementara aku juga harus berupaya agar akreditasi terhadap universitasku bertambah baik.

***

Dua hari setelah berbagai persiapan aku lakukan. Akupun bersiap untuk berangkat menuju Bandara Internasional Minangkabau. Kepergianku yang ditemani dua orang teman dan satu orang dosen pendamping memberikan warna baru bagiku di bangku perkuliahan ini. Iven tingkat nasional harus aku jelajahi demi menjalankan amanah lomba debat mahasiswa berbahasa negeri orang itu.

“Alhamdulillah, akhirnya sampai juga,” ucapku dengan rasa syukur.

Pesawat Lion Air yang membawa diriku ke sana harus ku tunggu mendarat beberapa jam. Menaiki pesawat gratis, baru ini kurasakan. Terakhir sewaktu pergi ke tempat saudara laki-laki Ibu yang sudah dipanggil Tuhan.

Tempat penginapan yang disediakan panitia lomba debat akan kumasuki. Tak terbayang sebelumnya olehku akan pelayanan yang diberikan oleh mahasiswa-mahasiswa yang sebagian besar panitia dalam iven tingkat nasional itu. Betapa tidak, saat kami datang sambutan yang luar biasa dari mereka.

Hal itu terlihat ketika beberapa orang mahasiswa cewek memeluk saya hendak masuk ke dalam tempat penginapan. Sungguh sambutan yang luar biasa. Yang jarang sekali kutemui. Kami yang datang berempat semuanya cewek menginap di ruangan yang sama. Namun, dosen pendampingku menginap di ruang yang berbeda. Khusus dosen-dosen yang mendampingi mahasiswa lomba debat.

Hari esoknya. Lomba debat pun dimulai. Lomba itu dibuka langsung oleh Menteri Pendidikan Nasional RI.Ketika cabut lot aku pun mendapat urutan kedua. Lomba debat berbahasa Inggris versi one by one ini menjadikan hati yang semula tenang kembali goyang. Rasa tak sanggup untuk menjadi orang kedua dalam debat membuatnya agak pasrah.

Namun, berkat support dua orang teman dan satu orang dosen pendamping membuat perasaan tadi menjadi normal kembali. “Bismillahirramanirrahim,”ucapku dalam hati. Dengan menyerahkan diri kepada sang khalik. Alhasil aku bisa melumpuhkan lawanku dengan berbagai opini yang aku keluarkan. Hingga final pun aku mampu menyaingi puluhan mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia ini.

Juara pertama akhirnya aku raih. Betapa senang sekali hati ini. Betapa tidak, secara keseluruhan mahasiswa-mahasiswa yang ikut lomba debat adalah mahasiswa-mahasiswa pilihan yang sudah beberapa kali ikut lomba debat berbahasa inggris. Sedangkan, aku baru satu kali itupun waktu masih sekolah. Ratusan ucapan selamat kuterima. Baik secara langsung maupun melalui pesan singkat di telepon selulerku.

Setelah ku sandang predikat juara pertama. Akupun mendapat tabungan yang lumayan besar nominalnya. Buku-buku dari sponsor, plakat, piagam penghargaan, trophy hingga kesempatan untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri pun aku sabet. Setelah penyerahan hadiah aku, dua orang teman dan satu orang dosen pendamping segera meninggalkan tempat itu menuju tempat penginapan untuk mengambil segala perlengkapan yang dibawa. Kami pun menuju bandara Soekarno Hatta.

Kami harus cepat-cepat pulang karena esoknya adalah hari pertama ujian akhir semester. Ujian yang dekat dengan waktu lomba tak membuatku terlalu panic. Karena sebelumnya aku juga telah belajar. Palingan malamnya tinggal ngulang mana yang lupa-lupa saja.Alhamdulillah dua jam lebih dalam pesawat kami pun sampai di Padang.

***

Ujian hari pertama pun dimulai. Alhamdulillah dua ujian mata kuliah teori dapat kuselesaikan dengan tenang. Tak terlalu ambil panik apakah jawaban yang aku jawab benar atau tidak. Karena aku sudah mempersiapkan diri untuk ujian sebelum berangkat ke Jakarta. Setelah ujian usai aku pun mendapat ucapan selamat dari teman-teman dan dosen-dosen. Tak hanya itu. Pak Irsyad, pembantu dekan 3 yang merekomendasikan aku untuk ikut loma memanggilku ke ruangannya.

“Assalamu’alaikum!” kataku ketika memasuki pintu Pak Irsyad.

“Wa’alaikumusalam..” jawab Bapak itu.

“Wah, selamat ya Rosa!” ucapnya dengan nada gembira.

“Iya Pak, sama-sama Pak” balasku sambil tersenyum.

Setengah jam lamanya aku bercakap dengan Bapak yang selalu memakai baju kemeja panjang lengan itu. Aku pun keluar dari ruangan berpendingin itu dengan hati riangnya. Sebab Pak Irsyad juga memberikan reward kepadaku.

Sangat bahagia diri ini. Rasa cemas yang menghantui diri sudah terpecahkan setelah pengumuman pemenang lomba debat oleh dewan juri dalam lomba itu. Dari hal itu aku bisa mengambil pelajaran jangan menyerah sebelum perang. Dan aku harus selalu percaya akan kemampuan diri sendiri. Terima kasih Tuhan!

*Cerpen di atas pernah dimuat dalam Koran Singgalang Minggu (Koran dari Sumatera Barat)

Biodata:

Penulis bernama Hasan Asyhari. Ia lahir di kota Padangpanjang, 27 Februari 1992. Sekarang penulis sedang menimpa pendidikan SI tahun akhir di jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. Tulisan pertamanya yang dibukukan adalah Antologi Cerpen “Pesona Odapus” terbitan FAM Publishing, 2012. Dan Alhamdulillah, penulis sudah menulis lebih 12 tulisan yang dibukukan dan diterbitkan oleh berbagai penerbit lokal maupun nasional. Ia memiliki akun Fb dengan nama HASHAN ASYHARII dan Email: asyhari_hasan@yahoo.com. Penulis beralamat di Desa Baru No.23 RT.14 Kel.Tanah Hitam, Padangpanjang, SUMBAR 27112.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun