Mohon tunggu...
Fuad Hasan
Fuad Hasan Mohon Tunggu... -

Salam Damai\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kopassus vs Korlantas

8 April 2013   21:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:30 2216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengungkapan pelaku penyerangan Lapas Cebongan menjadi prestasi tersendiri bagi tim investigasi dari TNI AD yang dibentuk oleh KSAD. Namun, prestasi itu tak lepas dari jiwa ksatria 11 prajurit Kopassus yang mengakui tindakannya sebagai pelaku penyerangan dan siap bertanggungjawab atas tindakannya tersebut.

Sudah menjadi sikap yang tertanam dalam diri anggota Kopassus untuk berjiwa ksatria. Dalam himne Kopassus sendiri ada syair berbunyi “Prajurit Komando berjiwa ksatria”. Jelas sekali kalau mereka ditekankan untuk memiliki sikap sebagai seorang ksatria, berani bertanggungjawab atas tindakan yang mereka lakukan apapun konsekuensinya.

Sikap ksatria tidak hanya ditunjukan oleh para prajurit pelaku penyerangan Lapas Cebongan melainkan juga ditunjukan oleh pimpinan tertinggi di korps baret merah, Danjen Kopassus. Sebagai Pimpinan tertinggi dia tidak lari dari tanggungjawab, justru Danjen Kopassus menyatakan siap bertanggungjawab atas tindakan anak buahnya, bahkan dia siap menukar kepalanya dengan hukuman yang dijatuhkan untuk anak buahnya. Inilah pernyataan Danjen Kopassus: “Jika boleh ditukar kepala untuk menjalani hukuman 11 anggota saya, maka Mayor Jendral TNI Agus Sutomo yang 5 tahun lagi akan pensiun, siap menggantikan hukuman mereka apapun itu. Sebagai bentuk pengayoman saya kepada Anggota saya.”

Lain halnya dengan Kopassus, Korlantas (Korps Lalu Lintas) yang sedang tercoreng wajahnya oleh tindakan anak buahnya karena menilang seorang bule asal Belanda di Bali dan mabuk-mabukkan di dalam pos polisi bersama sang bule, tidak ada satu pun pimpinan dari korps lalu lintas yang bersedia menyatakan siap bertanggungjawab atas tindakan anak buahnya. Seolah-olah para pimpinan tidak merasa bersalah ketika ada anak buahnya melakukan tindakan melanggar hukum. Padahal mereka sendiri adalah aparat penegak hukum.

Apa yang terjadi selanjutnya?? Aparat kepolisian di Bali justru malah membuat video sebagai tandingan video yang diupload Van Der Spek, Bule asal Belanda yang menjebak sang oknum kepolisian. Dari video tersebut sangan jelas terlihat kalau korps lalu lintas hanya melakukan sebuah pencitraan supaya korps-nya tetap terlihat bersih di mata masyarakat sebagai penegak hukum di jalanan.

Bagaimana rakyat tidak mendukung Kopassus yang melakukan penyerangan ke Lapas Cebongan sehingga menewaskan 4 preman yang selalu meresahkan masyarakat walaupun tindakan oknum Kopassus sebenarnya juga salah kalau dilihat dari kacamata hukum. Sedangkan aparat hukumnya sendiri malah menjadi preman jalanan yang siap menilang orang-orang yang kadang tidak bersalah dan uang tilangnya pun entah lari kemana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun