Mohon tunggu...
Haniffa Iffa
Haniffa Iffa Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan Editor

"Mimpi adalah sebuah keyakinan kepada Tuhanmu, jika kau mempunyai keyakinan yang baik kepada Tuhanmu, maka kau akan bertemu dengan mimpimu." #Haniffa Iffa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Kado Buat Emak

26 April 2015   12:34 Diperbarui: 28 Desember 2018   00:50 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gubuk tua ini menjadi saksi bisu tentang perjuangan emak dan bapak. Hanya ada angkring kayu di depan gubuk untuk bersandar. Dulu, bapak sering merebahkan badannya setelah menggarap sawah milik tetangga. Itu dulu, saat bapak masih setia menyapaku setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Setelah kecelakaan di negara tetangga saat bapak bekerja, aku hanya bisa mengingatnya dalam do’a-do’a terindahku. Ku yakin, Tuhan menjaga bapak di sana. 

Sekarang, aku hanya hidup bersama emak. Di tengah kehidupan yang sangat sederhana, emak selalu mengingatkanku untuk bersyukur. Tuhan akan menambah nikmatmu ketika kamu bersyukur, kata-kata mutiara dari emak itu selalu menghiasi benakku. Tak pernah ku lihat sedikitpun emak mengeluh dengan kehidupan ini. Apalagi, setelah bapak tiada, emak harus membiayaiku sekolah. Dengan hanya sebagai buruh tani, untuk mendapatkan sesuap nasi bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Tak jarang aku dan emak berpuasa. 

Setiap malam, emak berangkat ke sawah. Emak menggarap sawah milik tetangga yang upahnya tidak lebih dari Rp10.000 setiap hari. Keadaan yang serba sulit membuat kami semakin dekat dengan Tuhan. Mungkin dengan cara ini, Tuhan akan membuat kami bahagia.  Sambil berbisik, emak mencium keningku sebelum berangkat ke sawah. 

Nak, emak berangkat mencari ridho Allah dulu, jangan lupa tahajud,”

Setiap kali emak mencium keningku, aku selalu terbangun dan shalat tahajud, tentu saja setelah emak berlalu menutup pintu. Aku pura-pura terlelap dalam tidur karena tak sanggup menahan air mata ini. aku tak berdaya Tuhan, apa yang bisa aku lakukan untuk membantu emakku, untuk meringankan beban hidup kami berdua.

*******

Saat teman-teman menertawakanku karena seragam, tas, dan sepatuku sudah tidak layak lagi untuk dipakai. Untuk makanpun serba kekurangan, apalagi untuk membeli peralatan sekolah. Karena tak sanggup menahan air mataku, akhirnya aku mengadu kepada emak.

 “Nak, percayalah, Tuhan yang akan memelukmu ketika mereka semua menertawakanmu,” kata emak sambil memelukku, lalu kami terlelap dalam sujud-sujud panjang yang bersenyawa dalam naungan Ridho-Nya. 

*******

Hari ini adalah pengumuman beasiswa siswa berprestasi. Emak selalu berpesan padaku untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Tuhan yang membuat semua ketidakmungkinan itu menjadi sebuah keajaiban. Aku masuk peringkat pertama paralel dari sebelas kelas, masing-masing satu kelas terdiri dari empat puluh lima siswa. Aku bersyukur, ku simpan amplop kecil berisi beasiswa itu dan ku masukkan dalam tas. 

*******  Ku letakkan amplop itu di atas mukena emak, sebentar lagi emak pulang dari sawah. 

Ku mengintip dari balik pintu. Tatapanku hanya menuju padanya. Diam-diam ku perhatikan emak membuka isi amplop itu dan perlahan mulai membacanya. Perhatianku masi tertuju padanya. Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Aku pun tak sanggup lagi membendung jutaan kristal ini. Ku biarkannya mengalir deras. 

Perlahan ku buka pintu yang terbuat dari anyaman bambu itu. Ku berlari dari arah belakang dan memeluk emak erat-erat. Ku dekap erat malaikatku. Ku dekap erat penjaga hatiku, penjaga jiwaku. Senyumnya menyimpan sejuta harapan. 

“Sebentar lagi kamu ujian nak, prestasi ini jangan membuatmu lupa dan jatuh, kamu harus tetap rajin belajar, jangan lupa tahajud, Ilmu tanpa Allah tidak berkah nak!”, sambil membelai rambutku dan mencium keningku. Aku hanya bisa mengangguk karna lisan ini tak sanggup untuk berbicara. 

Setidaknya hari ini aku bisa melihat emak tersenyum. Aku bahagia, senyumnya mengembalikan semangatku untuk terus berprestasi. Rani sayang emak. Saat ini, tak ada yang bisa ku persembahkan selain isi amplop itu. Terimakasih Tuhan, dalam kesederhanaan ini, Kau anugerahkan aku malaikat tanpa sayap yang selalu menjagaku setiap waktu. Ku ingin membawanya terbang tinggi ke angkasa. 

Benar kata emak, Tuhan yang akan memelukku ketika mereka semua menertawakanku. Dulu, aku merasa Tuhan sangat tidak adil, namun ternyata, ada hikmah yang tersembunyi pada setiap kejadian. Rencana Tuhan memang jauh lebih indah dari apapun, dan pengadilan Tuhan jauh lebih tinggi dari hukum apapun. 



Sumber gambar : https://www.google.co.id/amp/s/hidupsimpel.com/kado-ulang-tahun/amp/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun