Seringkali kita mengeluh akan kehidupan yang kita jalani. Padahal bisa jadi orang lain tengah berharap mempunyai kehidupan seperti yang kita miliki. Lagi-lagi kita tidak mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Mengeluh, iri dengan kehidupan orang lain yang menurut kita lebih bahagia dari kita, serta tak jarang menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi pada kita. Lalu bagaimana dengan kata syukur itu?
Bersyukur, satu kata yang mudah diucap, namun tak jarang manusia sulit untuk menelaah maknanya. Bersyukur masih diberikan nafas hingga detik ini, bersyukur dihindarkan dari segala bencana, serta bersyukur masih diberikan kesempatan untuk beribadah kepada-Nya. Lalu pertanyaannya, sudahkah kita bersyukur hari ini? Ataukah masih mengeluhkan kehidupan yang kita jalani?
Sebuah syair lagu berbunyi, "dunia ibarat air laut, diminum hanya menambah haus, nafsu bagaikan fatamorgana, di padang pasir". Dunia hanyalah fana, tiada yang bisa dibanggakan, tiada yang perlu diperjuangkan mati-matian, dan tiada yang benar-benar bisa menemani kita di akhirat kelak melainkan amal yang sholeh. Karenanya, jika dunia masih menjadi satu-satunya tujuan kita hidup, alangkah baiknya jika kita bermuhasabah (instropeksi) pada diri kita.
Satu hal yang harus kita yakini adalah Tuhan tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Semua sudah ada porsinya masing-masing. Adil tidak harus sama, adil adalah memberikan kebutuhan sesuai dengan yang kita butuhkan. Yang paling penting adalah bagaimana kita mensyukuri semua yang diberikan oleh-Nya. Tuhan akan menambah nikmat-Nya jika kita bersyukur.
Lalu, sudahkah kita bersyukur hari ini? Mengeja hari per hari dengan segala kasih sayang-Nya. Bahkan Tuhan masih memberikan nikmat saat kita belum bisa sepenuhnya beribadah kepada-Nya. Dalam sehari ada 24 jam, berapa waktu yang telah kita utamakan untuk senantiasa mengingat-Nya? Lalu masih pantaskah jika kita mengeluh dan mengeluh jika Tuhan memberikan sedikit saja ujian-Nya agar kita tak berlama-lama jauh dari-Nya? Wallahu a'lam bisshowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H