Tiba-tiba aku terbangun dari mimpiku dan teringat dawuhnya (perkataannya) ibu, "wong wedok kui malati le, ojo sembrono, ojo sampek nglarani atine cah wedok, opo maneh digawe dolanan, ora becik" (perempuan itu bertuah nak, jangan gegabah, jangan sampe buat sakit hati seorang perempuan, apalagi dibuat mainan, tidak baik)
Astaghfirullahal 'adzim, berkali-kali aku mencoba untuk menenangkan diriku. Aku teringat saat-saat aku bersama Nafia. Apa yang sebenarnya telah aku lakukan Yaa Rabb. Di tengah lamunanku tiba-tiba ku dengar ada yang mengetuk pintu.
"Assalamu'alaikum bi", ketuknya pelan.
Ku jawab salamnya dalam hati, lalu ku hanya diam, tak ada yang bisa ku katakan padanya.
"Abi, ini Nafia", katanya lagi.
Air mataku bercucuran entah mengapa.
"Abi, Nafia masuk yaa"
Nafiaku membuka pintu dan masuk ke dalam kamar.
"Kok lampunya belum dinyalakan bi, ini kan sudah malam bi"
"Biarkan saja," jawabku lantang.
Aku tak ingin dia melihatku basah dengan air mata.
Mendengar jawabku demikian, lantas dia diam dan ku dengar langkah kakinya keluar dari kamar.