[caption id="attachment_90092" align="alignleft" width="300" caption="ngopy dari mbah google"][/caption]
Sebut saja Iraha. Siswa baru kelas 7 b pindahan dari salah satu pesantren di Surabaya, kepindahannya dari pesantren tersebut karena tidak betah dan jauh dari orang tua. Akhirnya mulai awal bulan lalu Iraha sudah mulai sekolah di SMP tempat saya mengajar. Awal masuk hingga minggu ke 2 tidak ada keluhan yang berat sama sekali dari guru-guru hanya tutur katanya yang kurang sopan (Boso = Bahasa ke orang yang lebih tua atau guru). Ketika saya duduk dengan Iraha dan ibunya memberitahukan tentang masalah pertengkaran Iraha dengan teman satu kelasnya, tiba-tiba mata saya tertuju pada coretan-coretan yang ada ditangan Iraha. Spontan saya bertanya pada Iraha tentang coretan tersebut, lalu ibunya menjawab demikian.
“Lha itu bu, kakak (panggilan Iraha) ini kalo ada masalah pasti kayak gini. Nyoret-nyoret tangannya kadang sampai lecet, luka, terus sampai batuk berdarah. Dia ini nggak mau cerita kalo ada masalah, sukannya ya langsung main corat-coret terus batuk bu…” ujar ibunya Iraha sambil memegang tangan Iraha. Sontak saya kaget dengan penuturan ibunya Iraha, karena perilaku seperti itu sama saja dengan menyakiti dirinya sendiri. dan sayapun langsung memberitahukan kepada Iraha dihadapan ibunya. Jika ada masalah di sekolah langsung menghadap atau melapor guru karena perbuatan seperti itu tidak baik untuk diri sendiri.
Menyakiti diri sendiri, dalam ilmu psikologi merupakan sebuah perilaku yang dikenal sebagai mencederai diri sendiri (self-injury). Secara ringkas self injury didefinisikan sebagai mekanisme coping yang digunakan seorang individu untuk mengatasi rasa sakit secara emosional atau menghilangkan rasa kekosongan kronis dalam diri dengan memberikan sensasi pada diri sendiri. Dengan menyakiti diri sendiri mereka para pelaku self injury , umumnya akan merasa lebih baik dan nyaman dalam jangka pendek. Matthew Nock, seorang profesor psikologi di Harvard University, mengungkapkanempat alasan utama pelaku self injury, yaitu :
..1..Meredakan ketegangan atau menghentikan perasaan buruk ..2..Merasakan sesuatu, bahkan rasa sakit ..3..Berkomunikasi dengan orang lain untuk menunjukkan bahwa mereka menderita ..4..Membuat orang lain berhenti mengganggu mereka
Dengan empat alasan diatas kadang tanpa sepengetahuan orang tua ataupu guru, anak langsung atau spontan menyakiti diri mereka sendiri misalnya dengan mencoret-coret tangannya dengan spidol, bolpoin atau barang yang tajam sekalipun. Dengan begitu, biasanya mereka akan merasakan sensasi ketenangan secara personal dan menghilangkan rasa sakit psikis yang ia derita. Misalnya saja anak yang cenderung pendiam dan sulit bersosialisasi dengan teman sebayanya, ketika ia diejek ataupun diperlakukan tidak baik maka dampaknya bisa melukai dirinya sendiri. Sehingga dengan melakukan hal tersebut ia akan merasakan ketenangan.
***********************************************************
Malang, 17 Februari 2011
>>Is learning everything….learn to be better….learn to be good people…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H