Kalau mendengar kata "diktator" yang terbenak dalam otak saya dan mungkin pembaca setia kompasianer adalah orang yang berkuasa, orang yang memegang kekuasaan penuh dalam suatu organisasi atau lingkungan tertentu tanpa memperdulikan orang disekitarnya.
tapi disini diktator yang akan saya kutip adalah "apakah pantas seorang pendidik memiliki jiwa diktator??" seharusnya seorang pendidik itu memberikan pendidikan yang baik dan benar serta bisa diterima oleh anak didiknya. kalau pendidik memberikan pendidikan seperti jiwa diktator yang kebeneran hanya miliknya dan misalkan salah kembali lagi ke pasal 1, pendidik selalu benar, maka akan memberikan dampak buruk bagi anak didik tersebut.
di jaman modern seperti ini seorang pendidik sebagai fasilitator. kenapa sebagai fasilitator? karena pendidik memberikan fasilitas yang dibutuhkan untuk anak didiknya dalam rangka menunjang proses kegiatan belajar dan pendidik juga menjadi seorang pengawas, pengawas disini agar anak didik dalam proses kegiatan belajar di arahkan sesuai dengan kurikulum dan sesuai SAP (satuan ajaran pendidikan)
sebagai seorang mahasiswa saya melihat seharusnya di jaman sekarang pendidik yang diktator itu sudah tidak ada, tetapi seharusnya itu pendidik itu harus akrab dengan anak didiknya, mendengarkan aspirasi atau pendapat anak didik, memberikan nilai sesuai dengan apa yang dilakukan (dalam hal ini harus objektif tidak subjektif) serta tetap rendah diri.
semoga pendik-pendidik di indonesia tidak termasuk pendidik yang diktator ya agar pendidikan di indonesia bisa memajukan bangsa dan negara yang kita cintai ini
-hadi-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H