Mohon tunggu...
Habib Amin Nurrokhman
Habib Amin Nurrokhman Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Calon Guru Yang ingin Menjadi Gurunya Calon Guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makalah Dasar-dasar Pendidikan

18 September 2011   13:46 Diperbarui: 4 April 2017   17:59 13882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Indonesia

51,7

Tabel : Skor kemampuan membaca beberapa negara

Peringkat Indonesia yang terseok-seok juga bukan hanya pada tataran pendidikan dasar, akan tetapi menyeluruh hingga perguruan tinggi Indonesia juga berada pada rangking yang tidak begitu baik, padahal potensi yang sangat besar sebenarnya ada pada diri bangsa kita.

5. Kurangnya pemerataan pendidikan

Pemerataan pendidikan didukung dengan lokasi yang strategis serta kemauan yang kuat dari pemerintah untuk memeratakan pendidikan di Indonesia, merupakan fakta yang tidak terbantahkan bahwa di Indonesia khusunya wilayah terpencil atau pedalaman tidak terdapat sekolah, apabila ada sekolah juga dengan kondisi yang sangat memprihatinkan dengan ketiadaan tenaga pengajar serta buku-buku pelajaran. Sementara di kota-kota besar dapat dengan mudah kita jumpai sekolah-sekolah yang ber kelas internasional dengan segala fasilitas yang mendukung, maka tidak mengherankan apabila banyak anak-anak kota yang berhasil menyabet medali emas pada ajang olimpiade SAINS tingkat dunia, maka secara positive thinking dapat kita bayangkan tidak menutup kemungkinan anak-anak kita yang berada di pedalaman memiliki potensi yang lebih besar dari mereka yang berada dikota senadainya didukung dengan segala infrastruktur pendidikan yang memadai.

6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan

Indikasi permasalahan ini dapat kita lihat dengan tingginya angka pengangguran di Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa banyak lulusan sekolah atau perguruan tinggi yang tidak mampu menembus bursa kerja, baik karma faktor rendahnya kompetensi maupun faktor lain yang mengindikasikan pendidikan tidak mampu menjamin atau minimal meberi harapan yang terang bagi para lulusan sekolah atau perguruan tinggi.

7. Mahalnya Biaya Pendidikan

Pendidikan yang murah dan berkualitas tentunya menjadi harapan semua orang, sebenarnya pendidikan di Indonesia apabila dibanding dengan Negara-negara maju yang tidak memakai system free cost education termasuk murah akan tetapi karena rendahnya pengahsilan masyarakat yang memperkuat asumsi kemahalan itu. Memang semenjak digulirkanya program Bantuan Operasional Sekolah(BOS) pada tahun 2009, pembayaran SPP bagi siswa/siswi SD,SMP kecuali RSBI dan SBI telah digratiskan, namun mereka masih harus membeli buku yang mahal untuk bahan penunjang pendidikan, apalagi sekolah RSBI dan SBI yang masih harus membayar pendidikan yang mahal ditambah buku pendidikan yang mahal pula, maka tidak mengherankan apabila muncul opini yang semakin hari semakin banyak di amini oleh masyarakat bahwa pendidikan berkualitas hanya bias dijangkau oleh golongan yang mampu.

8. Beban mata pelajaran yang terlalu berat

Kurikulum di Indonesia terlalu memaksakan siswa untuk menguasai banyak pelajaran secara sekaligus, hal ini tentunya sangat memberatkan siswa karena mereka akan mengalami sebuah fenomena yang kurang menyenangkan, apabila mereka menyukai sebuah mata pelajaran, mereka akan secara intensif mempelajarinya, namun apabila mereka tidak menyukai pelajarn tersebut, mereka akan apatis sehingga nilai mereka anjlok di mata pelajaran tersebut.

9. Ujian Nasional

Setiap tahun siswa-siswi untuk jenjang SD,SMP/MTS,dan SMA/SMK dihadapkan pada sebuah momok yang dianggap menakutkan, banyak diantara mereka yang stress dibuatnya, momok ini adalah ujian nasional, Ujian yang akan menentukan lulus atau tidaknya siswa ini memang sudah dipadukan dengan Ujian Sekolah dengan porsi 60% untuk UN dan 40% Untuk ujian sekolah, akan tetapi, hal ini tetap masih memberatkan siswa yang memiliki fasilitas pendidikan serba terbatas, karena standar pendidikan yang mereka poleh tentu sangat berbeda dengan sekolah yang memiliki fasilitas lengkap. Maka tidak mengherankan apabila banyak sekolah atau oknum pendidkan yang melakukan kecurangan dengan mencari bocoran-bocoran soal atau jawaban UN, hal ini akan semakin memperburuk citra pendidikan di Indonesia.

10. Standarisasi Pendidikan di Indonesia.

Dalam upayanya mewujudkan pendidikan yang berkualitas kementrian pendidikan nasional menggulirkan program akreditasi dan standarisasi sekolah di Indonesia, namun pada pelaksanaanya program ini juga tidak sepi dari masalah yang tak kunjung ada penyelesainya, barangkali masalah ini tidak disadari oleh si empunya gagasan, berdasarkan pengalaman penulis apabila guru-guru disuatu sekolah tengah disibukkan oleh aktifitas untuk mempersiapkan akreditasi, mereka sering sekali meninggalkan tugas utamanya yaitu mengajar, memang system yang digunakan guru untuk mensiasati masalah ini sudah cukup baik untuk menuntut kemandirian siswa, akan tetapi budaya “disuapi” masih tumbuh subur dikalangan siswa/siswi kita. Kelas dibiarkan kosong melompong dan aktifitas belajar siswa tidak diawasi, bukan kemajuan pendidikan yang didapatkan namun penurunan kualitas pendidikan tidak bias ditutup-tutupi terjadi dibeberapa sekolah yang mengalami proses akreditasi ketat.

C. SOLUSI PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA.

Begitu pelik dan rumitnya permasalah pendidikan di Indonesia, dibutuhkan keseriusan penanganan dari semua pihak, beberapa langkah yang dapat dilakukan pihak yang berkait dengan masalah pendidikan di Indonesia adalah :

Meningkatkan terus anggaran APBN dan APBD sesuai dengan amanah UUD yaitu

minimal 20% dari anggaran pemerintah sehingga perlahan namun pasti akanterjadi peningkatan kualitas fisik maupun alat penunjang lainya yang mendukung berjalanya proses KBM.

Menggulirkan program sertifikasi guru yang benar-benar selektif dengan penugasan-penugasan yang terpantau, bahwa guru-guru tersebut berhak memperoleh gelar guru professional. Selain itu juga hendaknya mulai dirintis penerapan system reward and punishment bagi seluruh tenaga pendidik, agar daya kompetisi mereka dalam meningkatkan kompetensi tetap terjaga dengan baik.

Memperhatikan pemenuhan gizi anak-anak Indonesia sejak balita dengan meningkatkan anggaran kesehatan dan program kesehatan masyarakat seperti posyandu, karena dengan pemenuhan gizi yang baik, niscaya akan meningkatkan kecerdasan anak yang nantinya bermuara pada kemampuan anak mengikuti pembelajaran disekolah, selain itu dunia pendidikan di Indonesia hendaknya menumbuhkan minat baca yang besar bagi anak-anak dengan berbagai varian cara, sehingga kompetensi membaca anak Indonesia makinmeningkat.

Pemrintah melalaui KEMDIKNAS hendaknya juga mulai meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak yang berada didaerah terpencil, dengan memberikan stimulus bagi para guru dan siswa didaerah terpencil agar mau menyelenggarakan KBM dengan optimak dan giat. Stimulus ini sifatnya juga harus diawasi dan akan dihentikan apabila ada pihak-pihak yang kurang bertanggungjawab.

Sistem pendidikan nasional juga diarahkan bukan hanya untuk mencetak siswa yang memiliki kemampuan kognitif tinggi, akan tetapi juga untuk mencetak generasi yang tangguh terhadap tantangan global, materi kewirausahaan dirasa sangat perlu diajarkan sejak dini, agar jutaan ide kreatif yang dihasilkan putra-putri bangsa bias tersalurkan dengan baik, dengan harapan tidak ada lagi pengangguran dimasa mendatang.

Pemerintah juga seyogyanya meningkatkan penyediaan beasiswa berkeadilan bagi pelajar yang berprestasi dan kurang mampu sehingga mereka dapat menikmati pendidikan dengan baik tanpa harus dipusingkan dengan masalah biaya, agar mereka bias semakin produktif menyumbangkan pemikiranya untuk bangsa dan negara.

Kurikulum pendidikan di Indonesia sebaiknya juga jangan membebani siswa dengan beban yang terlalu berat, yaitu dengan banyaknya mata pelajaran yang harus ditempuh, nampaknya bijak kiranya apabila siswa diberikan kesempatan untuk memilih beberapa mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya agar lebih optimal dalam mengikuti pembelajaran disekolah.

Ujian Nasional memang masih menjadi momok yang menakutkan bagi pelajar SD,SMP dan SMA di Indonesia, namun penulis memiliki saran, sebaiknya ujian nasional cukup dilaksanakan bagi siswa SMP dan SMA saja, karena pemerintah telah menggalakan program wajib belajar 9 tahun, akan menjadi sebuah ironi apabila pemerintah menyuarakan warganya agar berseklolah hingga SMP, namun banyak yang putus ditengah jalan karena tidak lulus Ujian Nasional di Sekolah Dasar.

Program akreditasi sekolah hendaknya juga dirancang sedemikian rupa agar jangan sampai mengganggu aktivitas KBM siswa, karena tujuan pendidikan utamanya adalah mencetak generasi baru yang unggul bukan sekolah yang unggulan, dimana terlahir generasi yang unggul disuatu sekolah, maka sekolah tersebut pasti akan menjadi sekolah unggulan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendidikan di Indonesia mau tidak mau harus kita akui masih sangat tertinggal darinegara-negara lain di dunia, di wilayah regional saja seperti ASEAN Indonesia tertinggal dari Malaysia dan Singapura hal ini diakibatkan beberapa faktor yang sangat kompleks dan harus segera ditangani secara serius agar mimpi mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas dapat segera terwujud.

B. SARAN

Pemerintah khususnya kementrian pendidikan nasional harus segera menata den berbenah diri untuk mengejar ketertinggalan ini, dengan berupaya terus meningkatkan kualitas fisik sekolah maupun kualitas tenaga pengajar dan memformulasikan kurikulum yang tepat bagi pelajar Indonesia.

C. DAFTAR PUSTAKA

Pidarta,Prof,Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun