Mohon tunggu...
Habe Arifin
Habe Arifin Mohon Tunggu... -

aku\r\n\r\nhanyalah rindu\r\ndari tapak yang tak perlu\r\ntidak juga kau\r\n\r\naku hanyalah perih\r\nyang perdu dan yang pedih\r\npada cinta, pada tahta\r\n\r\naku\r\ntetap Indonesia\r\nseperih apapun itu\r\nsepedih apapun itu\r\nsekejam apapun itu\r\n\r\naku\r\ntlah menikmati matahari\r\ntlah menikmati bumi\r\n\r\npada siapa aku berterima kasih\r\n\r\n10 Sept 2013\r\nhabe arifin\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cahya Itu Sirikit

10 September 2013   22:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:04 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cahya Itu Sirikit

Tengoklah sebentar
Sebentar saja, satu atau dua detik
Tak perlu terburu-buru
Pelan-pelan saja dan rasakan
Rasakan dengan mata terpejam:
Ia datang, lalu pergi, datang lagi, pergi lagi, datang lagi, lalu pergi, datang lagi, terus begitu...

Kita sering melupakannya
Seolah ia tak pernah datang
Seolah ia tak pernah pergi
Kita nyaris tak pernah merasakannya
Apalagi menikmatinya

Otak  kita hanya berpikir tentang perut kita, makanan minuman, kendaraan, buku-buku, pekerjaan, suami, anak-anak, baju-baju, jalan-jalan, hura-hura, pesta-pesta, nonton film, dengar musik, atau bercengkerama di mana-mana, di mall, di kantor, di jalan, di facebook, di twitter, milis, di teras, di dipan, atau di meja makan...

Hati kita juga sama
Hanya bercerita tentang pengajian, ceramah iman, nasihat kesabaran, kewajiban shalat lima waktu, wisata umroh atau sosialita haji, lalu puja puji, sekadar menggerakkan irama kehidupan semata...

Yang datang tak pernah kita sapa, "hei apa kabar...!"
Yang pergi lupa kita beri salam "waalaikum salam, hati-hati ya."

Kita bukan cuma lupa
Kadang kita tak mengenalnya
Kita tak pernah bertanya ketika ia datang dan memasuki hidup kita "namamu siapa?"

Kita juga tak pernah menawarinya makan atau minum, atau sekadar duduk sebentar sebelum ia pergi dan datang kembali, lalu pergi lagi...

Padahal jika ia tak datang lagi
Seluruh keluarga kita akan menangis dan berkata "Inna lillahi..."
Teman, kawan, saudara, suami, anak-anak semua akan berduka lalu mengantarkan kita dengan luka cita...

Ayo sirikit, ia datang
Sapalah dengan senyummu yang paling manis
Kenalilah dia, sapalah namanya, "Heii...aku selalu menunggumu, merindukanmu, hampir setiap detik, siapa namamu, ajaklah saudara-saudaramu kemari, ayo kita menari, menyanyi, berzikir setiap hari...."

Ayo Sirikit, ia pergi, tunjukkan keceriaanmu agar ia datang lagi padamu...Ia sungguh akan bermain-main dengan jantungmu, berdansa dengan nadimu, mengikuti irama nafasmu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun