Mohon tunggu...
Bhege Widiyanta
Bhege Widiyanta Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I am a college student and an assistant researcher at the Center for Religious and Cross-cultural Studies, Graduate School, Gadjah Mada University, Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Pada Suatu Angkringan

1 Juli 2014   06:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:02 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kang, denger-denger dari kabar-kabur; IQ-nya mas Wowok keren ya, nyampe 152 lho,” ujar Yu Pokah menjawil sikut Kang Lamin sambil klomat-klamet melahap sate usus.

“Wah.. meper nih, ngelap yaaa…” sahut Kang Lamin sembari terus mengusap sikutnya. “Masak sih? Emang IQ itu apa je?” lanjutnya terkekeh.

“Waaah jian ndesa kamu tuh, IQ tuh ukuran kecerdasan seseorang itu lho… Makanya… baca koran dong, belajar, atau bikin akun di pesbuk, biar enggak gaptek dan ketinggalan inpormasi, masak IQ aja enggak tau” timpal Yu Pokah sedikit mangkel. “Tuh liat, sekarang di TV juga lagi disiarin kok beritanya,” lanjutnya kemayu sedikit mecucu.

Sembari nglamuti tangannya yang masih gabul nasi kucing, Kang Lamin menyahut sambil melirik TV, “Ooo.. hebat ya mas Wowok, eh.. emang IQ 152 itu artinya pinter ya Yu?” Tanya Kang Lamin polos.

“Iiiih… Ya jelas pinter to,” sahut Yu Pokah, udah mulai gemes.

Kang Lamin manggut-manggut, “Ooo.. tapi yang 152 itu bukan tekanan darah to? Eh Yu, bai nde we, nanti kamu yang bayarin ini semua to? Aku lupa bawa dompet je, wong dompetnya juga enggak ada isinya.” Kang Lamin mulai terbahak.

“Huuuu… duasar kamu, oke, nanti aku yang bayarin semuanya,” jawab Yu Pokah ketus. “152 itu ukuran tekanan darah piye mangsudmu?” lanjut Yu Pokah keheranan, mengernyitkan dahi, mengelapnya, dan eh… malah matanya kelilipan cabe, lupa cuci tangan sih.

Sedikit kepingkel, Kang Lamin nyahut, “Makanya jangan ngerasa moderen Yu, makan aja lupa cuci tangan kok ngaku anak gawul.” Kang Lamin terkekeh lagi. “Iya, maksudku yang 152 tadi itu IQ atau tekanan darah? Kalau yang 152 itu adalah ukuran tekanan darah, aku percaya Yu,” ucap Kang Lamin melanjutkan.

“Coba aku update info dulu di pesbuk ya,” segera Yu Pokah merogoh smartphone-nya dan mulai memainkan jarinya.

Dan….. Yu Pokah terperanjat bukan main; ketika berita terbaru yang dilihatnya di media online menyebutkan bahwa angka 152 itu bukan IQ, melainkan benar seperti ucapan Kang Lamin, yakni tekanan daraaaaaaaaaahhh…….

“Berarti mas Wowok emosional dong, bentar lagi stroke dong,” kata Yu Pokah sok panik. “Yuk pulang aja yuk Kang, mumet aku, tapi jangan mampir ke rumahmu yaa….” ajak Yu Pokah menggandeng tangan Kang Lamin.

“Kenapa enggak mau mampir ke rumahku dulu, Yu?” sahut Kang Lamin sedikit bertanya.

“Emoh ah, bingung jawabnya kalau ada orang yang nanya mau ke mana; masak aku njawab ‘mau keLamin’ gitu…” Jawab Yu Pokah melet, trus mencep.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun