Mohon tunggu...
Ghara Xie Melati
Ghara Xie Melati Mohon Tunggu... lainnya -

Be your self

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cincin Berdarah

20 Juni 2011   14:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:20 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cincin berlapis emas putih dengan permata ungu kecil yang tersemat di tengahnya, serta huruf SR yang merupakan inisial namaku Shelly dengan kekasih Radit kini telah melingkar indah di jari manisku. Tanda ikatan tulusnya jalinan kasih yang kami bina yang akan segera membawa kami ke jenjang yang lebih serius, sebuah pernikahan.

Sebelumnya aku dan Radit menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih tidak lebih dari setahun. Radit adalah sosok laki laki dewasa, sabar, penyayang dan bijaksana. Kedewasaanya mampu menyihirku hingga jatuh dalam jeratan cintanya. Selalu sabar menghadapi sikap dan tingkah lakuku yang terkadang manja dan cenderung kekanak kanakan.

Pertama kali aku bertemu dengan dia pada saat ada meeting dari kantor dengan perusahaan klien. Dan ternyata perusahaan dia dan perusahaan dimana aku bekerja saat itu sedang menjalin hubungan kerja sama. Seringnya aku dan dia bertemu saat meeting membuat kami menjadi akrab yang selanjutnya berlanjut pada persahabatan di luar lingkungan kerja.

Setelah mengenal beberapa bulan tercipta suatu kecocokan di antara kami yang akhirnya kami putuskan untuk menjalin sebuah hubungan. Satu ikatan dalam istilah pacaran menjadi sepasang kekasih.

Satu tahun sudah hubungan terjalin, semua terjaga dengan baik. Kita merasa yakin dengan perasaan masing masing. Tidak lagi ada keraguan di antara kami oleh karena itulah kami memutuskan untuk bertunangan dan segera melaksanakan pernikahan

Enam bulan lagi aku akan menjadi seorang istri. Bersuami dengan orang yang selama ini sangat aku sayangi dan aku cintai, begitu juga dengan dia. Selama ini dia sangat memahami, menghargai serta menjagaku dengan baik. Meski aku bukan yang pertama baginya tapi dia dengan tulus mendampingiku kapanpun dan dimanapun. Yach…kekasih pertamanya meninggal karena kecelakaan saat malam pertunangan mereka tiga tahun yang lalu.

Hari hari menjelang acara akbar yang akan menjadi sejarah seumur hidupku membuat aku kelelahan karena harus mempersiapkan semua sendiri. Memang aku dan Radit ingin menangani semua sendiri tanpa ada campur tangan orang lain ataupun sebuah EO. Tetapii aku bahagia, Radit selalu sabar menemani bahkan saat ada perbedaan pendapatpun dia selalu bersikap bijaksana.

Dari memilih baju pengantin, mengurus persewaan gedung, konsumsi, dan lain lain semua aku lakukan bersama dia.

“Sayank, nanti di acara pernikahan kita aku mau semua serba ungu dan putih” pintaku ke Radit saat itu. Aku melihat waktu itu Radit sedikit kaget entah kenapa alasanya aku tidak menanyakanya.

“Ungu? Kenapa mesti ungu dan putih?ungu kan warna janda?” jawab Radit.

“Iya sich….tapi nggak tahu kenapa aku suka banget sama kombinasi warna itu.Cantik menurutku. Gimana kamu setujukan?”

“Ok, nggak masalah yang penting kamu suka lagipula memang benar kayaknya cocok dengan cincin kita juga” terang Rendi sembari melihat dan menunjukkan cincin yang melingkar indah di jari manisnya..

Waktu semakin cepat berlalu, hari istimewa itupun semakin dekat. Entah kenapa sebulan menjelang hari yang aku nanti nanti itu selama itu pula aku mengalami hal hal aneh. Hampir setiap malam aku bermimpi di datangi sosok gadis cantik yang sepertinya seumuran dengan aku.

Seorang gadis cantik membawaku menuju ke taman yang sangat indah. Bunga-bunga indah beraneka warna yang mekar mengiasi setiap sudut taman. Di tengah taman terdapat sebuah danau yang bening. Airnya yang biru dan tenang sungguh sangat indah. Di tambah di ujung taman terdapat satu sungai yang sangat bening dan bersih. Gemricik airnya menambah suasana taman semakin nyaman.

Gadis itu membawaku duduk pada sebuah bangku yang berada tidakjauh dari danau itu. Tempat yang sangat nyaman yang di dekatnya di kelilingin bunga melati yang sedang bermekaran hingga aromanya sungguh menggairahkan. Harum semerbak menabur wewangian.

"Hi, maaf kamu siapa ya? kenapa kamu membawaku ketempat seindah ini. Ini di mana? aku belum pernah melihat tempat seindah ini," tanyaku pada gadis itu penuh heran dan takjub. Sungguh aneh. Gadis itu tetap diam tak menjawab pertanyaanku.

“kembalikan itu padaku, itu milikku” kata gadis itu dengan tatapan tajam kearahku. Wajahnya sangat cantik, rambutnya hitam legam terurai yang sesekali beberapa helai rambutnya bergoyang tertiup angin. Wajahnya terlihat pucat dari sorot matanya yang tajam tersirat kesedihan disana.

“Maaf kamu siapa?, apa yang kamu minta dari aku?” jawabku dengan heran. "Sungguh aku tidak mengerti apa maksudmu. Kenapa kamu membawaku ketempat ini. Kenapa seakan kamu marah padaku. Siapa kamu," lanjutku.

“Cincin itu seharusnya milikku, berikan padaku” jawabnya sambil menunjuk kea rah cincin yang melingkar di jari manisku. Sorot matanya tajam menatapku penuh amarah.

“Apa maksud kamu? Kenapa kamu bilang cincin ini milikmu?” tanyaku semakin tidak mengerti.

“Ya itu milikku….berikan padaku” gadis itu mendekat dan langsung menyambar tanganku bermaksud untuk mengambil paksa cincin tunanganku sama Radit. Aku berusaha keras mempertahankanya hingga tanganku terasa sakit sekali karena tarikanya. Aku kalah akhirnya cincin itu terlepas dari jariku.

“Shelly……ayuk bangun sayank kamu kan harus kerja” Suara ibu mengagetkanku dan serentak aku terbangun dari tidurku. Keringat dingin membasahi tubuhku entah kenapa tanganku bener bener sakit seperti dalam mimpiku. Aku kaget melihat cincin itu tidak ada di jariku. Aku cari di tempat tidur, di bawah bantal tapi tidak ketemu. “Krinciinggg…” cincin itu terjatuh ternyata ada di antara sela sela selimut yang aku pakai.

Aku tertegun sesaat, mencoba menerka nerka apa maksud dari mimpiku barusan. Siapa gadis itu? Kenapa dia berkata bahwa ini adalah cincinya?. “Pasti ada yang dirahasiakan Radit tentang cincin ini” gumanku lirih.

Sejak kejadian mimpi itu aku selalu kepikiran akan apa arti dari mimpi itu. Aku sungguh tidak mengerti. Kemanapun aku pergi aku merasa sosok itu selalu mengikutiku. Entah apakah itu hanya perasaanku saja atau benar adanya yang pasti aku selalu gelisah akan kata kata dalam mimpiku itu.

Satu minggu menjelang pernikahanku, dia datang lagi dalam mimpiku. Dia menangis dan marah kepadaku. “Kamu jahat, kenapa kamu ambil semua milikku” ucapnya dengan nada marah dan pandangan sinis kearahku.

“Maksud kamu apa sich? Sungguh aku tidak mengerti, kamu siapa? Kenapa selalu menemui aku dan bicara seperti itu”

“Kamu telah mengambil semua miliku, kembalikan padaku. Aku sangat mencintai semua itu” kali ini terlihat air mata menetes dari matanya yang tajam itu.

“Apa yang aku ambil dari kamu? Aku tidak mengenal siapa kamu?”

“Cincin itu milikku, kembalikan padaku!”

“Maaf kamu salah sepertinya, ini cincin tunanganku dengan kekasihku Radit. Kami saling mencintai dan beberapa hari lagi kami akan segera menikah” terangku dengan nada tinggi.

“Itu cincinku, Radit calon suamiku, kamu sudah mengambilnya dariku. Mengambil semua milikku” gadis itu semakin tersedu dalam tangisnya. Terlihat jelas kesedihan disana tapi aku tetep tidak mengerti.

Hatiku pilu, aku bisa merasakan kesedihan yang dirasakanya karena dia menangis sejadi jadinya. Wajahnya yang pucat seolah memelas kepadaku untuk memberikan cincin tunanganku itu kepadanya. “Hey, siapapun kamu maafkan aku. Aku tidak bisa memberikan cincin ini kepadamu. Ini adalah cincin ikatan tulusnya jalinan cinta dan kasih sayangku sama calon suamiku Radit” jelasku kepadanya.

Mendengar penjelasanku, perlahan dia mengangkat wajahnya dan menatapku tajam penuh kebencian. “kamu jahat, awas kalau kamu tidak bisa menjaga semuanya aku akan membunuhmu”gertaknya kepadaku.

"Apa maksud kamu?"

"Radit adalah tunanganku. Kami sudah hampir menikah. Tetapi aku meninggalkanya karena kecelakaan di malam setelah kami melangsungkan pertunangan. Aku meninggal dalam peristiwa itu." terangnya.

Aku kaget mendengar penjelasanya. Dengan serentak aku mundur hatiku langsung di selimuti rasa takut dan heran. Bagaimana mungkin gadis yang berada di hadapanku, yang sedang berbicara denganku adalah gadis yang sudah meninggal.

"Kamu tidak perlu takut aku tidak akan menyakiti kamu. Tapi aku ingin memastikan apa benar kamu memang mencintai Radit. Dia adalah pria yang baik dan penuh cinta dan kasih. Aku tidak mau kamu menyakiti dan mengecewakanya," tegasnya dengan suara yang lebih lembut. Tidak dengan nada yang marah seperti sebelumnya.

"Aku berjanji akan berusaha menjaga perasaanya dan tidak menyakitinya. Semua bukan karena kamu tetapi memang aku sangat sayang dan mencintai dia," jawabku tegas.

"Baiklah kalau begitu, aku kira kamu memang gadis yang pantas mendampingi dia. Sekarang aku bisa pergi dengan tenang," ucapnya. Sejenak dia menatapku lembut, tersenyum kepadaku lalu dia berdiri membelakangiku akhirnya dia pergi melangkah perlahan jauh semakin jauh dan menghilang.

Alarm dari Hp yang sengaja aku seting membangunkanku. Aku buka mata perlahan. Dengan malas aku bangkit dari ranjang dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku terdiam menatap diriku sendiri dalam cermin teringat dan berfikir sejenak tentang apa arti mimpi itu. “Kenapa dia datang lagi? Kenapa dia selalu berkata hal yang sama? siapa gadis itu sebenarya?” aku bicara pada bayanganku yang terpantul pada cermin dihadapanku.

Hari ini hari minggu yach waktu yang tepat untuk menanyakan semua tentang mimpi ini ke Radit karena nanti siang ada acara makan siang bareng bersama keluargaku juga keluarganya.

Siangpun tiba. Mas Radit beserta keluarga besarnya sudah datang. Jamuan makan siang bersama dengan menu menu sederhana yang menyelerakan tersedia. Tetapi semua tidak bisa menutupi kegelisahanku. Aku bisa merasakan sebagian dari keluargaku juga keluarga mas Radit bahkan mas Radit sendiri seperti bisa menangkap kegelisahanku.

“Mas Radit aku mau bertanya tolong jawab sejujurnya” kataku di tengah tengah obrolan keluarga besar kami yang sedang berkumpul. Semua mendadak diam. Seketika hening.

“Tanya masalah apa?” jawab Radit heran

“Apa benar Cincin yang kamu pakaikan di jari manisku ini dulu ingin kamu berikan pada kekasihmu? Dan kenapa Inisial yang ada itu nama kita?”

“Shelly kenapa kamu bertanya seperti itu”

“Tolong jawab pertanyaanku terlebih dahulu baru aku jelaskan mengapa”

“Yach…memang benar cincin itu dulu akan aku berikan kepada dia. Nama depanya memang sama denganmu. Nama dia Selomita bahkan warna yang di pilih untuk semua dekorasi acara juga sama seperti warna yang km pilih ungu dan putih” jelas Radit datar.

“Selama ini apakah mas Radit tidak pernah menziarahi makan Selomita dan mengatakan bahwa mas Radit sudah mendapatkan penggantinya dan akan segera menikah? Tanyaku kepada mas Radit yang kontan membuat semua anggota keluarga yang ada disitu merasa heran.

“Hmmmm, berziarah sih pernah mesti tidak sering. Memang kenapa sich?” tanya mas Radit heran.

“Owh…kalau begitu tolong antarkan aku ke makam dia sekalian aku akan berkenalan dan minta ijin untuk pernikahan kita nanti”

“Lho memang kenapa?”

“Jujur hampir dalam satu bulan aku mengalami banyak hal aneh. Ada seorang gadis yang mencoba mengambil cincin ini dari aku, dia bilang ini miliknya dan dia juga bilang bahwa aku telah mengambil semua miliknya termasuk aku mengambil kamu darinya”.

Radit terdiam mendengar ceritaku bahkan semua orang yang ada di situ heran. Akhirnya semua anggota keluarga membenarkan niatku untuk menziarahi makam Selomita yang menjadi kekasih Radit dahulu. Sore itu juga aku bersama Radit menziarahi Selomita.

Pada saat memasuki lokasi pemakaman dimana Selomita di makamkan aku merasa ada sesuatu yang aneh. Seolah aku merasa sosok dalam mimpiku itu melihatku. Suasana yang begitu hening, hanya gesekan dedaunan yang meninmbulkan bunyi berisik menambah senyap suasana. Di ujung pemakaman tepat di bawah pohon kamboja disanalah mas Radit membawaku. Disitulah Selomita tidur dalam tidur panjangnya.

Aku duduk di sisi makam itu, ku taburkan bunga segar dan berdo’a untuknya. Selomita maafkan aku, bukan aku bermaksud mengambil semua milikmu tapi dunia kamu sudah berbeda. Aku berjanji untukkmu akan menjaga, mencintai dan menyayangi mas Radit dengan baik. Tiga hari lagi kami akan menikah, semoga kamu tenang disana do’a kami menemanimu dalam tidur abadimu. Setelah selesai kami bergegas meninggalkan pemakaman itu dengan lega dan tenang.

Hari yang aku nantikan telah tiba. Kebahagian aku rasakan begitu juga dengan mas Radit. Semua tamu undangan melihat kagum kearah kami. Aku merasa cantik dengan gaun pengantin yang berwarna kombinasi ungu putih serta dekorasi yang serupa. Banyak bunga bunga di setiap sudut.

Saat itu di tengah tengah acara resepsi aku dan Mas Radit melihat sosok Selomita duduk di antara para tamu. Dia tersenyum. Aku dan mas Radit saling berpandangan dan tersenyum juga. Hingga selesai acara dia terlihat dalam duduk memandangi kamu dengan senyum yang aku tak bisa mengartikanya. Sampai acara berakhir sosok Selomita ikut dalam deretan tamu yang akan memberi ucapan selamat kepada kami sekaligus berpamitan.

Senyumnya mengembang tetapi jujur aku takut dan merinding. Hatiku berdebar ketika dia datang mendekati aku dan mas Radit “Shelly, selamat ea kamu sangat cantik sekali. Semoga kalian berdua bahagia” setelah mengucapkan kata kata itu sosok itu perlahan pergi jauh semakin jauh dan menghilang. Aku dan mas Radit berpandangan, sedih bercampur haru dan bahagia semua membaur dalam hatiku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun