Mohon tunggu...
Gentur Utomo
Gentur Utomo Mohon Tunggu... -

I belong to God

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Grebeg Maulud Di Yogyakarta

2 Juni 2011   05:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:57 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Grebeg Maulud Di Yogyakarta

Grebeg adalahsalah satu upacara adat di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Grebeg maulud atau yang biasa disebut sekaten dilaksanakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang lahir pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Grebeg juga menggambarkan gelar sultan yang sifatnya kemusliman, yaitu Ngabdurahman Sayidin Panatogomo Kaliffatullah.

Upacara grebeg mulud pertama kali dilaksanakan oleh Kasultanan Demak yang kemudian dilestarikan oleh para raja di Jawa, termasuk Sultan Hamengkubuwono I hingga saat ini. Prosesi upacara ini diawali dengan upacara gladhi resik untuk mempersiapkan prajurit yang mengarak gunungan.

Dilanjutkan dengan upacaraTumplak Wajik sebagi pertanda dimulainya pembuatan hajad Dalem atau gunungan.Prosesi akhir adlah ketika diman gunungan di arak menuju Masjid Besar yang ada di kauman Yogyakarta.

Biasanya ada sekitar lima gunungan. Empat gunungan di arak menuju Masjid Gedhe Kauman, dan satu gunungan lagi di arak menuju ke Pra Pakualaman sebagai pertanda terjadinya kebersamaan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Kadipaten Pakualaman Yogyakarta. Gunungan dianggap bisa membawa berbah dan keselamatan. Gunungan juga mengganbarkan bahwasanya Raja senantiasa melindungi dan mengayomi rakyatnya. Oleh karena itu, rakyat Yogyakarta Sangat antusias untuk merebut gunungan itu.

Dari Peristiwa ini, antusiasme masyarakat menunjukan bahwa nilai-nilai social, budaya, dan keagamaan masih melekat erat pada masyarakat Yogyakarta dan Sekitarnya. Masyarakat mempercayai bahwa tradisi yang di wariskan leluhu patut untuk dipertahankan dan di lestarikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun