Mohon tunggu...
Ganita Rizki
Ganita Rizki Mohon Tunggu... -

Enjoy,, Ganbatte Kudasai,,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apa Salahku?

5 November 2014   14:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:35 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika pagi menjelang aku terduduk sebelah jendela, kupandangi panorama indah yang hadir setiap fajar menyingsing. Dengan perasaan yang kacau menyambut pagi, yang seharusnya tak dilakukan oleh orang-orang seperti aku. Ku tanya pada diriku sendiri, “Siapakah aku?” “Apakah aku sudah merasa bahagia?”. Aku tinggal di suatu desa yang sangat damai tentram jauh dari keramaian, tapi itu dulu, sekarang aku tinggal di sebuah kontrakan kecil di salah satu bagian di Kota Jakarta. Pagi ini aku libur dari pekerjaan dan kuliahku, lebih tepatnya aku meliburkan diri. Aku ingin mengistirahatkan badan dan batinku yang mulai lelah dan bosan dengan hidup yang penuh dengan ketidak adilan. Orang bilang negara ini negara demokratis, ada juga yang bilang Negara ini Negara yang adil dan makmur, tetapi yang kurasakan berbanding terbaik dengan isu-isu atau apalah aku sudah muak dan bosan.

Langit selalu berkata jujur, dan menjadi saksi bisu sejarah pahlawan-pahlawan yang telah memperjuangkan Negara ini. Dalam renunganku aku berpikir untuk tak pernah ada dan hidup di dunia ini. “Apakah aku salah?” “Mengapa aku dilahirkan?”, aku bertanya untuk yang kesekian kalinya pada diriku sendiri. Maafkan aku ibu, aku tak bermaksud untuk menyalahkanmu, walaupun aku anak yang tidak diharapkan, lahir dari keturunan Cina, beragama Kristen, di sini aku hanya menjadi minoritas. Minoritas yang tertindas, itu yang ku tahu. Mungkin ada anggapan lain, tetapi aku beranggapan seperti itu. Sekarang aku hidup sebatang kara menghidupi penghidupanku sendiri. Aku berusaha untuk bertahan dalam terjangan badai-badai kehidupan. Pada kenyataannya, aku hidup terseok-seok dalam lingakaran kehidupan.

Aku berusaha hidup normal seperti yang lain. Aku berusaha untuk menjadi seseorang yang sukses dan berpendidikan dalam pedihnya kehidupan. Seakan-akan hidup bagiku adalah suatu ancaman, tetapi aku selalu berusaha tuk memberikan yang terbaik dalam hidupku yang sudah tidak jelas ke mana arah yang ku tuju. Setidaknya aku memiliki kenangan indah dalam kelamnya hidupku. Siapa yang akan disalahkan? Tidak ada, aku harus memperbaiki semua yang telah terjadi.

Do’akan anakmu ibu, dalam peristirahatanmu yang damai. Semoga aku dapat menjadi lebih baik dari kehidupanku yang dulu. Aku beranjak pergi meninggalkan masa laluku dengan tenggelamnya fajar dan terbitnya matahari ku mulai hariku yang lebih indah dari sebelumnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun