Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita dan Emansipasi Jejaring Sosial

28 Juli 2011   10:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:18 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1311848114561543338

[caption id="attachment_121711" align="aligncenter" width="234" caption="pic.wordpress.com"][/caption]

Isu gender memang menarik untuk diikuti, penuh dengan pro dan kontra. Apalagi berbicara emansipasi, ketika kesetaraan atau kesamaan dibicarakan sebagai topik sentral. Ternyata masih ada banyak pria yang risih apabila hal ini dibahas. Padahal di jaman yang sudah modern seperti sekarang, wanita sudah banyak yang berpikiran maju dan tidak akan asal saja menuntut emansipasi yang aneh-aneh (kebablasan). Apalagi wanita masih memiliki hati nurani untuk mengerti kodradnya sebagai perempuan. So, saya rasa sah-sah saja kalau kebanyakan wanita membahasnya.

Perkembangan tekhnologi yang begitu cepat membuat wanita juga mau tidak mau terlibat dan terseret dalam arus perkembangannya. Seperti hadirnya jejaring sosial merupakan sebuah sarana bagi wanita untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Wanita yang dulunya hanya bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga menemukan dunianya yang lebih luas selain hanya mengurusi pekerjaan rumahtangga semata.

Adanya jejaring sosial sebenarnya tidak harus dipandang sebagai media pertemanan atau mencari jodoh saja, walaupun awalnya menjadi dasar pemikiran dan tujuan utama di negara asalnya. Karena masih ada sisi postif lain yang dapat dimanfaatkan lewat media ini. Mungkin karena banyak masalah atau kasus penyalahgunaan media ini membuat banyak orang (terutama pria yang telah berpasangan) cenderung cemas bahkan phobia (gangguan kecemasan yang ditandai oleh ketakutan ekstrim dan irrasional pada hal-hal sederhana atau situasi sosial). Memangnya wanita tidak merasa cemas dengan tingkah pasangannya kalau memanfaatkan media ini secara tidak benar ?

Barangkali anda pernah mendengar masih ada teman wanita anda yang tidak memiliki akun di jejaring sosial. Menarik untuk dibahas karena ternyata mereka tidak punya karena memang suaminya melarang. Berawal dari kecemasan yang berlebihan ini, kemudian seolah-olah dijadikan dasar bagi sebagian pria untuk melarang pasanganya memanfaatkan jejararing sosial.

Entah dari mana datangnya kecemasan itu, rasanya mungkin berasal dari pengalaman pribadi mereka sendiri. Kalau sudah begitu, apakah hanya mereka saja yang boleh memanfaatkannya ? Tentu saja hal ini tidak adil. Gangguan apapun di luar sana, mau secara dunia maya ataupun dunia nyata toh memiliki potensi yang sama terjadinya penyimpangan perlikau seseorang. Kalau landasan suatu hubungan dibangun atas dasar saling percaya satu dengan lainnya, tentu hal ini tidak perlu dipermasalahkan.

Lalu apabila wanita menuntut hak yang sama, apakah mereka dianggap menyalahi kodradnya dan menuntut emansipasi yang kebablasan ? Tentu saja tidak. Kembali lagi ke awal, jaman sekarang wanita tidak dapat lagi dipandang sebelah mata dan dianggap sebagai kaum yang selalu lemah. Mereka akan mampu mebentengi dirinya terhadap godaan yang ada, dan harus mendapat kepercayaan penuh dari pasangannya. Kalaupun ada yang masih berpegang dengan kasus penyimpangan perilaku wanita (masih dalam konteks telah berpasangan) terjadi karena pemanfaatan jejaring sosial. Seharusnya hal ini tidak perlu digeneralisasikan. kesannya selalu dibesar-besarkan saja.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana wanita memanfaatkan jejaring sosial dalam hal positif ? Tentu saja dapat dibuktikan. Walaupun sebagian orang merasa risih terhadap iklan pemasaran di jejaring sosial, yang kebanyakan dimotori oleh para wanita. Namun inilah salah satu contoh pemanfaatan secara positif dalam berbisnis, apalagi relasi yang dibangun kebanyakan terjalin antar sesama wanita juga. Selain berbisnis, banyak wanita juga memanfaatkan media ini sebagai sarana informasi dalam meningkatkan wawasan dan pengetahuan. Namun tentu saja waktu yang diluangkan untuk pemanfaatan media ini juga harus disesuaikan dengan benar agar urusan keluarga tidak terbengkalai. Dan saya yakin kaum wanita menyadari akan hal ini.

Pada dasarnya semua wanita menyadari bahwa dia mempunyai peran yang sangat penting dalam keluarga. Ia bertanggungjawab mengatur banyak hal dalam rumahtangga. Selama tugas dan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu dapat diperankannya dengan baik Berarti ia mampu nenciptakan keharmonisan dan keseimbangan dalam keluarga. Inilah makna emansipasi bagi wanita sesungguhnya.

So emansipasi jejaring sosial, sah-sah saja dilakoni para wanita. Selama hal itu tidak memberi pengaruh negative pada kehidupan mereka di dunia nyata apa salahnya?. Hari gini masih dilarang untuk berjejaring sosial??? Ga gaul donk…!Apa kata dunia???

Selamat Sore

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun