Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi "Balimau" di Sumatera Barat yang Salah Kaprah

20 Juli 2012   00:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:46 2266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13427445951904231998

[caption id="attachment_188732" align="aligncenter" width="545" caption="Masyarakat melakukan acara balimau di objek wisata) padang-today.com"][/caption]

Lain lubuk lain ikannya, begitu pepatah mengatakan. Lain daerah lain adat dan kebiasaannya. Seperti misalnya daerah saya Sumatera Barat punya satu hari menjelang ramadhan yang disebut dengan "HARI BALIMAU" artinya hari membersihkan diri, mandi untuk mensucikan diri sebelum masuk ke bulan suci ramadhan.

Balimau sebenarnya bukanlah adat Minang Kabau. Namun ia merupakan tradisi yang telah berlaku secara turun temurun semenjak zaman Belanda. Ini merupakan sebuah ritual, dimana di hari terakhir bulan Sya’ban masyarakat melakukan mandi dan keramas dengan dedaunan/bunga rampai yang biasa di sebut “KASAI”, hingga kadang hari balimau disebut juga dengan hari “BAKASAI”. Kebiasaan ini didukung oleh kaum adat dan kaum agama, karena niatnya untuk membersihkan diri dari segala dosa sebelum memasuki bulan Ramadhan. Karena bulan ramadhan adalah bulan yang suci, maka umat islam harus masuk ke dalamnya dalam keadaan bersih dan suci.

Saya masih ingat ketika kecil dulu, ibu selalu membeli "kasai" atau bunga rampai untuk kami balimau sekeluarga. Bunga ini di rendam dalam air, lalu disiramkan ke atas kepala saat keramas mandi sore menjelang ramadhan. Dulu sepertinya belum akan sempurna puasa kalau belum keramas, lalu membaca niat puasa esok hari. Hanya saja kala itu kami melakukannya di tempat pemandian masing-masing, dulu saya biasa mandi di “lurah/pincuran” sebutan untuk tepian mandi umum di daerah saya. Atau di kamar mandi di rumah masing-masing. Tradisi ini terus berlangsung turun temurun. Hingga saat saya SMP saya tidak lagi melakukan ritual itu. Karena secara logika tidak ada hubungannya dengan ibadah. Namun hari "balimau" tetap masih ada sampai sekarang.

Seiring berjalannya waktu, semakin tahun nilai-nilai dalam tradisi ini semakin bergeser. Dan beberapa tahun terakhir ini malahan balimau bukanlah lagi bertujuan untuk membersihkan diri. Bagi generasi muda tradisi balimau dijadikan ajang untuk hura-hura. Bahkan untuk pergi pacaran. Balimau tidak lagi dilakukan di tepian mandi masing-masing, atau di kamar mandi sendiri. Namun masyarakat terutama generasi muda melakukannya di tempat pemandian umum, seperti di objek wisata, danau ataupun sungai dan tempat-tempat wisata lainnya. Anda jangan kaget ketika menyaksikan sehari menjelang puasa, jalanan ramai, objek-objek wisata biasanya penuh didatangi pengunjung.

Kemajuan zaman telah merubah banyak hal dalam kehidupan ini. Tradisi balimau yang dulunya sebuah ritual yang mengandung makna positif. Berputar arah menjadi sebuah budaya yang terkadang juga untuk melakukan maksiat. Wajar saja jika para tokoh dan ulama Sumatera Barat mulai mengkhawatirkan budaya “balimau” yang salah kaprah ini. Karena dalam prakteknya hari ini telah sangat jauh melenceng dari nilai-nilai agama.

Setiap tahun saat hari “balimau” para ulama atau tokoh-tokoh masyarakat selalu mengingatkan masyarakat untuk tidak menjadikan hari balimau sebagai arena berhuru-hara. Namun Karena balimau sudah menjadi tradisi, kebiasaan ini barangkali tak bisa dengan mudah dihentikan. Karena itu sudah seharusnya masyarakat menyadari sepenuhnya bahwa nilai sesungguhnya saat balimau itu adalah untuk mensucikan diri, bukan sebaliknya.

Entahlah, mungkin ditahun-tahun mendatang, pemerintah daerah mampu mengeluarkan aturan yang tegas untuk persoalan hari balimau ini. Agar tidak terjadi sesuatu yang membawa mudharat bagi masyarakat. Dan masyarakatSumatera Barat bisa kembali menerapkan Adat Bersandi Syarak, Syarak Bersandikan Kitabullah. Walluhualam Bishawab.

Selamat pagi, selamat beraktivitas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun