[caption id="attachment_353880" align="aligncenter" width="400" caption="sriwahono.wordpress.com"][/caption]
Cara berbicara atau gaya komunikasi seringkali memperlihatkan sosok seperti apa kita sesungguhnya, pintar menggunakan dan memilih kata-kata tentu akan menjadi penentu bagi seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Di sinilah komunikasi itu menjadi sangat menentukan, orang lain suka atau tidak suka pada seseorang.
Sore kemarin setelah istirahat siang. Saya menyaksikan acara talk show di sebuah stasiun TV swasta. Seperti biasa di acara tersebut diundang sebagai bintang tamunya adalah para pesohor negeri ini. “selebrita” tanah air, yang biasa bersileweran di layar kaca. Kita tahu, menjadi publik figur mau tidak mau secara keseluruhan mereka dituntut terlihat “bagus” di depan kamera, mau itu penampilan, cara bicara hingga semua yang diperlihatkan pada khalayak menjadi keharusan untuk “sempurna”.
Saya selalu kagum dengan artis-artis kita yang penuh prestasi, menelorkankarya-karya. Bahkan salut kepada mereka, yang tidak hanya bermodal rupa ; wajah ganteng dan cantik semata, tapi juga punya kecerdasan yang mumpuni. Termasuk dalam hal bicara dan cara berkomunikasi di hadapan public.
Dari acara talk show tersebut, ada yang menarik perhatian saya, saat dalam talk show itu seorang artis bicara dengan bahasa yang mungkin menurut saya salah penempatannya. Bukan sekali tetapi ia mengatakan berulang-ulang, seakan yakin kata yang dia gunakan sudah benar mewakili apa yang ingin ia sampaikan.
Saat itu dia sedang menjelaskan tentang statemen yang pernah ia sampaikan di sebuah infotainment. Dimana karena statemen itu kemudian ada pihak lain yang menuntutnya. Yang mau saya bahas bukan statemen dia saat diwawancara infotemen, (meski ini juga menjadi catatan penting bagi kita, agar tak “ngasal” bicara di depan umum) tetapi saat dia menjelaskan di dalam talk show mengapa dia bicara seperti itu.
Sang host bertanya , “mengapa anda mengatakan itu?’ dia menjawab, “saya mengatakan kalimat itu secara otodidak” begitu kira-kira jawabannya. Jujur saja saya bingung, karena setahu saya otodidak itu artinya “belajar sendiri” bukan cuma saya, host acara tersebut juga tanpak bingung, dia berkali-kali mengatakan kata “otodidak’ yang akhirnya saya pahami bahwa sebenarnya ia ingin menyatakan begini “saya mengatakan kalimat itu secara spontan”
Kata “spontan” yang seharusnya ia ucapkan malah disebutkan “otodidak” saya geli sendiri. Itu dua kata yang meski sama-sama kata benda tetapi memiliki makna yang sama sekali jauh berbeda. Menurut Wikipedia : dari bahasa Yunani autodídaktos = "belajar sendiri". Merupakan orang yang tanpa bantuan guru bisa mendapatkan banyak pengetahuan dan dasar empiris yang besar dalam bidang tertentu. Mereka mendapatkan pengetahuan tersebut dengan belajar sendiri.
Menurut KBBI : Otodidak merupakan Nomina (kata benda) orang yang mendapat keahlian dengan belajar sendiri.
Sedangkan kata Spontan menurut KBBI : serta merta, dengan sendirinya.
Mungkin hanya sepele kelihatannya, siapa saja bisa salah menggunakan kata dalam berbicara. Tapi begitulah kita, tak tahu arti katanya, dan asal bicara. Bukan terlihat pintar dan hebat, malah menjadi terlihat “ngasal”
Namun sebagai publik figure menurut saya ini sesuatu yang harus ia perbaiki ke depannya. Ini mungkin harus menjadi perhatian bagi sang artis, dimana dia perlu belajar menggunakan kata yang tepat. Karena gaya dia bicara tentu akan menjadi poin penting bagi penggemarnya sebagai alasan untuk tetap menyukainya.
Karena mereka publik figure, menjadi perhatian banyak orang, termasuk apa yang keluar dari mulutnya. Mereka menjadi idola, dikagumi, dan disukai. Sudah selayaknya memberikan yang terbaik, mungkin ini hanya salah satu, dari sekian banyak artis yang malah ada yang punya gaya komunikasi yang tak bagus, tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam berbicara di hadapan publik. Seperti bahasa Alay, bahasa gaul dan sebagainya.
Acara talk show itu menyadarkan saya, bahwa kita memang mesti harus banyak belajar lagi. Tidak hanya bagi mereka para public figure, kita juga mungkin memang harus banyak belajar tentang bahasa kita sendiri, jika memang mempunyai kosa kata yang “pas-pasan” mungkin lebih baik kita bicara dengan bahasa ringan, standar dan mudah dimengerti saja. Daripada berbicara dengan kata-kata ‘tinggi” yang awalnya untuk membentuk sebuah “citra”, alih-alih terlihat hebat malah bisa sebaliknya.
Yuuk, mari belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar lagi.
Selamat sore
salam cinta bahasa Indonesia :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H