Setiap kali ramadhan tiba aku ingat dua orang yang sangat aku sayangi beliau adalah nenek-nenekku. Ya, aku punya dua nenek yang sangat menyayangiku. Yang satu ibu dari ibuku. Yang satu lagi ibu dari ayahku. Dua-duanya adalah orang yang sangat menyayangiku. Nenek dari ibuku telah meninggal sejak aku SMA. Beliau tak sempat menyaksikan aku dewasa, menikah bahkan punya anak. Mengingatnya aku terharu, karena di rumah aku lebih sering disebut anak nenek bukan anak ibuku. Karena sayang nenek yang luar biasa padaku. Jika ada yang bilang seorang ibu akan lebih sayang pada cucunya daripada anaknya. Sepertinya aku bisa mengerti itu. Sebagai cucu aku merasakan kasih sayang yang besar dari nenek-nenekku. Aku punya banyak kenangan indah brsama nenek ini. Dari beliau aku bisa belajar membaca doa- doa. Sebelum tidur biasanya nenek mengelus-elus rambutku, sambil memberiku nasehat-nasehat. Kemudian nenek akan mengejakan aku doa-doa yang dihafalnya. Sampai aku tertidur barulah beliau berhenti. Saat puasa ia akan menyimpan makanan untukku. Karena aku bersaudara cukup banyak, diantara kakak-kakakku aku paling susah makan dan aku perempuan yang paling bungsu, kakakku satu cewek selebihnya cowok. Pasti mereka makannya banyak heheh. Nenek takut aku tak kebagian, maka ia merasa perlu menyimpannya untukku.Kadang nenek lupa memberikannya padaku hingga makanan itupun membusuk, hixs hixs sedih bila ingat masa-masa itu. Nenek yang kedua adalah ibu dari ayahku. Nenekku ini hidup sangat lama menurutku. Usianya sampai mencapai lebih 100th. Karena usianya cukup panjang, ia sempat menyaksikan pernikahanku. Bertemu dengan anak-anakku. Ini baru tahun ketiga di ramadhan kami tak bertemu nenek. Kata orang-orang wajahku mirip sekali alias fotocopy nenek yang ini. Aku tidak tahu juga, karena aku memang tidak melihat nenek muda hehhe. Yang kutahu saat tuanya nenek masih sangat cantik sekali. Ayahku tidak punya saudara perempuan. Semua anak nenek laki-laki, harusnya nenek tinggal bersama salah satu anak-anaknya. Tetapi nenek tak pernah mau meninggalkan pondok kecilnya. Alasannya di rumah kecil itu dekat sekali dengan mesjid, hanya turun tangga langsung sampai di mesjid. Bagi nenek masa tuanya benar-benar dihabiskan untuk beribadah. Sesuatu yang sangat kukagumi dari nenek. Hal yang paling kuingat di setiap ramadhan tentang nenekku ini. Meskipun sudah sangat sepuh beliau selalu kuat untuk berpuasa. Setiap kali ramadhan ia akan selalu menangis. Saat kutanya "mengapa nenek menangis?" jawabnya "karena tahun depan aku belum tentu bertemu ramadhan lagi" lalu aku menghapus airmatanya. Sambil menghibur aku berkata. "Nenek masih sehat, insyaallah tahun depan masih ada" Terakhir saat ramadhan 3 tahun lalu. Kata-kata itu kembali diucapkan nenek, saat itu aku tak sanggup menghiburnya lagi, karena kondisi nenek sudah sangat lemah. Aku malah yang menangis saat itu.Aku juga belum yakin apa nenek bisa bertahan sampai akhir ramadhan? Tetapi Tuhan mengizinkannya bisa ikut berpuasa sampai akhir. Mereka berdua adalah dua wanita istimewa buatku. Sekarang mereka sudah tak ada lagi disisiku, setiap kali ramadhan aku selalu mengingat saat-saat indah bersama dua wanita yang sangat kusayangi itu. Semoga di ramadhan ini doa-doaku untuk nenek disampaikan kepadanya. Mereka tenang di sisiNya, dan Tuhan menempatkannya di tempat yang layak. Aku sangat merindukanmu nenek!
[caption id="attachment_122529" align="aligncenter" width="300" caption="Nenek di usia 100th, masih tersenyum bersama putriku Syadza"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H