Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Salah Kaprah Memanfaatkan Kebebasan di Dunia Maya

30 Juli 2011   01:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:15 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_125922" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Beberapa waktu lalu saya berdiskusi sedikit dengan salah seorang teman yang cukup memahami seluk beluk dunia maya. Sayapun bertanya mengenai beberapa hal. Dalam diskusi singkat itu, ia sempat menyinggung soal kebebasan berekspresi di dunia maya yang seharusnya menjadi perhatian banyak orang. Sayapun bertanya mengapa hal ini harus dikhawatirkan. Iapun menjelaskan panjang lebar mengenai hal ini. Cukup menarik, sehingga saya merasa pelu berbagi sebagai wacana dan perenungan bersama.

Menurutnya perkembangan teknologi informasi khususnya internet membawa dampak negatif yang cukup serius apabila tidak dipergunakan secara baik. Salah satunya terkait masalah perilaku sosial dikalangan remaja atau generasi muda saat ini. Bukan saja itu, ia juga mengatakan ternyata banyak orang dewasa juga yang keliru dalam mengartikan dan mempergunakan kebebasan berkekspresi.

Dia lalu memberikan contoh, bahwa banyak sekali blog yang betebaran bahkan tulisan-tulisan orang dewasa yang dengan sadar menabur kebencian, permusuhan dan hal lain menyangkut SARA. Selain di blog, penggunaan jejaring sosial ternyata juga dimanfaatkan secara keliru. Banyak orang dewasa dengan sadar juga menuliskan status dan memberikan komentar bemuatan hal seperti itu.

[caption id="attachment_121972" align="aligncenter" width="300" caption="pic. Google"]

1311990656435775717
1311990656435775717
[/caption]

Dia cukup prihatin karena hal tersebut semakin dianggap biasa, dan kalau ditanya kepada pelakuknya mereka berdalih seolah-olah apa yang mereka ungkapkan adalah bagian dari kebebasan mengemukakan pendapat yang dilindungi oleh undang-undangdan merupakan hak asasi yang tidak boleh di ganggu gugat. Bagaimana mungkin suatu kebebasan yang dilindungi oleh undang-undang dimanfaatkan secara sadar untuk menginjak-injak undang-undang yang lain dan melanggar hak asasi orang lain ? Tentu saja penerapan keliru seperti ini belum disadari oleh banyak orang.

Sayapun akhirnya bertanya mengenai penindakan dan pencegahan kepadanya. Menurutnya, dalam hal penindakan secara hukum tidaklah mudah, karena korban sendiri lebih banyak berdiam diri dan tidak menyadari hak-haknya di depan hukum. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat jenis tindak pidana yang hanya dapat dilakukan penuntutan apabila terdapat pengaduan dari pihak yang dirugikan.

Bagaimana kasus bisa dikembangkan sampai penuntutan kalau korbanya sendiri tidak mengadukan pelanggaran tersebut. Lebih lanjut menurutnya, selain kesadaran mungkin juga korban merasa pesimis dan sudah anti pati kepada aparat penegak hukum termasuk pengacara yang selalu memberatkan dalam soal biaya. Akibatnya banyak kasus seperti ini dibiarkan saja dan semakin merajalela.

Dalam hal pencegahan, selain membutuhkan kesadaran pribadi, pemerintah juga kurang memberikan perhatian serius. Yang lebih parah lagi, banyak penyelenggara situs-situs berita dalam negeri yang menyediakan fasilitas untuk berdiskusi dan membuat artikel (semacam blog) turut membiarkan hal ini terjadi. Seolah-olah pertikaian argumen yang mengandung permusuhan atau SARA adalah bagian yang terpenting didalam menaikan rating. Sedangkan untuk para remaja dan generasi muda, dia mengharapkan kontrol orang tua, masyarakat serta lembaga pendidikan perlu ditingkatkan. Namun katanya, banyak orang tua yang masih menutup mata dan kadang tidak menerima apabila anaknya dilaporkan berperilaku menyimpang khsususnya di jejaring sosial.

Dari ulasanya yang panjang lebar tersebut, saya teringat akan perilaku kita di rumah sehat ini. Terkadang kita lupa akan aturan main yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa. Kebebasan berpendapat dan berekspresi ternyata justeru melukai orang lain. Tentu saja saya tidak harus dan berhak menilai dan menghakimi orang lain. Karena diskusi saya bersama teman saya tersebut setidaknya menjadi perenungan saya, agar dapat berperilaku sebagaimana sesuai dengan hukum maupun norma-norma yang berlaku di masyarakat kita.

Saya di sini hanya menulis untuk berbagi. Begitu juga saya yakin dengan anda. Diskusi saya dengan teman saya secara tidak langsung mengingatkan saya. Agar selalu menulis sesuatu yang memberi manfaat pada orang lain. Memberi moivasi, serta menginspirasi banyak orang. Semoga kita tidak salah kaprah memanfaatkan kebebasan di dunia maya. Harapan saya tulisan ini akan  mejadi perenungan kita bersama.

Selama pagi, selamat berakhir pekan

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun