Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Roni Dikejar Cinta (ECR 76)

5 Mei 2011   15:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:02 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_106342" align="aligncenter" width="576" caption="indahnya Rangkat baru dirasakan Roni saat akan meninggalkan desa itu(Doc.Pribadi)"][/caption]

Seorang wanita cantik turun dari sebuah mobil mercy berwarna marun. Langkahnya pelan namun pasti, tepat di sebuah warung desa yang kebetulan cukup ramai sore itu. Suara hempasan batu domino di meja terdengar bersahutan, segelas kopi mengepul asapnya dari tiap pemain menebar aroma khas.

Fitri berhenti sejenak, ragu ia langkahkan kaki mendekat ke arah warung, pasangan mata menatap dengan penuh tanya, namun jelas sekali tatapan itu sangat bersahabat dan ramah. Sejak mulai masuk gerbang desa Fitri telah merasakan aroma sejuknya. Sepertinya tinggal di sini akan sangat menyenangkan pikirnya.

“Ada yang bisa kami bantu mba?” Tanya seseorang dari dalam warung, seorang wanita berpakaian hansip tengah duduk menikmati tehnya dengan santai.

“Oo, maaf mas, eh mba... ! Saya sedang mencari seseorang?”

“ Kalau boleh tahu siapa ya mba? Apa warga sini bukan?” seorang lelaki yang kemudian Fitri tahu namanya Refo.

“Namanya Roni, orangnya agak selebor rambutnya gimbal suka di kepang dua. Kemarin dia datang ke sini dengan vespa berwarna merah. Kalau ga salah memakai baju kotak-kotak. Ya benar kotak-kotak merah.” Ujar wanita muda itu menjelaskan.

“ooo, yang si Mas yang nyariin Mba Jingga kemaren itu mungkin yang dimaksud Mba ini. “ jawab pemilik warung cepat tanggap.

“Ponakannya Om Heysa itu mungkin ya? “ sahut seorang pria dan Fitri mendengar pria itu dipanggil Ade. Mungkin itu namanya.

“ Ya Mba, kami tahu…silakan duduk dulu Mba !” seorang pria mempersilakan Fitri masuk. Wanita itupun tidak menolak, ia memilih duduk di bangku panjang dekat pintu. Segelas air putih lansung disuguhkan pemilik warung.

“Silakan diminum Mba, pasti haus” ucap si ibu ramah.

“Terimakasih banyak Bu, o ya jadi kemana ya Bu saya bisa mencari Roni?” Lanjutnya bertanya.

“Dorma, tolong antar Mba ini ke rumah pak Heysa ya..!” pinta Mas ade pada hansip Dorma.

“Biar diantar hansip ini aja Mba. Rumah pak Heysa tidak jauh dari sini kok. Di perempatan ujung jalan sana” sambil menunjuk ke ujung jalan.

Dengan sedikit basa basi akhirnya Dorma mengantar Fitri ke rumah Pak Heysa. “Mobilnya di tinggal di sini aja Mba, dekat kok. Rumah Pak Heysa agak ke dalam jalannya sedikit sempit. Baiknya kita jalan kaki saja” ucap Dorma

“Oo, begitu baiklah Mba. Tidak apa-apa. Lagian sepertinya desa ini nyaman sekali saya juga ingin menikmatinya dengan berjalan kaki.”

Langkah mereka santai beriringan. Sekilas Fitri bisa menilai hansip ini baik juga. Dan hampir semua orang yang ada di sini ramah dan sopan. Semoga Pak Heysa juga orang yang baik pikir Fitri.

**

Tidak berapa lama mereka berjalan akhirnya sampai di sebuah rumah yang cukup besar. Pekarangannya cukup luas, sebatang pohon mangga terdapat di samping rumah itu. Daunnya rindang sayang masih berbunga belum terlihat buahnya. Fitri lega saat melihat sebuah Vespa merah parkir di bawah pohon mangga itu. Itu vespanya Om Heysa yang biasa suka di bawa-bawa Roni. Mudah-mudahan orannya ada.

“Ini rumah Pak Heysa Mba.” Hansip Dorma itu memecah lamunannya.

Fitri mengangguk dengan senyum, “terimakasih Mba Dorma sudah mengantar saya ke sini. Kalau tidak keberatan ayo temani saya masuk ya.” Pintanya.

“Baik Mba !” jawab Dorma

Tok tok tok…! !

“Assalamualaikun,” Dorma mengetuk pintu rumah itu.

Terdengar langkah seseorang keluar dari dalam, sesaat kemudian pintu terbuka.

“Dorma?” seorang perempuan muncul dari dalam. Kata Dorma itu istrinya Pak Heysa.

“maaf Bu, saya mengantarkan Mba ini, katanya mau bertemu dengan ponakan Ibu yang baru datang dari kota kemarin” Dorma menjelaskan kedatangan mereka.

“Oo, silakan masuk. Roninya ada. Tadi lagi di belakang sama Omnya. Duduk dulu sebentar saya panggilkan ya..!” sahut wanita itu dengan sangat ramahnya.

Fitri dan Dorma masuk ke dalam rumah, mereka duduk di kursi tamu dari sofa yang cukup empuk. Fitri menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan. Rumah yang sejuk, cukup besar dngan foo-foto keluarga tergantung di dinding.

“Mba Fitri..!!!” suara yang sangat dikenal Fitri menyapanya.

“Kok bisa sampai di sini Mba?” Tanya Roni penasaran.

“Eh, Roni..! iya saya mencari kamu kemana-mana. Akhirnya sampai ke sini.” Jawab Fitri

“O ya, kenalkan ini Om Heysa. Om aku Mba! Ini Mba Fitri tantenya temanku Om” Fitri mengacungkan tangannya dan mereka berjabata tangan.

“saya menjemput kamu ke sini Ron!” lanjut Fitri membuka pembicaraan.

“Aku mau menyampaikan surat dari Ghara untuk mu. Besok malam Ghara akan berangkat ke Australi melanjukan studynya. Dan ia memintaku memberikan ini kepadamu sebelum berangkat. Silakan dibuka.”

Roni menerima dengan ragu amplop pink dari Fitri. Penasaran ia ingin membukanya. Sekilas ia menatap Fitri dengan berjuta pertanyaan. Fitri hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan senyum khas dibibirnya.

Roni menyobek pinggir amplop dengan hati-hati. Perlahan dengan hatinya yang mulai berdegup kencang. Kini amplop itu telah terbuka.dan ia mulai membaca.

Untuk Kang Roni

Hi, Kang..! senang bisa akhirnya suratku sampai di tangan Akang.

Mohon maaf sebelumnya, selama ini aku sudah banyak mengecewakan Kang Roni! Aku tidak tahu apa perasaanku terhadap Akang? Apakah aku suka, sayang atau cinta? Aku tidak mengerti. Yang kutahu, aku selalu cemburu saat Akang berbicara soal perempuan yang bernama Jingga Jingga itu.! Aku benci, tapi aku tidak tahu harus brebuat apa.

Akang..! beberapa hari lagi aku akan ke Australi, aku akan melanjutkan pendidikanku di sana. Sebelum aku berangkat ke sana aku ingin bertemu Kang Roni. Maafkan aku, aku tidak berani menghubungi hp Kang Roni. Aku takut Kang Roni tidak menjawab dan mengabaikannya.

Semoga surat ini bisa Kang Roni mengerti, aku mncintai Kang Roni. Apapun jawabannya aku terima. Aku lega sudah mengungkapkannya.

Salam cinta selalu

Ghara/Shelly mu

“Mba Fitri Shelly?” Roni seakan kehilangan kata. Bagaimana mungkin selama ini perhatian Shelly tidak pernah digubrisnya. Karena yang ada di hati dan pikirannya adalah wanita di dunia maya Jingga itu.

Jingga yang telah menghancurkan harapannya.

“Shelly..! Maafkan Akang!” gumamnya lirih.

“Om, aku harus pergi bersama Mba Fitri sekarang! Ada hal penting yang harus kuselesaikan secepatnya.”

“Ayooo Mba Fitri, kita berangkat” Roni segera ke kamarnya, mengambil tas ransel yang dari semalam sudah disiapkannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun