Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ekspektasi Rakyat terhadap Jokowi Berlebihan?

21 Oktober 2014   17:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:15 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelantikan Joko Widodo (Dok. Tempo)

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Pelantikan Joko Widodo (Dok. Tempo)"][/caption]

Membaca twitt Arya Sudjiwotedjo pagi tadi di akun twitternya @Sudjiwotedjo :pagi, dalam hal harapaan jagan salahkan pemberi harapan…salahkan yang berharap.

Kalimatnya menggelitik saya untuk menuliskan tentang sebuah harapana seolah sedang ingin memberi peringatan kepada kita yang menaruh begitu besarharapan nyaris “berlebihan” pada sosok presiden baru Jokowidodo. Saya nyatakan berlebihan menyaksikan antusiasnya masyarakat yang ingin hadir di acara pelantikan Jokowi kemarin menjadi sebuah kekhawatiran tersendiri. Saya jadi ingat teman saya pernah bilang, janganlah kamu berharap kepada manusia karena kamu pasti akan menuai kekecewaan.

Manusia punya keterbatasan dalam berbuat, meskipun dengan harapan-harapan yang kita tumpangkan kepada Jokowi energy dan semangat beliau untuk bekerja dan melakukan yang terbaik bagi bangsa Indonesia ini tentu akan menjadi berlipat-lipat. Namun tetap saja keinginan yang berlebihan menjadi sumber kekecewaan rakyat sendiri. Seperti sebuah peringatan dari Sudjiwotedjo bahwa jika suatu saat nanti harapan-harapan kita tak terpenuhimaka terimalah itu sebagai sebuak konsekueansi dari sebuah pengharapan, jangan menyalahkan siapa-siapa atas semua keinginan kita yang tak tercapai itu.

Tidak hanya peringatan dini dari Sudjiwotedjo, tetapi juga ungkapan Jokowi sendiri tadi malam saat ditanya Najwa Shihab

“apa yang bapak rasakan menyaksikan begitu antusianya masyarakat menunggu pelantikan ini?”

Saya tak menyangka beliau (Jokowi) menjawab

“ini sudah berlebihan, ini ekspektasi yang terlalu tinggi” Najwa dengan gaya khasnya cepat memotong dengan mengatakan “apa bapak mulai takut? dengan harapan-harapan yang begitu tingi dari rakyat?”

Jokowi menjawab lagi “bukan…tidak takut, tetapi ngapain coba berdiri di depan istana sejak pagi…ngapain coba? Ini berlebihan, ini ekspektasi berlebihan”

Jokowi telah anggap pengharapan kita sebagai ekspektasi yang berlebihan. Kalimat Jokowi itu mungkin benar seperti juga yang ditangkap Najwa Shihab saat wawancara, ada kekhawatiran, ketakutan tidak mampu memenuhi semua harapan banyak orang terhadap dirinya. Namun di luar itu semua, kita yakin..tentulah beliau bukan seorang pengecut yang begitu saja ciut setelah menyaksikan realita sangat-sangat besarnya harapan rakyat kepadanya.

Memiliki presiden baru..dengan gaya kepemimpinan yang telah beliau tunjukkan. Beliau memang pantas untuk kita idolakan. Tentu sah-sah saja kita menaruh harapan tinggi di pundak beliau seberat-beratnya karena beliau yang saat ini dipilih Tuhan mengemban tugas mulia mengurusi bangsa ini.

Selain kebahagiaan yang melimpah sebagai rakyat, kita juga mendoakan pemimpin yang baru ini mampu membawa kesejahteraan kepada rakyat Indonesia secara merata. Tetapi tentu kita juga harus ingat, bahwa pengharapan ini, janganlah menjadi beban bagi beliau yang akan mengahantui beliau dengan rasa takut tak mampu memenuhi keinginan banyak orang. Mari biarkan beliau bekerja maksimal, tugas kita mengawal dan mendoakan semoga beliau diberi kekuatan menghadapi banyak persoalan di negeri ini. Sebagai rakyat, tugas kita juga kembali ke kehidupan nyata, bekerja, berkarya, berbuat yang terbaik untuk diri sendiri, keluarga dan bangsa Indonesia tercinta.

Kembali saya mengeja kalimat Sudjiwotedjo di twittnya, dalam hal harapan..jangan salahkan pemberi harapan, salahkanlah yang berharap. Kata-kata yang menurut saya, patut untuk selalu kita ingat dan renungkan. Agar tak ada kekecewaan berlebihan sehingga nanti akan menutup mata kita saat sebuah keberhasilan telah ditorehnya, dan kita lupa untuk memberi penghargaan.Saat itu cinta yang kita tunjukkan saat ini bisa berubah menjadi benci yang berlebihan.

Selamat bekerja pak Presiden..

Selamat siang..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun