Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mesrakah Memanggil Pasangan Anda dengan “Papa-Mama”?

13 September 2011   03:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:00 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

google.image

Dulu saat pacaran biasanya saya panggil pacar saya dengan Abang dan dia memanggil saya Yayang (red:sayang) mesra ya hihi. Kami tidak lama pacaran dan memutuskan segera menikah. Saat masih berdua panggilan itu masih melekat, sampai saya berpikir apa suami saya sudah lupa nama saya ya? Karena tidak pernah sekalipun dia memanggil nama saya. Selalu saja “yayang” dan saya sangat menikmatinya. Bahkan saat dia marahpun dia tidak melepaskan kata “yayang “ itu. Sungguh marahnya membuat saya makin sayang.Uhuy!

Setelah anak pertama saya lahir, saya mau dipanggil “bunda” oleh anak saya. Dan suami saya maunya di panggil “papa”.(dasar kami dua-duanya keras kepala) tidak ada yang mau mengalah untuk soal ini, hingga sampai sekarang anak-anak memanggil kami berdua Papa dan Bunda (walau tidak pas tapi asyik aja). Entah siapa yang memulai panggilan Abang dan Yayang hilang dari rumah kami. Lenyap begitu saja tak berbekas. Yang terdengar saat kami bicara ternyata kami telah saling memanggil dengan kata Papa dan Bunda.

Ada beberapa teman yang protes dengan panggilan itu, karena suatu kali mereka mendengar saya bicara di telpon dengan suami. Katanya tidak boleh, tapi untuk merubahnya kok rasanya sulit.

Menyapa pasangan dengan panggilan tertentu, itu menjadi hak kita masin-masing. Tergantung mana yang dirasakan nyaman saja. Tetapi ada juga yang mengatakan kalau panggilan “papa-mama” atau “ayah –ibu” itu menjauhkan hubungan diantra pasangan. Terasa ada jarak dan mengurangi kemesraan. Karena mereka berpikir panggilan semacam ini hanya symbol.

Benarkah begitu? Dan kita tidak menyadarinya. Menurut Prof Sarlito, panggilan "mama-papa" justru terkesan membatasi kemesraan. "Mama-papa" merupakan sebutan untuk fungsi Anda berdua sebagai ayah dan sebagai ibu. “Kalau tidak di depan anak-anak, alangkah baiknya pasangan memanggil pasangannya dengan panggilan mesra seperti ketika pacaran dulu,” begitu jelasnya. (kompas.com)

Pernyataan di atas barangkali tidak sepenuhnya benar. Karena semua juga tergantung pada diri masing-masing. Tapi menurut saya perlu juga untuk direnungkan bisa saja panggilan kita bersama pasangan mengurangi kemesraan. Hal ini karena seolah dalam keluarga kita hanya fokus memikirkan interaksi bersama anak-anak dan melupakan diri kita berdua sebagai suami istri. Kita tidak memikirkan interaksi diri kita dan pasangan. Ditambah lagi aktivitas kita yang luar biasa sibuk masing-masingnya, sehingga kemesraan itu sulit terlihat lagi di rumah kita.

Saling memanggil pasangan dengan sebutan yang menunjukkan kemesraan tentu akan mengikat kembali hubungan kita dengan pasangan. Meskipun cara memanggil pasangan ini hanyalah salah satu cara yang bisa mempererat hubungan suami istri. Karena masih banyak hal lain yang juga tidak boleh diabaikan dan sangat menentukan kualitas kemesraan hubungan suami istri. Seperti misalnya komunikasi, perhatian dan penampilan dan masih banyak hal lainnya.

So menurut anda apakah panggilan “Papa-Mama” atau “Ayah-Bunda”, “Papi –mami” itu mesra? Silakan berikan jawabannya di kolom komentar ya !

Selamat pagi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun