Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Satu Cinta Dua Agama [9]

31 Maret 2011   02:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:16 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13015373831721614362

“Tapi, Nak Li …! Suara Mama memecah lamunan Tri. Lalu ia kembali fokus  mendengarkan pendapat Mama. “Sebagai Ibu, saya memang keberatan Nak Li, maafkan saya! Bagi saya mendengar semua penjelasan Nak Li sungguh sangat meyakinkan. Betapa besarnya cinta Nak Li kepada putri kami. Saya berterimakasih untuk itu. ”

“Namun, sebagai seorang Ibu dan seorang muslimah saya wajib menjaga anak saya dari berbuat sesuatu yang melanggar syariat. Agama Islam meninggalkan dua pusaka untuk kami berpedoman menjalani hidup, yaitunya Al Qur’an dan Sunnah. Segala sesuatunya telah diatur dengan sangat jelas di dalamnya. ”

Li dengan sabar mendengar apa yang disampaikan oleh Mama Tri tanpa berusaha membantah atau memotong pembicaraan. Sementara Papa Tri terlihat mulai menahan kantuk.

“Mulai dari hal-hal yang paling kecil sampai pada masalah besar sekalipun. Semua tertera dalam Al Qur’an dengan sangat terang. ”

“Hal kecil misalnya yang diatur adalah, pada saat seorang bayi lahir ke dunia, Bapaknya harus mengumandangkan azan di telinga anak lelaki yang baru lahir itu. Jika yang lahir adalah bayi perempuan maka Bapaknya harus mengumandangkan Iqamat. Itulah kalimat pertama yang harus didengar sorang bayi mungil dalam agama kami, kalimah Tauhid. Hanya orang Islam yang bisa melakukannya. ”

“Saya percaya bahwa penguasa hati manusia adalah Tuhan. Tuhanlah Yang Maha membolak balikkan hati. Kita sama sekali tidak mengetahui apa yang akan terjadi nanti dan juga sama sekali kita tidak punya pengetahuan tentang masa depan itu.”

Sementara Mama Tri terlihat masih begitu semangat menyampaikan isi hatinya.

“Kita tidak bisa katakan kepastian bahwa nanti Tri tidak akan berpindah agama. Bukan karena saya meragukan kesungguhan Nak Li untuk tetap menjaganya. Bukan..Bukan itu! Tetapi saya tetap tidak mampu melepaskan anak saya kepada seorang lelaki Non muslim. Karena agama memang jelas-jelas melarangnya. ”

“Nak Li, Om setuju dengan pendapat Mamanya Tri. Maaf, bila hal ini mengecewakan hati Nak Li! Sebenarnya kami tidak bermaksud demikian sama sekali. Tidak!” Papa Tri sedikit menambahkan.

Sambil menggeleng kepalanya dengan perlahan, Li menarik nafasnya dalam-dalam. Li terlihat memendam kekecewaan yang sangat. Papa Tri yang duduk didekatnya berusaha menghibur dengan menepuk bahunya.

“Nak Li, kami doakan kelak akan mendapatkan jodoh yang sepadan.” Demikian suara Papa Tri menghibur diiringi anggukan Mama Tri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun