[caption id="attachment_99128" align="aligncenter" width="338" caption="Kenangan Indah Itu....//GettyImages"][/caption]
Koko Liiii. . . Ko, tunggu, tunggu aku !” Li membalikkan tubuhnya ke arah suara yang sangat ia hafal itu. Tri setengah berlari mengejarnya, dengan travel bag berukuran sedang diseretnya. Ia tidak memperdulikan orang-orang di bandara itu memandanginya.
Li kaget dan tidak percaya dengan sosok yang dilihatnya. Trimenyusulnya, dengan mata yang setengahsembab usai menangis.
“Koko …!” Tri tidak bisa lagi menahan dirinya, ia ingin sekali memeluk kekasihnya denganhati tersayat. Tapi tak jua dilakukannya. Tri mematung di hadapan Li, dengan mata sendu dan suara lemah ia berkata, “ Kita ke Jakarta sama-sama ya, Ko !” Begitu ujarnya.
Li tak mampu juga untuk mengeluarkankata-katanya, kerapuhan yang dilihatnyadari kekasih hati yang sangat ia cintai membuatnya kehilangan kata-kata. Ia merasa tidak bisa lagi memberikan kekuataan pada gadisnya. Li hanya menganggukkan kepalanya, dan tersenyum kecut serta sedikit heran.
“Ayoooooh !” Sambil menggandeng tangan Tri di sisinya ia melangkah, Li dapat merasakan sedikitkelegaan bersama kekasihnya.
Tri kemudian menjelaskan kepada Li, bahwa dia telah meminta ijin kepada kedua orangtuanya ke Jakarta untuk membereskan pekerjaannya terlebih dahulu, lalu kembali ke kampong halamannya.
***
Bisu, di atas pesawat. Sama sekali sepasangkekasih itu tidak saling bicara dalam menahan gejolak hati. Terkurung dalam pikiran sendiri-sendiri yang dipenuhi perasaan luka dan lara. Tri merebahkan kepalanya di pundak Li yang datar. Dibiarkan tangannya digenggaman Li. Matanya menatap ke awan di balik jendela pesawat, sambil membayangkan kenangan indah ini akan segera berlalu.
“Ko …!” Suara lirih Tri memecah kebisuan mereka. Tatapannya begitu manja namunsayu.
“Ya … ” Li menjawab lemah tanpa gairah tetapi berusaha tersenyum untuk menyenangkan hati Tri yang sedang terluka.