Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mencemooh, Menggosip di Tempat Umum, Awas Kena “Semprot”

21 Januari 2015   19:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:40 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14218166101264234063

antoncharlianetika.blogspot.com

Sore kemarin ada sebuah kejadian yang tak terlupakan. Saya dan dua orang temana sepulang kantor pergi ke sebuah café, karena kesibukan masing-masing kami jarang bertemu. Sore hari salah satu teman menghubungi saya dan mengajak bertemu, saya pun setuju, dan kamipun mengajak satu teman lagi, hingga sore itu berangkatlah kami bertiga. Saya paling muda diantara teman-teman saya, selisih usia kami kira-kira 10 sampai 15 th.

Kamipun memilih sebuah café untuk nongkrong sore itu, baru saja masuk kami disambut hangat oleh seorang karyawan laki-laki di café itu, dengan sangat sopan dan ramah ia menawarkan menu. Kami sering datang ke daerah itu, iseng-iseng teman saya ingat biasanya ada sebuah toko kue di seberang café. Lalu spontan teman saya berdiri dan melongok ke bawah ke seberang jalan (karena kami berada di lantai dua) sambil menunjuk dan bertanya kepada sang karyawan,

“dek.. toko kue brownies di sana kok ga buka lagi ya? “ tidak ada yang salah yang dilakukan teman saya. Namun pada saat bersamaan, salah satu pengunjung kafe di meja depan saya, berpakaian seragam PNS (seragam yang sama dengan teman saya yang bertanya) mengomentari teman saya pada temannya.

Dengan gaya yang dibuat sangat lebay, ia menirukan pertanyaan teman saya,

“dek toko kue brownies di sana kok ga buka lagi ya?”

dengan kepala yang digoyang_goyang ala india, persis seperti pemeran antagonis dalam sinetron tivi yang lagi rese,bergosip, mengolok-olok, gaya sinis, dan muka menyebalkan. Sungguh dia apes sekali karena apa yang dilakukannya itu tepat tertangkap mata saya.

“helloooooo…kenapaaa????? Kenapaa???” tantang saya dengan muka serius. Dia kaget dan langsung terdiam, padahal waktu itu dia duduk berhadapan dengan teman cowoknya dan teman perempuan di sebelahnya. Perempuan yang mencemooh teman saya itu sepertinya masih sangat muda, saya yakin usianya masih jauh di bawah saya begitu juga temannya, wajahnya cukup cantik, kalau tanpa seragam PNS itu dia mungkin akan seperti ABG.

Teman saya bingung karena saya terus saja memandang ke meja, iapun bertanya “ada apa?” saya sebenarnya tidak ingin memberi tahu teman saya, karena saya tahu sekali karakter beliau, dia seperti lebah yang akan menyengat bila diganggu. Namun teman satu lagi juga heran, “ada apa sih?” akhirnya saya menunjuk perempuan di meja itu, dan katakan apa yang barusan saya lihat. Awalnya santai teman saya menjawab.

“Orang yang suka mencemooh dan mengolok-olok orang lain tidak akan sukses” Namun kemudian, seperti dugaan saya, teman saya memutar posisi duduknya hingga berhadapan dengan anak itu. Maka mulailah teman saya mengomelinya, ahhh…mereka tidak tahu kita ini emak-emak kalo ngomel pasti panjanggggg banget, hahaha.

Teman saya langsung bilang, “heeiii dek…jangan suka mencela orang lain, baju kita sama.Kita duduk di tempat yang sama, makanan kita sama. Trus kenapa kamu sombong sekali? Mencemooh orang? Apa saya terleihat seperti orang kampung? Iyaaa saya memang orang kampung trus kenapa? Kamu merasa orang kota? Saya yakin kamu juga dari kampung dan kebetulan aja diterima jadi pegawai di sini, kamu masih baru kan? Saya ini sudah jadi PNS lama, gaji saya jauh lebih tinggi dari kamu, ga perlu sombong. Atau kamu merasa cantik? Heiiii jangan bangga sama kecantikan kamu, turun dari sini kaki kamu terpeleset, jatuh dan mukamu gores cantikmu hilang. Paham? Jangan pelihara sikap buruk seperti itu, jangan merendahkan orang lain, meski di hadapan kamu seorang miskin, jelek sekalipun dan tak sanggup membeli makanan seperti yang kamu makan, kalau kamu tak mau membelikannya kamu jangan menghina…bla bla bla,,!”

Panjang sekali omelan teman saya, dan saya berusaha melerai tapi teman saya bilang

“ga papa biar ini jadi pelajaran buat dia, seenaknya menghina orang, kita tidak kenal dia, tidak juga mengganggunya”.

Perempuan itu mati kutu, terdiam, muka merah, kikuk dan tak sanggup lagi mengunyah makanannya, sambil dua tangan di dekap ke dada dan berucap “Maaf buk…maaf kak…maaf” ucapnya berulang. Teman sayapun akhirnya diam, dan saya juga tambahkan.

“besok jangan begitu lagi ya!” dia mengangguk dengan senyum yang kecut, pucat, dia masih beruntung, teman saya tidak menamparnya, dan tidak mengomelinya dengan suara keras yang mengundang banyak mata melihatnya dipermalukan, tapi dengan suara yang lunak dan cukup lembut tapi menusuk.

Tak berapa lama merekapun pergi, dan teman perempuannya tersenyum dan pamit ke saya, saya hanya mengangguk dan tak tahan menahan geli atas kejadian tersebut ingat omelan teman saya. Saya berpikir, mungkin ini kebiasaannya, tanpa sadar muncul di tempat itu. Hanya sayang sekali, itu salah,di tempat yang salah, dan pada orang yang salah. Kepada kami yang saya yakin dia tahu jauh lebih tua.

Jujur saat memergoki dia menggosipkan teman saya, saya heran tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang berpendidikan kok tidak punya etika. Atau Mungkin dia kebanyakan nonton sinetron, jadi ingin coba-coba praktekkan adegannya, sayang yang ditiru adegan pemeran antagonis. Habis deh, “kena semprot” teman saya. Jadi kita memang perlu menjaga sikap dimanapun kita berada, dan tak perlu usil mengurusi yang bukan urusan kita.

#Selamat siang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun