Mohon tunggu...
fitri aulia
fitri aulia Mohon Tunggu... -

Satu dari 5 anak yang beruuntung dilahirkan dari rahim ibu. Mahasiswa pasca Bimbingan & konseling UIN Yogyakarta. Mantan Pemimpin Umum PERS Mahasiswa UAPM INOVASI-UIN Malang.Senang membaca, diskusi dan menulis. Sangat mengenal kompromi. Juga Sangat-sangat senang dengan dunia anak-anak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Banyak (pelajaran) dari Satu (forum)

28 Agustus 2012   14:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:13 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serius, ini berawal dari ketidaksengajaan.  Malam itu saya sedang tertarik berkeliling toko buku loak'an di dekat kota Malang. Setelah lelah, saya pun menyempatkan diri memasuki sebuat galery buku yang terletak di seberang jalan. Pertama mendorong pintu, terasa seperti sedang berada di dalam perpustakaan, bayangkan saja, di tengah-tengah ruangan, tertata rapi kursi dan meja berbentuk letter O, lalu di sampingnya lagi ada meja yang dikelilingi kursi berserakan karena sedang penuh terisi orang, jelaslah kesibukannya tidak lain adalah berdiskusi.

Aku yang tadinya sibuk mengedarkan pandangan ke serentetan panjang rak buku (letaknya menyebar ke seluruh sudut ruagan yang berbentuk persegi panjang), langsung menoleh tiba-tiba mendengar nama "HITLER" disebut-sebut oleh kelompok diskusi tersebut. Dari tempatku berdiri, aku akhirnya mencuri dengar semua hal yang sedang dibicarakan. Alhasil, tanpa sadar salah satu anggota kelompok diskusi ada yang menoleh ke arahku, lalu menyiapkan satu kursi yang masih kosong, aku hanya senyum-senyum membalas tatapan semua personil diskusi yang tiba-tiba beralih menatapku.

Finally, kurang dari 5 menit aku pun sudah terlibat cukup jauh dalam diskusi yang menyenangkan ini. Ku bilang menyenangkan, karena beberapa alasan penting yang tidak ku buat-buat. Pertama, model diskusi ini adalah diskusi panel yang unik, dimana setiap orang wajib mengemban tugas menjadi pemateri yang berhak menyuguhkan satu materi dengan tema "all about", bisa serupa sastra, serupa kajian sosial beserta tokoh2nya (salah satunya Hitler yang telah diceritakan oleh kawan bernama Ardana, yang berhasil ku kuping tadi, hehehehe), serupa budaya dan politik, pun juga serupa psikologi, atau kajian yang serupa religi dan pengalaman spiritual yang dialami langsung oleh sang pemateri. Kedua, pemateri hanya diberi waktu tidak kurang dari 15 menit untuk menguasai forum sampai moderator memutuskan akan menggilir tugas pemateri pada personil selanjutnya (termasuk menjawab semua pertanyaan dan tanggapan yang dilontarkan oleh anggota lain yang sedang tidak menjadi pemateri), begitu terus menerus sampai tibalah giliranku...(hemm...Deg degan).

Terlambat, jika aku tiba-tiba berdiri dan berpura-pura harus meninggalkan forum karena satu atau dua alasan yang resmi ku buat-buat. Akhirnya, 2 menit tepat setelah pemateri di sampingku menutup mulutnya, aku harus berpikir sedikit keras sambil terus memasang wajah manis di depan semua personil. Aku pun memutuskan untuk bercerita pengalamanku setelah menonton sebuah film yang telah hampir 5 kali lebih aku mengulang2nya (hehehe), film itu berjudul Changeling (bintang utamanya: Angelina Jolie). Ada banyak pesan moral dan proses panjang berharga yang ingin sekali ku bagikan pada semua pendengarku di forum ini. Dan aku berhasil..(hehe...).

1 jam berlalu, dan sangat terpaksa aku harus pamit dari forum tersebut karena satu alasan yang kali ini tidak ku buat-buat. Namun, kalian tahu, pertemua yang hanya 1 jam saja itu, benar-benar bisa membuatku memenuhi notebook ku dengan berbagai informasi baru. Seperti yang akan ku ulas berikut ini:

1) Pemberian  motivasi oleh konselor pada penderita HIV. (Sumber ilmu: kawan Riki) "HIV adalah virus yg mengakibatkan kekebalan tubuh seseorang melemah, akibatnya segala bakteri dan virus2 penyakit lain akan mudah menyerang tubuh. Nah, kumpulan penyakit itulah yg disebut AIDS"..dalam tubuh penderita HIV, berkembanglah ARV atau disebut juga virus copy paste, selalu berkembang ganda, awalnya 5 sel, jika tidak diobati dengan anti retroviral (fungsinya membunuh 5 sel yg telah berkembang sebelumnya), maka setiap 12 jam akan muncul lagi 5 sel baru. Demikian akan menumpuk dan menumpuk sampai tubuh penderita benar2 tak berdaya dan mati". Maka sebagai konselor penderita HIV, menjadi modal yg paling penting adalah mampu memberi motivasi, sugesti, tidak hanya sebatas ocehan, namun bentuk sikap konkrit, seperti menjadi mediator antara penderita dengan keluarga, penderita dengan tempat kerja dsb.

2) bedah buku, Globalisasi dan neo liberalisme (penulis: Airlangga Pribadi). Sumber ilmu: kawan ardi. "Betapa, indonesia ini benar2 dianggap pasar oleh negara2 asing. saya tekankan, bukanjadi PUSAT PASAR, tapi justru hanya menjadi pasar. Maka, jelas indonesia selalu dijadikan negara pilihan untuk promo produk2 seambrek gaya hidup, mulai dari fashion, elektronik (hp, laptop, modem, dsb), otomotif (mobil, sepeda motor), dan tidak kalah populer Produk2 kecantikan. Tidak herankan!??, sampai BB di indonesia tetap saja terjual walau dg harga 3 sampai 6 jutaan. "Hemm...lalu kenapa pula, akhirnya menteri perekonomian gelisah dengan harga minyak yg mahal, naik turun, bersubsidi atau tidak, dan bla bla bla.... padahal tanah kita mengandung sekian banyak kandungan minyak. Naasnya pemerintah kita tidak pernah bisa dikelola sendiri, ujung2nya dimanfaatkan pula oleh komoditi luar negeri dan membawa dampak eksploitasi sangat besar untuk penduduk asli indonesianya atau lebih mudah disebut sang tuan rumah sendiri..sangat disayangkan bukan??!!.

3) bedah buku tentang Hitlersumber ilmu: kawan Ardanatak banyak menyimak, semua sudah tahukan tentang hitler?.. atau silahkan dibaca lebih lanjut...hehehe.. (Bagiku, memicarakan Hitler memerlukan banyak waktu, sumber bacaan dan teman diskusi yang 100% nyambung).

4) Budaya Sintren di jawa barat.

Sintren, hampir sama dengan ronggeng, atau Geisya (budaya dari jepang) bagi yang pernah mendengar dongengnya.di indonesia, budaya sintren (pun juga ronggeng), termasuk budaya2 kejawen yang tidak pernah lepas dari sisi2 mistisnya. Seperti dipercayai ada ruh leluhur yang turut menyatu dalam diri sang penari saat mulai menari di atas panggung, juga saat proses seleksi pemilihan sang sintren yang diagungkan..selalu, dan selalu (sintren, ronggeng) berakhir menyedihkan dalam  perjalanannya; disingkirkan pelan2, digunjing oleh gerombolan ibu2 yang mulai cemas karena suaminya akan tergoda dg sang sintren yg agung dan mencampakannya. Tak mau ketinggalan, modernismepun ikut2an menghipnotis masyarakat dengan budaya2 ala barat yg menggiurkan, dan pelan2 menghapus memori budaya sintren dalam benak setiap orang. Lengkap sudah, sintren tak lagi punya celah untuk mempertahankan eksistensi dirinya.salah siapa?, mungkin kita termasuk pelakunya, dan kita tak sama sekali menyadarinya....
5) Etc..hehe..

alasan ku sebut menyenangkan yang ketiga adalah pengalaman ini, tidak pernah ku sesali seumur hidupku. Belajar dari banyak hal baru benar-benar menyenangkan. Menambah teman baru, sekaligus membuka wacana seluas-luasnya, tanpa sekat dan alasan untuk mengawetkan sikap ketidakpedulian diri pada sekitar.
Informasi tidak kalah penting:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun