Mohon tunggu...
Muh Fitrah Yunus
Muh Fitrah Yunus Mohon Tunggu... Staf Ahli DPD RI -

Muhammad Fitrah Yunus (Fitrah El-Fairuz) adalah anak pertama dari pasangan Ir. H. Muh Yunus Palaguna dan Hj. St. Haeriah S.PdI. Lahir di Butta Toddang, Gowa, pada 8 Mei 1988. Hobinya adalah membaca, menulis dan olahraga. Fitrah nyantri di Madr. Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta hingga 6 tahun dan telah menyelesaikan studi S1-nya di Hubungan Internasional Univ. Muhammadiyah Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan, Fitrah telah menulis beberapa buku, Jurnal, novel, juga penelitian yang telah dan tengah akan dibukukan. Diantaranya: Indonesia di Tengah Kutukan, Freeport dan Pengentasan Kemiskinan di Papua, Dominasi Amerika Serikat di Indonesia, Hak atas Kekayaan Intelektual, Politik Ekonomi Anti Rakyat, Supremasi Organisasi Multilateral, Memberdayakan Ummat, Manusia Anamnesis, dan Binasa; Drugs Killing Us Softly. Seringkali Ia juga mengisi seminar2 lokal, nasional maupun internasional. Fitrah pernah menjadi pembicara di pertemuan internasional Asia Eropa Meeting (ASEM) di Hanoi tahun 2010. Hingga sekarang aktivitasnya adalah sebagai Staf Ahli DPD RI, Ketua Lembaga Hukum dan HAM DPP IMM, peneliti di Indonesia for Global Justice, sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Makassar (UMM), dosen undangan di Universitas Fajar (UNIFA). Ia juga mengelola Rumah Imajinasi (RUMI CreAtive WriThink) yaitu rumah baca dan belajar menulis. Tahun 2013 mendapatkan penghargaan sebagai tokoh muda inspiratif Fajar, tepat pada ulang tahun Graha Pena, Fajar. Sekarang melanjutkan studinya di Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan UNHAS. Orangnya sangat ramah dan terbuka untuk berdiskusi dan traveling. Selamat berkenalan. ^^

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bertumbuh namun Tak Merdeka!

19 Agustus 2013   07:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:08 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

P { margin-bottom: 0.08in; } Dalam RAPBN-P tahun 2014 pemerintah memiliki ambisi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan 6,4% digadang-gadang menjadi target pertumbuhan. Ambisi ini sebenarnya cita-cita yang sejak RAPBN-P tahun 2013 ingin direalisasikan, namun karena banyaknya hambatan baik hambatan perdagangan, hambatan fiskal yang terjadi, tidak mengindahkan cita-cita tersebut.

Ada beberapa Indikator yang harus menjadi perhatian utama pemerintah, Investasi dalam jumlah besar masih menjadi primadona pertumbuhan ekonomi jika 6,4% itu ingin direalisasikan. Hingga kini investasilah yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Perlu dipahami bahwa investasi sejak semester I/2013 memang dinilai tinggi, bertumbuh 30,2% secara tahunan, namun belum signifikan, yang seharusnya bertumbuh lebih besar dari angka tersebut. Ini karena pengaruh kenaikan harga/komoditi dalam negeri yang juga menyebabkan anjloknya rupiah terhadap dollar.

Disisi lain, konsumsi rumah tangga juga menjadi primadona pertumbuhan, tingginya konsumsi masyarakat pasca hari raya idul fitri dan hari raya-hari raya berikutnya pada akhir tahun akan dapat menciptakan keseimbangan permintaan dan penawaran pada komoditi.

Namun, pertumbuhan pesat itu tidak diikuti dengan kontribusi yang berarti terhadap produk domestik bruto (PDB), yang terlihat dari sumbangan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) hanya sekitar 4% terhadap PDB.

Dari semua itu, pertumbuhan 6,4% pada tahun 2014 tidak mungkin dapat terealisasi jika sumber-sumber pertumbuhan kering dan upaya terobosan pemerintah untuk menaikkannya sangan minim.

Asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4% pada 2014 akan sulit dicapai di tengah keringnya sumber-sumber pertumbuhan dan minimnya upaya terobosan. Apalagi akhir-akhir ini masalah utama ekonomi di Indonesia adalah banyaknya investor menarik dananya di saham dan obligasi portofolio, lalu memindahkannya ke negara lain.

Disamping itu hambatan klasik seperti infrastruktur yang kurang memadai dan masalah birokrasi, juga menjadi aktor utama dalam setiap masalah ekonomi dalam negeri. Korupsi memangkas anggaran sangat besar dan menghambat pembangunan.

Sementara itu, paket kebijakan insentif fiskal yang akan diluncurkan pada 2013 dan 2014 diperkirakan belum akan terlihat dampaknya terhadap realisasi investasi tahun depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun