P { margin-bottom: 0.08in; }
Sejak lama sudah diprediksi bahwa jika Indonesia tidak dapat melihat dengan seksama prediksi ekonomi masa depan, maka akan dapat diombang-ambing oleh para negara-negara maju berstrategi jitu dalam pengambilan kebijakan ekonomi politik internasional.
Nilai tukar mata uang adalah fundamental ekonomi untuk melihat seberapa besar impor maupun ekspor suatu negara. Dewasa ini, pemerintah memperlihatkan ketidak-ahliannya menakar nilai tukar terhadap dollar. Jatuhnya Rupiah terhadap Dollar adalah bukti bahwa pemerintah tidak memperhatikan fundamen ekonomi negara.
Ada banyak sebab mengapa Rupiah tergerus dalam, neraca perdagangan yang negatif dan utang luar negeri yang jumlahnya besar, khususnya di sektor swasta memaksa Rupiah terus melemah. Belum lagi ketahanan pangan dan kemampuan ekspor yang begitu rendah, melengkapi kesedihan Rupiah.
Sekarang, pemerintah diminta mengeluarkan kebijakan restrukturisasi utang luar negeri swasta yang jatuh tempo secara kolektif, guna mengurangi tekanan dari nilai tukar Rupiah terhadap Dollar.
Restrukturisasi utang swasta dipercaya dapat merefinancing utang-utang swasta agar tekanan terhadap Rupiah dapat berkurang. Hingga sekarang tota utang swasta itu sekitar US$126 miliar, dan yang tenornya dibawah 1 tahun sekitar US$85 miliar (Bisnis 28/08/13).
Solusi ini salah satu yang diyakini dapat menjadi solusi tepat guna sebelum merong-rong ekspor dalam negeri., walaupun masih dalam lingkar kuasa ekonomi negara-negara super modal. Minimnya pengendalian beban utang swasta akan mengganggu kestabilan nilai tukar Rupiah, neraca perdagangan dan pembayaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H