Mohon tunggu...
Filman Syah
Filman Syah Mohon Tunggu... -

Berkarya tanpa tuntutan. Itu jujur dan rileks.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

“Sapi” Pincang, Listrik Tersendat

27 November 2012   06:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:37 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

*Oleh : Filmansyah*

Listrik. Peradaban modern butuh listrik. Alat-alat modern ciptaan masa kini, yang bertujuan mempermudah pekerjaan manusia, hampir semua dissetting harus memakai listrik. Bahkan untuk mengetik tulisan ini, butuh listrik. Listrik itu candu, arus modernisasi butuh listrik. Tatkala listrik itu padam, saat itu juga peradaban mundur jauh kebelakang. Rutinitas manusia juga ikut padam. Semua barang yang biasa terang karena listrik, jadi gelap mati tak berguna !  Kehebatan listrik juga luar biasa, bisa menghidupkan, juga sekaligus dapat mematikan. Ibaratnya api yang kecil, bisa jadi teman, tapi api besar, bisa jadi musuh. Perumpamaan yang sama untuk listrik.

Salah satu tempat dibumi ini, ada suatu peradaban dibangun. Tempat itu dipenuhi orang-orang kompleks, rutin mengisi waktu dengan padat, sepadat batu. Tapi akhir-akhir ini, sebagian dari mereka, tidak lagi sepadat batu. Sekarang hampir mirip dengan es batu. Makin lama diam, semakin cair mengecil dibunuh waktu. Peradaban ini terbilang cukup modern, malah ingin menambah modernitas-nya,  karena sudah ada persiapan untuk planning masa depan gemilang. Tapi itu nanti dulu, itu persoalan yang lain. Saat ini peradabannya, sedang candu dan butuh listrik. Ibarat sapi sakit, butuh obat buat perawatan. Salah satu kakinya saat ini sedang pincang, jalannya si sapi tak normal, padahal sebelumnya tidak ada masalah. Gejala ini dideritanya sudah dua tahun terakhir. Akhir-akhir ini malah makin parah. Saat diperiksa, ternyata asupan makanan yang kurang, rumput disekitarnya tidak tumbuh, padahal tanahnya mendukung kesuburan rumput. Sebenarnya, sudah ada tugas dibagi buat satu ‘orang’ agar menanami tanah itu dengan rumput, tapi sampai sekarang, hasilnya nol. Alhasil, pincangnya sapi makin parah. Bahkan sapi ini penyebab derita bagi lingkungan disekitarnya.

Peradaban yang diceritakan ini, sedang candu listrik. Sektor yang mendukung perkembangan kota, malah jadi momok penghambat, mereka jadi ikut-ikutan sakit. Sapinya belum sembuh, obatnya belum ada yang mujarab. Yang menjadi persoalan, tanahnya subur tapi tidak bisa menghasilkan rumput segar. Ada apa? katanya sedang diusahakan, katanya ada salah satu oknum belum mampu menghampar bibit. Peradaban satu ini, sedang krisis bahan bakar listrik, jadinya tersendat gara-gara penyakit kronis. Jauh dibawah lapisan tanahnya. Kata salah seorang peneliti, kandungannya masih banyak terdapat gas dan minyak bumi. Ada potensi besar, kalau krisis bahan bakar bisa teratasi. Artinya, sapi ini bisa makan rumput segar lagi. Tapi obat mujarabnya sampai sejauh ini belum bisa digunakan. Jangankan digunakan, ditemukan saja tidak ada kabar ! Putusnya arus listrik secara berkala, membuat kematian jangka pendek bagi aktifitas manusia-nya. Bahkan menjadi derita sekalangan orang. Musibah kebakaran, akhir-akhir ini marak terjadi. Alasan yang banyak ditemukan dilapangan, karena konslet arus listrik. Sesuai dengan perumpamaan tadi, listrik kecil jadi kawan, listrik besar jadi lawan. Sapi saat ini terus menderita kepincangan. Sang empunya sapi, memikirkan bagaimana nasib sapi ini. Entahlah, hanya memikirkan atau sudah melakukan bebagai upaya.

Tapi baru-baru ini dapat kabar, ada beberapa usul yang ditawarkan oleh pakar kesapian, untuk menangani penyakit sapi ini. Usulnya pertama, sapi ini akan dikembalikan ke pakar kesapian. Jadi, penyakit sapi bisa disembuhkan. Kedua, bekerja sama dengan pemilik sapi lain, agar pemilik sapi didaerah lain, mau memberikan rumput-rumput segar dari tanah mereka. Ketiga, menggenjot tanah sendiri untuk menghasilkan rumput segar, dengan memintai pertanggung jawaban kepada pihak-pihak terdahulu yang telah diberi tugas untuk menghasilkan rumput.

Apapun opsi itu, bila lekas ditindak lanjuti, dipikir matang-matang sesuai akal sehat, semua bisa diatasi. Asalkan terus berpijak, berharap supaya sapi ini lekas sembuh, supaya sapi ini bisa bantu orang-orang yang ada disekitarnya. Buat orang-orang yang berkepentingan, jangan sampai masuk mencari profit pibadi. Kalau ada, lebih baik diludah saja. Atau suruh si sapi menubruk badannya. Tapi, perlu diingat, ini hanya cerita, tulisan ini hanya bentuk cerita, tidak perlu diambil pusing. Pemilik sapi juga mungkin saat ini tidak ambil pusing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun