Mohon tunggu...
Filman Syah
Filman Syah Mohon Tunggu... -

Berkarya tanpa tuntutan. Itu jujur dan rileks.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dalam Pikiran

27 Juli 2013   09:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:58 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin pikiran ini belum cukup menerima, belum ikhlas lapang dada. Paling tidak, pikiran saat ini jatuhnya pada menyalahkan, mau memaksa, bahkan mau ‘menyiksa’ sebagian orang agar mau berubah atau dirubah, keluar dari ‘kelakuan’ kebiasaan. Tapi semua masih dalam pikiran, belum jalan, rasa-rasanya juga tak pantas sudah sejak dalam pikiran, apalagi jika dijalankan, maka semua itu diurungkan. Manusia banyak macam, malah tak terbatas macamnya. Ujung ketemu ujung dibumi ini, bila dipastikan semua orang tak ada yang sama. Meski kita ditawarkan pada teori mengenai ilmu manusia, atau barangkali ramalan dari perbintangan, demi memetakan karakter, namun semua itu bukan indikator kebenaran, itu perkiraan, malah kadang berbanding terbalik dari apa yang dituliskan. Tidak bermaksud menyalahkan, karena semua ada kelemahan, juga ada alas pijakan. Semua sah bila dikatakan semua orang sah.

Bahas tentang hati, analoginya sama dengan malam hari mau cari barang dikamar tapi kondisi sedang mati lampu, tak punya alat penerang. Maka yang ada meraba, dipikir, menebak, ujung-ujungnya salah pegang, malah tak dapat. Dipikiran muncul pertanyaan, kenapa ya? Kok bisa? heran ya? Hati cuma bisa dikira-kira, ditimbang, dipikir-pikir tak bisa dipegang, diraba-raba, tak berlogika, misterius, rahasia, tapi hati itu ada. Inilah manusia, hati tak bisa diukur pakai matematika.

Hati terisi oleh banyak macam hal, mulai dari pengalaman, keadaan, harapan, dan kemasan. Maksud dari kemasan yakni bagaimana seseorang menempatkan diri dalam lingkungan bersosial, status, dan mencari pengakuan. Sumbernya dari hati, maka dari hati-lah semua melebur jadi sikap, kelakuan dan kebiasaan, muara-muara kecil itu mengalir dan berkumpul menjadi satu sosok karakter diri. Setiap orang punya itu, punya perbedaan. Bila mengatakan seseorang itu sabar, maka ada alasan, ada rule-nya.  Sama dengan mengatakan orang itu tidak sombong, tidak serakah tamak, tidak syaiton, maka semua ada pedomannya, semua terkategori. Sudah dikatakan, manusia tak terbatas macamnya.

Ini sebenarnya tulisan yang muncul dari keheranan, melihat karakter yang hidup dan tampak. Ada karakter, sebenarnya bukan lepas dari koridor rule kebaikan, namun lebih banyak masuk dalam kategori rule diluar kebaikan. Menilainya pun sudah dengan dasar yang ditentukan. Diingatkan tetap saja sama, disalahkan tetap juga masih sama. Cara yang paling pantas, juga jadi mengkal tak masak-masak. Bahkan ia berani menyalahkan kebenaran, salahkan sumber yang benar. Sebenarnya tujuan cuma satu, berubahlah jadi baik dan tinggal yang tidak baik, cuma satu, tak banyak.

Entah siapa yang salah, tak pantas juga sebenarnya bicara siapa yang salah. Mungkin sudah ketentuan, karakter diri mungkin sebuah ketentuan. Sang Pemberi, memberi ketentuan, mereka yang hidup membawa hati, melekat dengan karakter diri. Kita masing-masing, hanya mampu menyesuaikan, menyeimbangkan dalam aspek perbedaan. Mungkin hanya itu kesimpulan, dan yang harus kujalankan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun