Mohon tunggu...
Filman Syah
Filman Syah Mohon Tunggu... -

Berkarya tanpa tuntutan. Itu jujur dan rileks.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dongeng Bisa Nyata?

11 Maret 2013   10:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:59 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*Oleh : Filmansyah*

Setiap tempat, pijakan diatas tanah, selalu mengandung cerita ‘bumi’-nya tersendiri. Bila tempat itu tenang, tentram, damai dan sentosa, mungkin itu hanya dalam dongeng, sebuah kisah khayalan yang diisi harapan-harapan indah, yang selalu berkesimpulan akhir bahagia. Tiap-tiap tempat punya aturan, punya ‘panggung’ kehidupan, seperti yang biasa disebut politik, ekonomi, sosial, hukum, dan segala macam penamaan yang tujuannya mengatur tempatnya, agar tepat sasaran, dan berjalan baik. Namun, juga bisa jadi tidak berjalan baik, lepas sasaran, muncul masalah ditengah-tengah, hingga berujung kesalahan yang berakhir dengan kerusakan. Arti kerusakan bisa berbentuk fisik atau nonfisik, benda hidup ataupun mati. Hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang tidak ada yang pasti, siapapun hanya bisa mampu menduga dan mengisi dengan bekal persiapan.

Ada suatu tempat, tak luas juga tak sempit, bisa dibilang tempat ini cukup maju. Manusia-nya berbagai golongan, dari ras, latar belakang profesi, pribumi dan nonpribumi, hidup beranak-pinak sudah lama, hidup bersebelahan dengan rukun dan damai, mirip dongeng. Tidak ada yang menyangkal dari bawah sampai atas, dari yang ‘memerintah’ sampai yang ‘diperintah’ hidup harmonis, dan hampir tidak ada ‘kerusakan’, semua berjalan baik. Sampai pada beberapa waktu lalu (terhitung mulai tanggal tulisan terbit), sejarah baru terukir, karena kisah ini tidak biasa, karena peristiwa ini baru pertama kali terjadi disini. Entahlah, apakah kejadian ini layak diberi apresiasi, mengingat negeri ini negeri yang demokratis, mengingat jargon vox populi vox dei (suara rakyat suara Tuhan), atau kejadian ini seharusnya tidak layak diingat. Beberapa titik bangunan rusak parah, sebagian yang ‘diperintah’ beranggapan, bahwa yang ‘memerintah’ dinilai lamban mengatasi masalah, pesoalannya pelik, berhubungan dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya. Sebut saja masalahnya yakni “krisis kebutuhan”, krisis ini karena kurangnya suatu benda untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari. Persoalan ini mulai menjangkiti tempat ini terhitung sejak 2-3 tahun terakhir, “krisis kebutuhan” semakin parah. Ibarat kain, belum ada yang bisa menyulam kembali robekan kain, karena benang dan jarumnya belum ketemu, sampai akhirnya robekan semakin lebar. Robekan ini tidak saja jadi kain dalam diam, tapi pengaruhnya sampai juga pada puncak batas kesabaran, dan bukan main-main, beberapa titik bangunan yang jadi korban, dan sebagian massa yang jadi ‘terperiksa’.

Dari hasil karya pewarta disana, pada intinya upaya yang dilakukan oleh yang ‘memerintah’, sudah dilakukan maksimal, namun belum ada hasil, dan statusnya dianggap oleh yang ‘diperintah’ semakin kritis, “krisis kebutuhan” dianggap semakin menyempitkan sebagian gerak masyarakat untuk menuai rezeky. Bisik-bisik yang terekam, yang ‘ memerintah’ sebenarnya sudah berjanji diawal tahun ini “krisis kebutuhan” sudah bisa teratasi. Namun, sampai sejauh ini belum bisa juga, barangkali ada hambatan atas itu, atau ada hal lain yang belum bisa diungkapkan. Kali ini, tempat yang mirip dalam dongeng ini, diuji kebesarannya.

Catatan

Niat yang baik, jika dilakukan dengan cara yang salah, maka hasilnya jadi tidak baik. Sebaliknya, niat yang tidak baik, dilakukan dengan cara yang benar, maka itu adalah Syaitannn. Yang benar, niat yang baik, dilakukan dengan cara yang benar, maka hasilnya juga akan baik. Disini tidak dalam artian menyudutkan salah satu pihak, mengingat tulisan ini yang muncul hanya ada dua tokoh, yang ‘memerintah’ dan yang ‘diperintah’. Karena kesalahan bisa saja terjadi dimanapun, kesalahan adalah ciri bahwa dia adalah manusia yang sempurna, tidak lepas dari salah. Tidak semua yang kita baca itu benar, tidak semua yang kita lihat itu salah. Dimanapun, cerita ‘bumi’ kadangkala penuh intrik dan teknik ‘siluman’. Tapi semua itu akan terabaikan, jika dua hal ini dilakukan, yakniintropeksi dan jujur, duduk satu meja tanpa urat tegang, bicara dengan mengutamakan akal sehat, selalu utamakan akal sehat, rasanya jika bisa seperti itu, tempat ini akan semakin menjadi dongeng yang nyata bukan? tentu akan jadi akhir bahagia.

Peristiwa ditempat ini, baru pertama kali terjadi, hubungan antara yang ‘memerintah’ dengan yang ‘diperintah’ hari itu benar-benar kurang harmonis, berbuah rusaknya beberapa bangunan. Kejadian ini bukan tanpa sebab, yang satu ada alasannya, dan yang satu lagi juga punya alasan. Apa peristiwa ini ada kaitannya dengan kesalahpahaman? bisa jadi, karena ini bumi manusia, cerita manusia, dan manusia biasa yang sempurna pasti mengandungi kesalahan. Maka pentingnya untuk bersikap saling keterbukaan, agar paham risalahnya, dan mau gotong royong untuk sampai pada tujuan baik, tujuan bersama. Peristiwa ditempat ini yang baru kali ini terjadi, tidak perlu dikenang, juga rasanya tidak patut di kecam. Seperti dua bersaudara, saat mereka bertengkar, setelah selesai keduanya akan membaik, paham kesalahan, dan tetap saling sayang. Petik apa yang baik dari peristiwa ini, dan jangan berharap akan terjadi kembali. Tanam jiwa untuk saling menghargai, tidak saling menyalahkan, tidak saling mengecam, kekeluargaan, tidak saling merusak, selalu menggunakan akal sehat. Bila semua itu bisa dilaksanakan, rasa-rasanya tempat ini akan mampu menepis, bahwa dongeng tidak hanya kekal diam, tapi bisa diwujudkan dalam hidup yang nyata.

Tulisan ini tidak dalam posisi mewartakan, namun hanya sebuah catatan, satu renungan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun