"Saatnya kita kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah. Inilah saatnya bekerja bersama-sama, saling tolong menolong dan bersatu padu, gotong royong."
Pernyataan resmi pemerintah ini dilontarkan secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, Minggu, 15 Maret 2020 disaat virus Corona atau Covid 19 mulai merebak dan dinyatakan sebagai pandemi dunia. Tidak hanya berdampak pada kesehatan, covid-19 menyusup dan secara tiba-tiba mengubah tatanan sosial ekonomi manusia. Mungkin tidak pernah terbayang dibenak kita bahwa kita telah tiba pada suatu masa dimana tidak lagi ada disuatu tempat untuk melakukan aktifitas kita secara fisik seperti yang biasa kita lakukan absent yet present. Kini kita terkoneksi secara virtual tidak hanya untuk berkomunikasi namun juga beraktifitas dan berkoordinasi. Namun inilah kenyataannya kita telah sampai pada masa dimana kehadiran fisik tidak lagi menjadi suatu keharusan. Ucapkan selamat datang pada era digital yang benar-benar digital.
Bekerja dari rumah
Ketentuan 75% - 25% untuk kehadiran membuat sebagian pegawai operasional 25% untuk tetap bekerja (Work From Office -- WFO) dan 75% WFH (Work From Home). WFO dilaksanakan seperti biasa namun dengan kurangnya sumber daya manusia yang hadir di kantor membuat saya kadang-kadang merasa sepi, dan sedikit ragu untuk ke WC. Karena suasananya yang sepi sehingga bunyi tarikan tisu kadang terdengar seperti langkah kaki yang terseret, horor gaes.
Efektifkan WFH? Untuk memutus rantai penyebaran covid tentu saja efektif, namun bagi instansi? WFH merupakan fenomena langka dimana pegawai dihadapkan pada dilema terbesar antara melanjutkan pekerjaan atau mengikuti bisikan lembut kasur dan bantal empuk untuk bergelut didalamnya. Load pekerjaan yang diberikan sama, yang berbeda hanyalah kehadiran, absent yet present. Ketidakhadiran di kantor diganti dengan hadir pada setiap tugas dan proyek yang dipercayakan kepada kita. Yang terus menerus datang silih berganti bagaikan barisan paket barang online di tanggal gajian, bittersweet alias ngeri-ngeri sedap.
Kebetulan saya berada di unit yang mengharuskan koordinasi dan sosilisasi kepada pihak ketiga. Saat ini materi yang sedang sangat seksi untuk diviralkan adalah terkait QRIS, pembayaran transaksi dengan menggunakan QR Code. Jadi teknisnya adalah kita melakukan pembayaran transaksi dengan memindai kode QR merchant melalui handphone. Pembayaran ini dapat didebet dari saldo akun pembayaran elektronik kita masing-masing seperti misalnya OVO, Go Pay, Link Aja,dan aplikasi sejenis. Kendala yang dihadapi adalah sulitnya berkomunikasi dan sosialisasi. Berkat aplikasi rapat virtual kami dapat melakukan koordinasi dengan pihak terkait terkait progress implementasi QRIS. Tugas lainnya yaitu sosialisasi. Ini agak berat karena dimasa seperti ini tentunya tidak mungkin mngumpulkan orang-orang dalam jumlah besar dan melakukan sosialisasi. Namun aplikasi daring dapat mempermudah tugas kita. Sosialisasi dapat dilakukan dengan aplikasi daring Zoom dan dilanjutkan dengan kuis berhadiah bagi peserta yang menyimak. Dulu kita lebih mengenal metode sosialisasi dan evaluasi melalui Lomba Cerdas Cermat (LCC), kini lomba dapat dilakukan melakui aplikasi kuis daring seperti Kahoot yang praktis dan mudah digunakan dan tentunya berhadiah. Belajar dari rumah, dapat ilmu dapat gadiah menarik, benar-benar rejeki anak sholeh.
Belajar dari rumah
Belajar dari rumah sebenarnya cukup menakutkan bagi siswa siswi jaman now. Karena menjadi pendidik itu memang membutuhkan skill yang mumpuni sedangkan kebanyakan ibu tidak cocok menjadi guru sehingga sekolah saat ini lebih 'ngangenin' daripada nongkrong di kafe atau jalan-jalan ke mall. Tidak hanya bagi anak-anak usia sekolah, belajar dari rumah juga bisa dilakukan oleh para pekerja kantoran yang WFH. Banyak seminar yang diselenggarakan online untuk menambah ilmu dan membuka wawasan selama masa #dirumahaja. Syukur-syukur dapat yang gratis bisa hemat beras sehari, nah kalau berbayar? Bayarnya kemana? Bisa pakai QRIS apabila penyelenggara sudah terdaftar. Jadi bayar tinggal scan. Kalau belum punya QRIS? Transfer dong Bambang, tidak perlu maksa harus bayar pakai QRIS, tapi boleh juga sekalian promosi, "Pak, Bu, biar gampang transaksinya pake QRIS aja," hitung-hitung latihan jadi influencer siapa tau passion kamu disitu.
Ibadah di Rumah
Tidak hanya untuk transaksi keuangan, QRIS sekarang sudah bisa digunakan untuk sumbangan dan persembahan yang dikumpulkan saat beribadah. Ketika sedang WFH dan ada jadwal ibadah daring, pada saat mengumpulkan persembahan, kode QRIS akan ditampilkan di layar dan itulah saat yang tepat untuk memindai dan mengetik jumlah uang yang ingin disumbangkan. Kita juga bisa menghubungi pengurus rumah ibadah terdekat untuk meminta kode QRIS dan apabila rumah ibadah tersebut sudah terdaftar maka pemberian sumbangan menjadi lebih mudah, tinggal pindai dan bayar.
Bijak belanja, bijak bertransaksi