Kehamilan merupakan hal yang menggembirakan bagi pasangan suami istri yang telah menikah dan mendambakan sang buah hati. Kehamilan anak pertama, kedua maupun seterusnya adalah suatu proses yang menyenangkan dan mendebarkan bagi keluarga. Saya ingat percakapan teman sekantor ibu saya dulu ketika saya menunggu jam pulang disana. Ada seorang guru yang sedang hamil masuk keruangan Tata Usaha dimana ibu saya bekerja. Kedatangan ibu itu disambut oleh rekan-rekannya sambil mengatakan:
TU : ”Hamil lagi?”
Bumil : (tersenyum)”Iya nih, ini yang kelima.”
TU : “Banyaknya anakmu, minta lah satu”
Bumil : “Kau kira anak kucing, bisa dikasih seenaknya”
Ibu-ibu di TU cekikikan sedangkan si bumil sewot sambil melengos kesal.
Saya yang pada saat itu terjebak diantara percakapan awkward ini hanya bisa ikut menahan senyum sambil pura-pura menyamar menjadi pohon supaya aman apabila ibu-ibu tersebut tiba-tiba saling menjambak dan mencabuti alis karenajokes yang tidak sepaham tersebut.
Meskipun sebenarnya kehadiran sosok mungil yang lucu merupakan hal yangditunggu-tunggu oleh keluarga dan kerabat, ada beberapa pantangan yang harus dijalani oleh calon ibu dan bapak yang sedang menantikan si kecil. Berbagai pantangan yang mungkin ada kemiripan di berbagai tempat sesuai adat dan budaya. Bagi masyarakat Dayak di Kalimantan, khususnya Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh calon ibu dan bapak pada saat hamil adalah:
Pantang mengikat simpul apapun
Termasuk mengikat tali sepatu, menjahit ataupun tali menali lainnya, karena dianggap akan mempersulit proses persalinan kelak.
Pantang mengenakan bahan yang mengikat leher