[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Surya/Sudarmawan Calon Anggota Legislatif (Caleg) Dapil V DPRD Kabupaten Ngawi dari Partai Demokrat, Miftahul Jannah ditemani suaminya menggelar ritual doa dan mandi di Sungai Tempuk Alas Ketonggo (Srigati) Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Rabu (12/3/2014)."][/caption] Bermacam cara yang dilakukan oleh para  caleg anggota legislatif  agar bisa lolos dalam pemilu lalu.Tidak dapat dipungkiri ada sebagian caleg yang masih percaya pada kekuatan gaib yang bisa membantu impiannya agar bisa terpilih menjadi wakil rakyat.Caranya dengan mendatangi langsung orang pintar,atau dengan mendatangi tempat yang dianggap keramat untuk melakukan semacam ritual. Salah seorang caleg yang sempat menarik perhatian luas adalah Miftakhul Jannah, perempuan caleg Partai Demokrat asal Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, yang berlaga dalam Pemilu 2014.Nama perempuan ini sempat menarik perhatian media massa,ketika dia melakukan semacam ritual doa dan mandi disebuah  sungai Tempuk Alas Ketonggo (Srigati) Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, pada hari Rabu, tanggal 12 Maret 2014 lalu.Perempuan ini merupakan seorang guru guru di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Persiapan, Desa Ngrayudan, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi. Dari hasil perhitungan suara didaerah pemilihannya Miftakhul hanya memperoleh suara 500.Sedangkan untuk desa-desa lain hanya 10 suara. Dengan hasil suara itu pupus sudah harapannya untuk duduk dikursi DPRD 2014 ini. Walaupun gagal Miftakhul bisa menerimanya dengan lapang hati dan tetap akan melanjutkan pengabdiannya menjadi guru SD. Walaupun telah berjuang dengan melakukan cara ritual caleg ini tetap gagal menjadi anggota legislatif. Ternyata acara ritual ini tidak mampu membantu mendulang pelohan suaranya. Sayangnya caleg ini lebih mempercayakan keberhasilannya meraih kursi dengan jalan ritual dan bukan dengan jalan melakukan aktualisasi pendekatan diri terhadap rakyat langsung dengan paparan programnya.Harusnya caleg ini lebih banyak melakukan dialog dengan rakyat yang akan memilhnya menjadi anggoata legislatif.Ini adalah sebuah pembelajaran,untuk lolos menjadi anggota legislatif bukan dengan jalan melakukan acara ritual,melainkan dengan pendekatan rakyat langsung. Mendatangi orang pintar atau mengunjungi tempat-tempat kramat masih menjadi budaya bagi sebagian caleg-caleg yang ikut berlaga dalm pemilu Legislatif 2014.Kebiasaan  seperti ini masih sulit dihilangkan.Pada hal kalau para caleg ini mau mendekatkan diri dengan rakyat dengan jalan berdialog ,hasilnya jauh lebih baik dari pada mendatangi orang pintar atau tempat keramat seperti itu. Sesungguhnya yang menentukan kemenangan caleg ini adalah suara rakyat yang memilih mereka melalui TPS,dan bukan melalui orang pintar atau mendatangi tempat-tempat pintar seperti itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H