Sepertinya dia menepati janjinya
datang dari malam
dan berkata
dengan bahasa langit yang susah di mengerti
berdengung-dengung di telinga kehidupan
Tidak perlu takut
Aku masih ada
tidak perlu khawatir
Kau masih berdiri di sampingKu
Jika saja gelap
Aku tidak tidur
Aku ada disetiap Musim-musim
Bila Angkasa Murka
Aku bersedia di bawah langit Tuhan
ini masih pagi
Apakah Kau tidak mau seperti Dia
bersibuk diri membuat Bahtera hidup
sebentar lagi akan berlayar di laut kedamaian
dengan pasti merapat di Dermaga keabadian
Apaka Kau tidak mau seperti Dia
jadikan saja Aku untuk Kau tahu
Yang jaya melukis dengan Kanvas putih sama
cuma saja dari sudut yang berbeda
Pencil itu berkelana di belantara hijau ini
sebelum menjadi lukisan yang indah
jika saja Kau mau mendagar kata-kataKu
Bukalah jendalamu
sambutlah keindahan pagi
lihat bagaimana seribu jiwa menaruh harapan
buka lagi pintu kamarMu
Bola mata itu akan kaget melihat KeindahanKu
bahasa langit penjelas awan-awan gelap
datang dari timur
dengan wajah yang khas dan indah
Aku ada disini
mereka sama di bawah aku
Apakah kau masih diam saja
di waktu yang selalu sama
Aku ada
Ambilah Pisau yang mengkilap tajam
di Lemari-mu
Putuslah benalu belenggu yang mengekang
mengurung diri-mu diam saja
Mari jejaki belantara panjang Misterius
tetaplah berjalan di setapakKu
ini masih pagi
buanglah resah semalam
biarlah terbang bersama misterius udara
bakar dan buanglah Dupa kusam gelap itu
letakan saja Anggur untuk pagi ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H