Mohon tunggu...
Mohammad Farhan Arfiansyah
Mohammad Farhan Arfiansyah Mohon Tunggu... -

17 years old | Moslem | Semarang city | Interested in politic and social

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pilihan Nusra di Medan Perang Suriah

6 Mei 2013   20:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:00 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir- akhir ini, konflik internal Suriah semakin kompleks setelah adanya intervensi dari Israel. Suriah pun menanggapi intervensi Israel ini dengan serius. Tentunya Suriah memanfaatkan momen ini untuk menaikkan popularitas mereka. "Arab telah diserang! Pemerintah Suriah tidak akan membiarkan Israel menyerang kedaulatan arab pada umumnya dan Islam pada khususnya!!" mungkin itu pesan yang ingin disampaikan Suriah, meskipun Israel menyatakan bahwa serangan tersebut ditujukan pada Hizbullah, sebuah pasukan syiah yg berdomisili di Lebanon selatan.

Tidak masalah jika Suriah ikut-ikutan dalam masalah ini. Toh Hizbullah juga berafiliasi dengan Suriah. Yang menjadi pertanyaan besar, apakah sikap yang diambil Nusra terkait kasus ini? Apakah Nusra-yang sudah mengikat sumpah setia dengan Al-Qaeda-akan berbalik mendukung rezim Al Assad? Ataukah tetap memposisikan diri sebagai oposisi?

Hal ini tentu dilema bagi Nusra. Jika mereka tetap bertahan di pihak oposisi, maka posisi mereka semakin terpojok, karena koalisi oposisi tidak mengakui mereka lagi sebagai anggota oposisi. Juga, AS sebagai sekutu dari koalisi oposisi Suriah mencap mereka sebagai kelompok teroris. Hal ini tentu menghambat koalisi oposisi bila mereka tetap tergabung di koalisi oposisi Suriah. Kelompok yang menyatakan akan mendirikan negara Islam di Suriah ini juga tidak populer di kalangan warga Suriah. "Kami tidak ingin bangkit untuk berpindah dari kehinaan di bawah Assad ke situasi yang sama di bawah Al-Qaeda", begitulah pernyataan dari seorang guru wanita di Aleppo.

Padahal, Nusra termasuk paling getol dalam melancarkan serangan ke tentara pemerintah, terutama melalui bom bunuh diri. Namun, jika mereka dikeluarkan dari koalisi oposisi, apakah mereka akan menyeberang ke pihak pemerintah? Mungkin ini opsi yang menguntungkan bagi mereka, dimana mereka dapat menaikkan popularitas dengan cara yang sama dengan pemerintah; menggertak Israel. Namun, bagaimana mereka dapat bekerja sama dengan pemerintah, jika ideologi mereka mengharamkan pemerintahan seperti yang dianut Assad? Mungkin mereka juga akan dicap munafik jika menyeberang ke pemerintah, tentunya ini juga akan menurunkan kredibilitas mereka sebagai kelompok yang ingin menegakkan Islam secara menyeluruh (kaffah).

Pilihan yang sulit bagi Nusra. Apakah sikap yang akan diambil Nusra? Kita tunggu kelanjutannya di medan perang Levant

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun