Mohon tunggu...
Fadilah Asmarani
Fadilah Asmarani Mohon Tunggu... -

Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

JATI DIRI

19 Maret 2015   06:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:26 1549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jati diri manusia terdiri dari tiga aspek, kepribadian, keunikan, dan identitas diri (Hadi, 2002). Setiap manusia pasti berbeda, masing-masing memliki cirri khas masing-masing yang menandakan bahwa itu adalah dirinya. Pada nyatanya manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Sang Pencipta sebagai makhluk sempurna dari makhluk-makhluk lain yang diciptakan-Nya. Namun yang menjadi permasalahannya, mengapa ada pernyataan bahwa tidak ada manusia yang sempurna???

Seseorang dinilai dari sifat dan perbuatannya. Bila sikap dan sifatnya baik maka dikatakan bahwa seseorang itu memiliki kepribadian yang baik, bagitu pula dengan sebaliknya.namun, kepribadian pada diri seseorang itu dapat berubah kapanpun dan dimanapun. Karena kepribadian terbentuk salah satunya karena factor lingkungan. Kepribadian seseorang bisa dilihat dan dirasakan dalam rentang kehidupannya. Oleh karena itu kepribadian manusia itu dikatakan sebagai satu kesatuan pda jiwa dan badan manusia(Hadi,2002). Namun pada kenyataannya yang menilai kepribadian seseorang adalah orang lain bukanlah diri sendiri sedangkan yang lebih mengerti akan diri ini adalah individu itu sendiri,lalu patutkah penilaian orang lain di jadikan sebagai gambaran diri???

Menurut saya perangai seseorang itu sejak awal dilahirkan adalah sama. Pembentukan selanjutnya adalah pengaruh dari lingkungan. Dari perkembangan manusia yang telah disampaikan oleh Freud dari masa oral sampai masa genital, dari yang mempengaruhi pada id sampai ego adalah tahap pembelajaran dan pengenalan untuk manusia. Ketika ia sudah masuk dalam kedewasaan maka sebuah kepribadian akan terbentuk karena proses pemahaman dan pemikiran akan hidup semakin berkembang dalam otaknya. Oleh karena itu segala sesuatu yang diambiol oleh manusia menjadi bahan pertimbangan agar tercapainya sebuah tujuan yang menjadi cita-cita manusia tersebut.

Nah dari perlakuan seperti ini lah akan terbentuk jati diri manusia secara tidak disadari. Namun tidak akan berubah jati diri manusia itu sampai hembusan nafas terakhir. Dan jati diri bukanlah menjadi sebuah tujuan dari kehidupan manusia. Karena jati diri itu terbentuk dari ketidak sadaran manusia seiring dengan berjalannya waktu kehidupannya dalam menggapai semua tujuan hidup yang sudah direncanakan oleh manusia itu sendiri. Berbeda dengan kepribadian yang pada dasarnya adalah sebuah perilaku manusia yang dipengaruhi oleh lingkungannya dan dilakukan berdasarkan kesenangan diri untuk mendapatkan kepuasan tertentu. So, masihkah jati diri disamakan dengan kepribadian???

Setiap manusia pasti memiliki ciri khas masing-masing yang menandakan bahwa itu adalah dirinya. Manusia kembar pun pasti masih memiliki perbedaan. Dari perbedaan ini akan menimbulkan berbagai macam keunikan yang sangat bervariasi yang tidak akan menimbulkan kebosanan di dunia ini. Nah dari keunikan ini akan membawa kepribadian manusia menjadi manusia yang unik, namun tidak untuk jati diri.

Jika berbicara masalah identitas diri maka yang menjadi pertanyaan adalah, siapakah manusia itu? Manusia hidup didunia ini berperan sabagai apa??? Jika berbicara dalam ranah Islam, maka jawabnya pasti sebagai kholifah yang nantinya akan dimintai pertanggung jawabannya selama hidup didunia.

Berarti hidup manusia didunia ini tidaklah seenak nya manusia itu, hidupnya memiliki peraturan, memiliki tugas yang harus diselesaikan sebelum terjadi perpisahan antara ruh dan raga yang akan membawanya kembali kepada Sang Pencipta. Setiap manusia memiliki tugas dan aturan yang sama antarara manusia satu dengan manusia yang lain. Namun yang menjadi pembeda adalah taraf keberhasilannya. Ada manusia yang berhasil mengemban semua amanah yang diberikan, ada juga manusia yang mengingkari semua kenyataan yang sebenarnya. Inilah yang menjadi tanda bahwa identitas diri manusia itu tetap masing-masing.

Aku adalah aku, hidupku adalah hidupku, tugasku adalah tugasku. Dulu adalah pengalaman, hari ini adalah kenyataan, dan besok adalah masa depan. Manusia yang hidup dimasa lalu pasti berbeda dengan yang saat ini, banyak factor yang mempengaruhi mulai dari kondisi tempat dimana manusia hidup sampai pengaruh pemikiran dari manusia-manusia lain. Manusia saat ini pun berbeda dengan manusia yang hidup di masa lalu yang mana perkembangan zaman terjadi merubah kondisi lingkungan dan pemikiran manusia. Manusia yang masa depan pun juga berbeda dengan manusia yang hidup di zaman saat ini karena lagi-lagi dipengaruh oleh kemjuan teknologi dimasing–masing waktu.

Tujuan manusia hidup pada dasarnya adalah sebagai pengemban amanah yang telah diberikan oleh Sang Pencipta, dengan berbagai macam cara yang dilakukan menurut keyakinan oleh manusia itu sendiri. Dalam hidup pasti ada kematian, kematian itu adalah akhir dari waktu yang telah diberikan untuk kita hidup didunia, akhir dari tugas-tugas yang telah kita jalani. Ada manusia dengan sempurna menyelesaikan tugasnya, ada pula manusia yang hanya setengah menyelesaikan tugasnya, bahkan ada juga manusia yang sama sekali belum menyelesaika atau bahkan belum melakukan tugas itusama sekali. Dari kematian inilah dapat kita ketahui bagaimana manusia itu sebenarnya. Lalu timbul pertanyaan, Apakah kematian menjadi akhir dari kehidaupan manusia??? Dan apakah kematian menjadi tujuan kehidupan manusia ??? dan apakah jati diri hanya dapat dilihat dari setelah manusia itu telah mengalami kematian???

Jika berbicara hakekat manusia dalam Islam, pasti terdapat kehidupan-kematian, pertemuan-perpisahan, dan cinta. Maka yang paling banyak dibicarakan adalah cinta dan kematian. Dimana dua kata itu seolah-olah menjadi sebuah topic yang sagat unik untuk dibahas dan tidak akan pernah untu berakhir dan tidak akan pernah ditemukan ujung pangkalnya. Seolah –olah menjadi sebuah rahasia yang sampai saat ini belum terkuak keberadaanya. Cinta itu mewarnai kehidupan didunia. Manusia yang setiap perbuatannya dibalut oleh rasa cinta maka akan tercermin mwlaluikepribadiannya. Dimana cinta akan membuat manusia lebih mudah mengerjakan semua tugas-tugasnya. Memberikan sebuah perasaan nyaman terhadap kehidupan yang dijalani, namun cinta juga dapat membuat manusia lalai akan semua.

Kematian yang merupakan akhir dari kehidupan dunia, membuat sebagian manusia takut mendengarnya, bahkan tidak sampai tidak pernah mau memikirkan tentang kematian. Namun ada juga manusia yang selalu memikirkan kematian dalam hidupnya dan menjadi sebuah semangat dalam menyelesaikan semua tugas-tugas yang diembannya. Karena mereka meyakini bahwa kematian bukanlah akhir dari segalaya, melainkan awal dari kehidupan yang sebenarnya. Walaupun kita tidak pernah tahu benarkah adanya kehidupan abadi setelah kematian menjemput.

Bila kematian sudah datang pada satu manusia maka manusia lain yang akan mengetahui bagaimana manusia itu hidup dari riwayat hidup yang telah ia jalani. Jika jati diri adalah sebagai tujuan akhir dari kehidupa manusia dan kematianlah yang dapat memberitahukan bagaimana jati diri manusia itu maka sangatlah tidak adil bagi manusia. Mengapa demikian??? Sebab manusia sendirilah yang membuat dirinya menjadi seperti yang dia inginkan melalui cara-cara yang telah ia yakini. Oleh sebab itu yang paling mengerti tentang dirinya hanyala manusia itu sendiri, bukan orang lain. Manusia lain hanya lah sebagai pembanding.

Jadi kesimpulannya, masing-masing manusia hidup mempunyai tugas yang sama. Hanya saja cara yang dilakukannya berbeda-beda,sehingga hasil yang dicapai juga relative berbeda. Cara yang dilakukan itu adalah hasil dari kolaborasi dari aspek kepribadian, keunikan dan identitas diri manusia yang akan dibalut oleh rasa cinta yang pada dsarnya menjadi sebuah anugrah bagi manusia. Sedangkan jati diri manusia timbul dari tingkat pemikiran manusia dan pemahaman akan hidup. Jati dirilah yang akan memperkuat manusia berjalan menuju tujuan hidup yang telah diberikan. Dan jati diri dapat dirasakan manusia semasa hidupnya, karea dari jati diri itulah manusia bisa bertahan hidup, tanpa jati diri manusia akan melangkah tanpa kekuatan yang sempurna. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jati diri juga bukan menjadi tujuan dari sebuah kehidupa manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun