Bulan Agustus tahun 2018 ada beberapa peristiwa penting. Mulai dari memperingati HUT RI yang ke-73, Hari Raya Idul Adha 1439 H, dan Ajang Asian Games 2018. Tema itulah yang telah saya tulis pada bulan Agustus. Ada sebanyak dua belas artikel baru dibulan Agustus yang berhasil mendapat label pilihan dari admin kompasiana. Ada tiga jenis tulisan mulai dari reportase, opini (pendapat), dan cerita pendek.
Kompasianer bebas menuliskan berbagai jenis tema tulisan. Caranya adalah dengan banyak membaca artikel-artikel yang ada di media online. Dengan banyak membaca maka pengetahuan kita jadi luas sehingga bisa digunakan untuk memberikan pendapat. Artikel pilihan kompasiana bulan Agustus  yang berupa pendapat ada sekitar lima artikel.
Pertama adalah tulisan opini bertemakan politik. Mendekati pemilu tahun 2018 ada banyak kejutan mengenai wakil presiden yang dipilih oleh calon presiden yang  akan maju pada pilihan presiden 2019. Artikel berjudul "Menimbang Netralitas NU pada Pilpres 2019" berisi kejutan cawapres yang di pilih Presiden Jokowi. Inisial M yang didengung-dengungkan oleh partai koalisi pendukung petahana adalah K.H Ma'ruf Amin. Beliau merupakan figur dari salah satu organisasi islam terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (NU).
Dalam artikel tersebut yang saya ulas tentang posisi mahfud MD yang lebih berpeluang menjadi cawapres jokowi. Kemudian ketakutan berlebihan partai PDI-Perjuangan pada pilkada DKI Jakarta jika isu agama terulang kembali pada pilpres. Hal ini bisa menggerus suara pasangan Jokowi pada pilpres. Sehingga koalisi petahana memasangkan Jokowi-Ma'ruf yang mengusung nasionalis-religius.
Kedua adalah tulisan opini bertemakan politik. Artikel berjudul  "Ajang asian games 2018 sebagai panggung politik bagi pejabat". Kejadian langka terjadi saat atlet pencak silat Indonesia Hanifan Yudani Kusuma berhasil meraih medali emas di kelas C (55-60 kg). Hal ini dimanfaatkan oleh Hanifan untuk menemuai kedua tokoh politik Presiden Jokowi dan Prabowo. Mereka merayakan kemenangan dengan cara berpelukan.Â
Berita ini pun langsung viral di masyarakat. Saya lalu menghubungkan ajang asian games bisa digunakan pencitraan positif bagi politikus untuk bisa mendulang suara yang banyak pada pilpres tahun 2019.
Ketiga adalah tulisan opini tentang penyelenggaraan asian games XVIII tahun 2018 di Jakarta dan Palembang. Artikel berjudul  Slogan "Veni, Vidi, Vici" untuk memboyong Maskot Asian Games ke Pangkuan Ibu Pertiwi. Harapan menteri pemuda dan olahraga Imam Nahrowi untuk bisa sukses sebagai penyelenggara dan sukses prestasi. Beliau memberikan motivasi kepada atlet yang berhasil memperoleh medali emas dengan bonus uang 1,6 miliar. Slogan veni, vidi, vici (datang, bertanding, dan menang) bisa digunakan bagi setiap atlet yang akan bertanding untuk bisa medapatkan pundi-pundi medali.
Keempat adalah tulisan mengenai tema kemerdekaan republik indonesia. Saya menulis reportase. Judul artikelnya Mengunggah Video Paskibraka "Siswa MIDH" Mojokerto di Youtube. Saya menulis liputan upacara kemerdekaan RI yang ke-73 di sekolah. Tulisan tersebut berisi tahapan-tahapan dalam upacara khususnya atraksi baris-berbaris paskibraka yang dimodifikasi agar lebih menarik. Pembaca bisa melihat videonya di link yang telah saya bagikan pada artikel ini.
Kelima adalah tulisan mengenai tema kemerdekaan republik Indonesia. Tulisan reportase berjudul Memeriahkan HUT ke-73 RI dengan Lomba Memasak Nasi Goreng. Kegiatan memasak tidak hanya dilakukan oleh kaum hawa. Saat kita berada dirumah dan tidak ada ibu atau saudara perempuan. Maka kita harus bisa memasak. Saya menulis langkah-langkah dalam memasak nasi goreng mulai dari menyiapkan bahan, memasaknya, dan menghiasnya untuk dihidangkan.
Keenam adalah tulisan mengenai hari raya Idul Adha pada tanggal 21 Agustus 2018 M/ 9 Dzulhijah 1439 H. Saya menulis tulisan reportase berjudul pesan Khutbah KH Akhmad Jazuli, "Jangan Berlebihan Mencintai Dunia". Umat islam dianjurkan untuk melaksanakan shalat sunnat Idul Adha yang dilaksanakan setahun sekali. Saya melaksanakan shalat Idul Adha di desa saya yaitu Randegan, Kota Mojokerto.Â
Waktu itu yang bertugas menjadi imam dan bilal adalah KH Akhmad Jazuli. Menurut beliau pesan yang dapat diambil dari hari raya idul adha adalah kita belajar untuk mengorbankan apa yang kita miliki dan tidak berlebihan dalam mencintai kehidupan duniawi.