Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"The Power of Sharing" di Bimbel HTC Mojokerto

1 September 2018   21:33 Diperbarui: 1 September 2018   22:01 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah penelitian dilakukan oleh dosen di universitas negara Amerika Serikat. Dalam penelitiannya tersebut menyebutkan bahwa pembelajaran akan lebih cepat diserap oleh siswa apabila pembelajaran tersebut dilakukan dengan model presentasi. Caranya siswa belajar menjelaskan materi dihadapan teman-temannya.

Kemudian lembaga bimbingan belajar the house of trining centre/ (HTC) kota Mojokerto mengadobsi pembelajaran dengan model presentasi. 

Mereka presentasi materi pelajaran di sekolahnya dengan cara direkam di video melalui kamera phonsel. Setelah itu rekaman presentasi video tersebut akan dibagikan melalui channel HTC-Trining Centre di situs www.youtube.com.

Program presentasi atau shooting sudah dijalankan sejak setahun terakhir. Pada Bulan ini, shooting dilaksanakan selama satu minggu terakhir pada bulan Agustus. Program shooting digunakan sebagai evaluasi (penilaian) terhadap kemampuan siswa selama mengikuti pelajaran tambahan di bimbel. 

Lembaga kami tidak berani melaksanakan evaluasi model tes yakni dengan cara mengerjakan soal di kertas. 

Takutnya adalah murid akan cepat bosan dan tidak ada bedanya dengan di sekolah. Sehingga kami memilih model pembelajaran dengan cara presentasi yang direkam dengan kamera, lalu dibagikan ke situs youtube. Hasil videonya nanti akan diberitahukan kepada orang tua mereka.

Materi yang akan di Shooting-kan terdiri dua jenis tergantung dari pelajarannya. Pelajaran hafalan seperti bahasa inggris dan biologi, anak-anak menjelaskan dengan menggunakan peta konsep yang ditulis di papan tulis. 

Sementara untuk pelajaran berhitung seperti matematika, fisika, kimia, dan ekonomi. Anak-anak menjelaskannya dengan cara mengerjakan soal di papan tulis. Waktu presentasi dibatasi maksimal sampai dengan tujuh menit untuk setiap anak.

Berikut ini adalah tata tertib shooting di HTC:

Pertama, murid diberikan waktu 15 menit untuk persiapan belajar materi yang akan dipresentasikan.

Kedua, murid masuk kedalam kelas sesuai dengan nomor urut shooting secara berpasangan didampingi dengan satu tutor untuk mengawasi.

Ketiga, murid yang dinyatakan berhasil lalu menuju ke pos dua yaitu pos hafalan ayat-ayat pendek. (Penanggung jawab miss elok)

Keempat, murid yang berhasil dari pos dua melanjutkan ke pos tiga untuk setor video di pos satu dan dua. (Penanggung jawab Mr Alvin dan Mr Mail)

(sumber miss Sari selaku seksi penjadwalan)

Diskusi Kendala Shooting di Aplikasi Whatss App 

Kendala saat presentasi adalah anak-anak takut dan grogi dalam menjelaskan. Pada hari pertama hasilnya kurang begitu memuaskan, setelah itu mr arwisa selaku pimpinan HTC melakukan dialog dengan para tutor di group whatss app.

"Kita lakukan evaluasi program shooting di youtobe dengan tujuan sebagai pembuktian ke wali murid jika anak-anak benar mendapatkan atau menguasai ilmu yang diajarkan. Sehingga ketika nilai ulangannnya jelek kita bisa mengambil celah dengan mudah dan bisa menjawab pertanyaan wali murid." terangnya

"Dimana contoh target kemarin 27 siswa. Namun hanya tidak lebih dari 10 anak yang berhasil dari masing-masing pos. Yang 17 anak gagal." ujarnya

Setelah itu para tutor di bimbel HTC memberikan tanggapan dari pernyataan mr Arwisa. Berikut ini beberapa tanggapan dari teman-teman yang telah saya dokumentasikan.

"Kalau menurut saya program shooting yang sedang berjalan sekarang sudah bagus mr, karena kemarin khususnya untuk shooting matematika, Agung dan Asha hasilnya bagus karena anaknya semangat. 

Untuk kedala mungkin di anaknya, karena macam-macam alasannya". tutur Miss Tya selaku tutor matematika.

Kalau saya mungkin waktunya habis karena negoisasi satu per satu kepada siswanya. Karena masing-masing siswa punya alasan sendiri". tutur Mr mail selaku tutor ips.

"Kalau menurut saya karena tidak siap sehingga beraneka ragam alasan untuk tidak shooting. Tetapi mereka mau prepare (persiapan). Hanya saja waktu take shoot (mengambil video) ada saja alasannya. Tetapi ketika saya bilang tidak di shootbody-nya hanya papan dan tangan itu ada perubahan. Contohnya fajar kelas tujuh. 

Kalau yang berani dengan kamera ya setengah keberatan dengan tidak di shoot body-nya. Tetapi mereka akhirnya mau juga. Dan ending-nya dari jam selalu semangat lagi untuk persiapan selanjutnya" tutur Miss Sari selaku tutor IPA.

"Kalau menurut saya semangatnya anak anak lebih bagus dari pada program shooting sebelumnya walaupun ada juga yang hanya menggugurkan kewajiban datang les. Tapi karena penumpukan siswa jadi waktunya sangat banyak termakan sehingga ada yang tidak mendapatkan kesempatan  untuk shooting walaupun sudah di siasati dengan nomor terakhir shooting hafalan dahulu mr" tutur Mr didit selaku tutor bahasa inggris.

"Kalau di pos dua mr, menurut saya anak-anak terlalu meremehkan, karena yang di buat rekaman itu surat- surat pendek, jadi meskipun mereka sudah tahu apa yang akan di shoot nanti, mereka tidak mempersiapakan dari rumah, pikirnya mereka pasti untuk shoot hafalan pasti tidak lama soalnya suratnya pendek- pendek.

Tapi eksekusinya karena shoot buat hafalan itu tidak seperti show jadi harus khidmat akibatnya mereka sadar kamera terus grogi terus salah tingkah terus hafalannya semrawut jadi tidak selesai- selesai" tutur miss Elok selaku tutor mengaji Alquran.

"Kendala anak-anak yang tidak maju untuk shooting adalah saat giliran mereka tampil belum siap dengan materi yang akan disampaikan. Misalkan kalau mereka persiapan belajar dulu di rumah. 

Dengan cara soalnya di tentukan dulu oleh tutornya lewat informasi di Whatss App bagaimana mr? Jadi saat mereka akan tampil. Mereka bisa langsung maju sehingga waktu tidak habis untuk persiapan shooting" tutur Mr eki selaku tutor matematika.

"Berarti ini kesimpulannya program tetap dijalankan. Karena sebagian besar berpendapat bahwa anak nya engage/bersemangat dengan  program ini. 

Hal ini yang dicari dari setiap program kegiatan belajar mengajar. Namun kendalanya pada sistem ini berarti yang harus dirubah". Terang mr Arwisa.

"Jika terlalu banyak alasan dari siswanya. Memang disitulah tugas kita untuk membelokkan dan mengarahkan atau membujuk mereka untuk bersemangat menuju ke shooting. Dasar hukumnya apa? Supaya mereka mau bersemangat? 

The power of sharing (kekuatan berbagi).  Semakin banyak ilmu yang diamalkan, maka semakin bnyak pula rejeki ilmu yang didapatkan. Jadi jika penontonnya termotivasi, terinspirasi atau dari tidak paham, dengan menonton videonya anak-anak penonton jadi paham. Inilah amal ilmu yang istimewa" ujarnya

"Kita seragamkan bentuk penjelasan ke anak-anak dengan informasi diatas. Karena logikanya, mereka pasti nervous.

 Jangankan mereka, nggak usah munafik. Saya sendiri saja ketika di shooting dan di publish ke YouTube juga akan grogi." ujarnya

Maka pinter-lah kita untuk nego mereka supaya mau dan bersemangat shooting, tetapi dengan catatan jangan soal-soal yang berkapasitas biasa. Kasih yang berkapasitas sulit. Sehingga kita ini udah sulit nego mereka, jangan sampai penontonnya berpendapat "ealah, aku juga bisa atau aku sudah tahu". Kita sekalian. Serang nilai manfaat untuk anaknya, orang tuanya, masyarakatnya.

 Total sekalian untuk tebar nilai manfaat. Kalau bukan kita siapa lagi yang memikirkan anak-anak pelosok yang sulit belajar. Lah dengan pendekatan ilmiah dari pembuatan videonya anak-anak yang menarik. 

Semoga menginspirasi khalayak umum untuk lebih bersemangat belajar. Kita balas budi ke Indonesia hanya dengan cara ini yang bisa kita lakukan". Tutur mr Arwisa.

Berikut ini adalah tanggapan mr Arwisa setelah menerima jawaban dari tutor-tutor di HTC di group whats app.

"Pendapat dari miss tya, lakukan pendekatan melalui negosiasi ke anak dengan info yang saya kasih contoh tadi. Jika belum berhasil dan menemui kesulitan. Saya diinfo, kita lakukan evaluasi lagi" terang mr arwisa.

"Pendapat dari Mr mail. Sementara waktu kita pakai solusi yang sama dengan miss tya". terang mr arwisa.

"Pendapat dari miss sari, bagi anak-anak yang kelihatannya keberatan untuk di shoot semua badan. Ya sudah, tidak apa-apa tanganya saja yang di shoot. Karena memang program ini dari awal saya sudah berencana pakai camtasia (aplikasi perekam presentasi dengan power point). Itu semata-mata tujuan saya menghindari kendala anak tidak mau shooting dengan beralasan macam-macam karena grogi dan malu. Tapi di lapangan, jenengan (kamu) semua berhasil menego mereka, sehingga mereka siap untuk shooting seluruh badan. Itu sudah bagus sekali. Tapi ya itu, sulitnya dinegosiasi supaya anknya semangat." terang mr arwisa.

"Pendapat dari Mr Didit, analisa yang bagus. Perlu kita sop (standard operation procedure) kan mas didit. Secara tekhnis bagaimana. Sehingga waktu bisa diputar. Jadi anak- anak bisa jalan semua. Jadi tidak harus lolos POS 1 dahulu. Tetapi harus di sop kan ini. Supaya tidak terjadi salah paham di saat operasional berjalan" terang mr arwisa.

"Pendapat dari miss Elok. Kecil kemungkinan bagi kita untuk berharap mereka prepare (persiapan) dirumah. 

Karena mereka sudah capek dan bosan dengan rutinitas kehidupannya. Jadi solusi sama dengan miss Tya dan mr Mail. Kita lakukan negosiasi dulu dengan murid-murid. Ketika ada kendala lagi coba kita evaluasi"  terang mr arwisa.

"Pendapat dari Mr Bangki, yang sudah mulai ada perubahan cukup besar dalam bergaul. (senang saya) itu bisa saja kita lakukan Mr eki.. tetapi saya ini sebenernya tidak mau terlalu membebani teman- teman dalam bekerja dengan kirim soal ke murid-murid. Karena dengan kirim soal ke murid- murid pasti muridnya akan tanya- tanya cara penyelesaiannya.  Iya kalau itu satu sampai dua murid. Kalau 15 murid apa nggak repot nanti nya. Tapi jika dirasa dari teman- teman itu hal yang mungkin untuk dilakukan. Maka saya sangat setuju sekali. Dengan kita kirim soalnya jadi ketika mereka datang tinggal eksekusi shooting. Kita tunggu pendapat dan respon dari teman-teman yang lain". Terang mr Arwisa.

"MasyaAllah... Semoga kita semua dipertemukan di surganya Allah. Karena panjenengan (kamu) semua kaum muda-mudi sudah punya pemikiran yang dahsyat seperti ini. Ini yang namanya jihad. bukan mengebom orang yang tidak bersalah. Jazaakumullohu khoiron" pesan mr arwisa.


Mojokerto, 1-09-2018

Salam,

Eki Tirtana Zamzani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun