Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Profil Ibu Robitoh, Pendiri PAUD Al-Ikhlas Sukorame Mojokerto

16 Agustus 2018   08:17 Diperbarui: 16 Agustus 2018   22:17 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada manfaat yang bisa kita peroleh saat menulis artikel di media warga kompasiana. Kita bisa menambah teman dan pengetahuan. Saat tulisan kita publish, semua orang bisa membacanya. Tulisan yang baik dan bermanfaat akan menemukan takdirnya sendiri. Seperti pengalaman saya yang bisa mendapatkan pengetahuan baru mengenai pendidikan anak usia dini (PAUD) dari Ibu Robitoh. Pendiri PAUD Al-Ihlah Sukorame, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto.

Pembaca tulisan saya di kompasiana adalah Ibu Robitoh (40 tahun). Pada hari Minggu (15-08-2018), saya bertamu ke rumahnya. Saya berkunjung ke rumhnya untuk bersilaturrahim. Saya akan mengantarkan buku kedua saya yang berjudul Catatan Menuju Kebaikan. Suatu buku hasil dari kumpulan artikel saya di kompasiana.

Saya mencari lokasi rumah melalui aplikasi GPS di phonsel. Perjalanan dari rumah sekitar setengah jam. Setelah saya bertanya kepada orang yang saya temui di jalan daerah Sukorame. Akhirnya saya bisa sampai ke rumahnya.

Saya ditemui oleh suaminya, Pak Ghufron. Beliau adalah sebagai moden (pemuka agama islam) yang ada di dusun Sukorame, Desa Penompo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Beliau lalu memanggilkan istrinya, Ibu Robitoh.

Biasanya dalam berkomunikasi dengan beliau. Saya hanya berkomunikasi lewat whatss app. Kini saya bisa bertemu secara langsung dengan beliau. Saya disambut dengan baik dan ramah. Lalu dipersilahkan duduk diruang tamu. Sambil memakan dan meminum jamuan yang telah dihidangkan.

Ruang tamu ini yang membuka pandangan saya mengenai pengetahuan pendidikan PAUD yang disampaikan Ibu Robitoh. Meskipun tinggal di daerah pedesaan beliau bercita-cita untuk memajukan pendidikan anak-anak di desanya. Pendidikan Paud merupakan sebuah benteng yang membekali anak-anak. Apabila orang tua bisa memberikan pengetahuan agama dan perilaku akhlak yang baik pada masa ini. Maka kelak ketika sudah dewasa dia bisa menjadi harapan orang tua.

Saat saya chatting di WA dengan beliau. Beliau mengaku kepada saya sebagai guru PAUD Al-Ihlas Sukorame. Saat saya tanyai lagi, beliau mengaku sudah tidak mengajar lagi. Terakhir kali mengajar anak-anak adalah dua tahun yang lalu. 

Kini beliau bertugas untuk mencari guru-guru PAUD yang baik di sekolahnya. Syarat-syaratnya adalah guru PAUD yang ingin terus berkembang dengan inovasi-inovasi dalam mengajar. Kebanyakan guru-guru yang direkrut berasal dari daerah lain. Bukan dari dusun Sukorame.

Beliau pun bercerita banyak mengenai perjuangan untuk mendirikan lembaga pendidikan PAUD tersebut. Beliau mendapatkan tanah hibah untuk membangun rumahnya. Beliau bukan asli warga sukorame. Beliau warga pendatang pada tahun 1997. Beberapa tanah wakaf yang berada disamping kiri, kanan, dan depan rumahnya dijadikan sebagai lembaga pendidikan formal PAUD.

Butuh perjuangan untuk memulai mendirikan sekolahan. Pada awal membuka PAUD. Jumlah muridnya tidak sebanyak saat ini. Pada awalnya dulu ada pembatasan jumlah murid. Tujuannya adalah agar kualitas lulusan yang dihasilkan bisa lebih baik dan merata. Dengan jumlah siswa yang terbatas. Guru-guru bisa lebih memahami karakter masing-masing siswa. Sehingga perhatiannya bisa tercurah ke semua anak dan lebih optimal.

Di dusun Sukorame ada tiga PAUD. Setiap tahun ajaran baru selalu ada persaingan untuk bisa mendapatkan siswa. "Pernah ada PAUD di dusun sini yang hanya mendapatkan tiga siswa. Sehingga saya merasa tidak enak dengan pemilik sekolahnya". Tutur Ibu Rob.

Beliau di PAUD Al-Ihlas bertanggungjawab dalam hal administratif surat-menyurat ke lembaga lain. Seperti : perizinan pendirian sekolah, menyusun program study banding guru ke sekolah lain, dan mengatur program pembelajaran. 

Prinsipnya dalam mengelola yayasan ini adalah beliau tidak mau hidup statis (tetap). Dia ingin selalu dinamis (berubah), yakni bisa melakukan perubahan (inovasi) pendidikan ke arah yang lebih baik.

Guru-guru di PAUD Al-Ihlas saya ikutkan magang di PAUD yang ada di daerah Puri, Kabupaten Mojokerto. Mereka kami tunjukkan sekolah PAUD yang baik dalam pembelajarannya. Kami tidak mau pembelajaran yang biasa-biasa saja (statis). Persaingan semakin ketat untuk bisa mendapatkan murid.

Jika guru-guru kami mengajar secara konvensional atau biasa-biasa saja. Maka sekolah kami akan ditinggalkan muridnya. Tidak akan ada wali murid yang mendaftarkan anaknya ke sekolah kami. Jumlah siswa tahun ini yang mencapai tujuh puluh siswa. Semoga kedepannya kami bisa mempertahankan jumlah siswa pada setiah ajaran barunya.

Guru biasanya dalam mengajar adalah dengan metode ceramah. Sekarang tugas guru adalah sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Bukan zamannya lagi guru yang aktif dalam pembelajaran. Siswa juga harus diberikan porsi yang lebih banyak dalam beraktivitas di dalam kelas. Saat siswa aktif dalam pembelajaran akan lebih banyak pengetahuan yang akan didapatkan.

Terobosan baru yang ada di PAUD kami adalah anak-anak tidak belajar dikelas yang sama dan dengan guru yang sama. Kami melakukan study banding dengan mengunjungi PAUD yang lebih baik di luar kota. Hasilnya sistem pembelajaran yang baik bisa kami terapkan di PAUD Al-Ihlas.

Setiap ganti pelajaran anak-anak akan berpindah kelas. Setiap kelas ada guru yang berbeda-beda. Jadi sistem pembelajarannya adalah bukan guru yang datang mengajar ke kelas menemui muridnya. Namun anak-anak yang mencari kelas-kelasnya sesuai dengan jadwal pelajaran yang telah ditentukan.

Selain itu kami selalu mengajari anak-anak untuk bisa hidup mandiri sejak kecil. Mereka tidak boleh diantar oleh ibunya sampai masuk di halaman sekolah. Ibunya harus mengantar anaknya sampai di pintu gerbang saja. Setelah itu boleh menunggu anaknya tetapi di luar pintu gerbang.

Kami juga pernah mengadakan belajar diluar sekolah. Seperti di hutan alam daerah Pulo dan taman TPA Randegan.Tujuannya adalah agar anak-anak bisa rekreasi sambil belajar. Karena masa-masa mereka adalah massa untuk bermain. Sehingga saat anak-anak bermain itu pintar-pintarnya guru untuk menyelipkan materi pembelajaran kepada siswa.

Selain aktif di PAUD Al-Ihlas. Beliau dan suaminya juga berusaha untuk membangun dusun Sukorame dengan berbagai kegiatan agama. Daerah Sukorame ini dulu terkenal dengan daerah abangan. Banyak orang-orang yang bermain kartu untuk berjudi. Di sini juga ada bangunan bersejarah gereja tua peninggalan Belanda.

Beliau juga menjadi pendiri kegiatan ibu-ibu muslimat nahdlatul ulama (NU). Seperti kegiatan diba'iyah. Diba'iyah itu perkumpulan rutin ibu-ibu untuk melakukan ritual keagaman NU. Seperti bershalawat dan membaca do'a keselamatan untuk keluarga. Namun, kini beliau tidak aktif lagi di kegiatan diba'iyah. Beliau aktif mengajar di TPQ dan madin saat sore dan malam hari telah tiba.

Suaminya Pak Ghufron yang biasanya terjun langsung ke masyarakat. Beliau melakukan syiar-syiar agam islam ke masyarakat. Biasanya beliau yang menjadi imam shalat saat kewajiban menunaikan ibadah shalat telah tiba.

Keluarga Pak Ghufron dan Ibu Robitoh begitu sibuk untuk bisa memajukan dusunnya. Rumahnya biasanya sering didatangi oleh warga untuk mengurus berbagai keperluan. Sehingga rumahnya buka dua puluh empat jam. "Meskipun pintu rumah kami sudah ditutup, saya atau Pak Ghufron ada yang tidak tidur. Kami bergantian waktu tidur" tutur Ibu Rob.

Mengutip ucapan Dosen saya di UIN Sunan Ampel Surabaya. Beliau namanya adalah Pak Saerozi. Namun kini beliau sudah meninggal dunia. Beliau bercerita kalau semasa hidupnya pernah mengurusi panti asuhan anak-anak yatim. Dan juga pernah menjabat di pendidikan ma'arif Nahdlatul Ulama. Organisasi otonom NU yang mengurusi madrasah-madrasah (sekolah-sekolah islam).

Kata-kata almarhum Pak Saerozi yang selalu saya ingat adalah urusilah kehidupan orang lain. Maka Allah SWT yang akan mengatur dan memberikan kemudahan untuk segala urusan kehidupan kita. Semoga amal baik yang telah dilakukan oleh Pak Ghufron dan Ibu Robitoh sekeluarga untuk memajukan desanya bisa dicatat sebagai amal kebaikan beliau berdua selama hidup di dunia. Allah SWT bisa memberikan rezeki yang melimpah dan selalu diberikan kesehatan sekeluarga. Amin  

Mojokerto, 16-8-2018

Salam,
Eki Tirtana Zamzani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun