Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bahayakah Batuk yang Tak Kunjung Reda?

15 Agustus 2018   01:22 Diperbarui: 15 Agustus 2018   12:05 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
obatflekparutbc.blogspot.com

Waktu itu tahun 2016, saya baru pulang dari bimbel. Saya makan sate ayam bumbunya agak pedas. Sesampainya dirumah saya mengemil kacang kering. Pada beberapa minggu waktu itu memang saya terkena penyakit batuk. 

Batuk tersebut tidak reda-reda juga. Batuk tersebut memang begitu berbeda. Malam itu, batuk saya tidak selesai-selesai dan terasa seperti ada yang mengganjal di tenggorokan. Saya jadi kesulitan bernafas. Setelah itu muntah-muntah.

Lalu saya membangunkan kedua orang tua. Saya minta tolong kepada beliau berdua. Waktu itu saya dipeluk ayah saya. Mungkin cukup khawatir dengan kondisi kesehatanku. 

Akhirnya saya dibawa ke rumah sakit terdekat. Perjalanan menuju ke rumah sakit, batuk-batuk saya belum reda. Sesak nafas begitu terasa. Sepertinya saya butuh banyak oksigen. Di perjalanan tidak henti-hentinya kedua orang tua menyuruhku untuk menyebut asma Allah. Hanya mengharapkan pertolongan Allah SWT dan ada keajaiban.

Sampailah saya di rumah sakit Kamar Medika Kota Mojokerto. Saya langsung dibawa ke ruang unit gawat darurat (UGD). Saya di tidurkan di sebuah ruangan. Langsung di suruh menghirup oksigen yang ditutupkan kehidung. Perlahan-lahan sesak nafasku mulai mereda. 

Setelah keadaan mulai membaik. Dokter bertanya kepadaku. "Apakah anda mempunyai riwayat penyakit sesak nafas atau asma?" Saya menjawabnya tidak dok. Saya hanya sering terkena penyakit batuk yang tidak reda-reda. Lalu saya ceritakan kejadian diatas.

Dokter memberikan pilihan padaku waktu itu. Tetap di rumah sakit untuk rawat inap atau memilih obat jalan di rumah. Waktu itu kedua orang tuaku membebaskan pilihanku. Jika memang keadaanku tidak memungkinkan boleh rawat inap dirumah sakit.

Namun saya memlih obat jalan di rumah. Alasannya adalah karena pada pagi harinya saya harus membagikan raport semester ganjil di sekolah. "Jika saya harus rawat inap, siapa besok yang akan menggantikanku membagikan raport" gumamku dalam hati. Sebenarnya ada kakak sepupuku yang juga guru mengajar di sekolah yang sama. Namun pilihanku tetap memilih obat jalan di rumah.

Sesampainya di rumah orangtuaku memberikan saran. Kalau pulang jangan terlalu larut malam. Angin pada malam hari itu tidak baik untuk kesehatan. Jagalah kesehatanmu, jangan tidur pula terlalu malam. Sering-seringlah shalat tahajud (shalat malam). Begitu pesan kepada kedua orang tua kepadaku.

Saya langsung disuruh istirahat. Sebelumnya saya meminum obat batuk dan sesak nafas terlebih dahulu. Saya tidur dengan menindih bantal dengan posisi punggung agak bangun agar bisa bernafas dengan mudah. Namun saya tidak bisa tidur sampai pukul tiga pagi. 

Saya belum bisa tidur karena rasa nyeri di dada belum bisa hilang sepenuhnya. Perlahan-lahan bisa hilang akhirnya saya bisa tidur sekitar dua jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun