Pendidikan dasar adalah pembentukan kepribadian siswa. Pemerintah mewajibkan program belajar sembilan tahun. Agar tidak ada anak-anak di Indonesia yang buta huruf.
Pemerintah perlu mengadakan ujian sebagai instrumen untuk mengukur keberhasilan siswa dalam belajar. Hasil ujian yang baik menunjukkan keberhasilan dalam proses belajar-mengajar antara guru dan siswa didalam kelas.
Kejujuran dalam ujian lebih penting daripada hasil ujian yang baik tetapi tidak jujur. Kementerian pendidikan berusaha untuk menjaga hasil ujian agar asli dari kemampuan siswa sendiri. Pemerintah menetapkan kebijakan ujian nasional berbasis komputer jenjang SMP dan SMA. Selain itu ada beberapa daerah yang dijadikan percontohan ujian menggunakan komputer jenjang SD.Â
Ujian Sekolah Berstandard Nasional Berbasis Komputer (USBN-BK)
UNBK memang dapat menjaga keaslian hasil ujian. Karena meskipun soalnya sama tapi nomor  dan pilihan ganda yang diacak. Sehingga siswa akan kesulitan jika akan mencontek  temannya.
Dalam pelaksanaan USBN-BK tentu ada beberapa kendala. Mulai dari sekolah yang belum memiliki laboratorium komputer. Selain itu ada juga anak-anak yang masih belum bisa mengoperasikan komputer. Sehingga butuh bantuan dari pemerintah untuk pengadaan komputer bagi sekolah yang melaksanakan USBN-BK. Dan juga pelatihan bagi anak-anak untuk mengoperasikan komputer.
Penulis mendapatkan kepercayaan menjadi pengawas USBN-BK tingkat SD di Kota Mojokerto. Mulai hari ini Kamis (3/5), penulis mengawasi anak-anak kelas VI mengerjakan soal ujian di MI Hidayatulloh plus kota Mojokerto.
Tugas pengawas antara lain mengecek kesiapan komputer yang akan digunakan, membacakan tata tertib ujian, menulis daftar hadir peserta, dan membagikan lembar jawaban untuk soal uraian. Selain itu pengawas juga boleh membantu Proktor pada pengoperasian komputer.
Penulis bertemu dengan orang-orang baru disini. Mulai dari Kepala Sekolah Bapak Anshori, Proktor Saudara Zainuddin, dan Pak Qosim adalah salah satu guru yang ada disitu.
Sebelum mengawasi penulis disambut dengan baik oleh bapak kepala sekolah. Saya mengobrol dengan beliau sambil memakan kue yang disuguhkan. Rasanya seperti kekeluargaan. Saya merasa senang sekali karena begitu dihargai sebagai tamu disini.