Mohon tunggu...
EndaCh's Noer SuliztyaWatii
EndaCh's Noer SuliztyaWatii Mohon Tunggu... -

I'm not a perfect person.. \r\nhehehe..........

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Padatnya Penduduk Kota Daerah Istimewa Yogyakarta Mempengaruhi Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

17 Desember 2010   06:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:39 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di era sekarang ini, kota Yogyakarta semakin padat penduduknya. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kurang optimalnya Pendidikan Seks dan Program KB yang kurang tersosialisasikan serta masih banyaknya anggapan-anggapan bahwa "banyak anak, banyak rejeki". Tidak hanya itu, penduduk yang sangat padat di Kota Yogyakarta sekarang ini juga disebabkan oleh banyaknya para remaja yang melakukan pernikahan dini atau nikah muda, terlebih ada yang hamil di luar ikatan pernikahan, ini merupakan dampak dari kurang optimalnya Pendidikan seks bagi para remaja. Dan dampak yang lebih besar lagi adalah, wilayah Yogyakarta menjadi sempit karena berjejal-jejalan. Banyak tanah yang dibangun perumahan. Dan bayangkan saja, jika semua penduduk Yogyakarta yang sangat padat itu membangun perumahan. Banyak tanah yang digunakan untuk membangun perumahan. Akibatnya, jalan menjadi sempit.

Dan bagaimana jika jalan-jalan menjadi sempit dan penduduk semakin padat? Nah, ini yang menjadi persoalan akhir-akhir ini. Walaupun pemerintah sudah menjalankan kebijakan untuk pelebaran jalan, tetapi tetap saja jalan masih terasa sempit karena kota Yogyakarta ini sangat padat penduduknya. Jalan raya yang sempit, akan mengakibatkan kemacetan. Seperti pada kenyataannya, di titik-titik jalan tertentu terjadi kemacetan yang sangat panjang. Seperti contohnya di Jalan Tentara Pelajar dan daerah Wirobrajan. Terutama di lampu lalu lintas. Jika pagi hari, di titik-titik jalan tertentu bahkan hampir seluruh wilayah kota Yogyakarta terjadi kemacetan karena barengnya anak-anak berangkat ke sekolah dan para orang dewasa berangkat bekerja. Persoalan seperti ini akan menghambat anak untuk sampai ke sekolah. Entah itu terlambat atau pun resiko kecelakaan. Perjalanan dengan jarak 25 KM yang seharusnya bisa ditempuh dengan waktu 40 menit, bisa menjadi 50 menit bahkan bisa lebih lama lagi. Bagi anak yang masih bersekolah, akan merasa tergesa-gesa mengejar waktu supaya tidak terlambat. Begitu juga dengan orang-orang yang masuk kerja. Sehingga mereka cenderung ngebut, dan ini lah yang berpotensi terjadi kecelakaan. Tidak hanya itu, siswa yang terkena macet dijalan dan terlambat sampai ke sekolah akan terkena hukuman dari sekolah. Padahal keterlambatannya itu bukan kemauannya sendiri atau disengaja melainkan karena keadaan di jalan yang macet. Contoh lain adalah mahasiswa, terutama untuk mahasiswa yang tidak kost. Mereka berangkat dari rumah ke kampus pagi-pagi dan harus mengalami kemacetan. Terlebih lagi jika rumahnya lumayan jauh. Karena macet, mahasiswa tiba di kampus menjadi terlambat dan kadang jika dosennya galak mereka dianggap tidak hadir dan tidak boleh mengikuti perkuliahan. Kalaupun masih bisa mengikuti perkuliahan, pastinya tidak akan berkonsentrasi dengan kuliahnya karena nafas masih terengah-engah ditambah dengan perasaan tidak enak karena terlambat.

Di bangku perkuliahan seperti yang saya alami sekarang, dampak dari kemacetan ini sangat terasa. Hal ini nampak pada karyawan Universitas yang sering datang terlambat. Seharusnya karyawan datang lebih awal sebelum jam kuliah dimulai yakni pukul 6 untuk mempersiapkan peralatan dan perlengkapan kuliah tetapi malah terlambat dan tiba di kampus pukul setengah delapan. Padahal perkuliahan dimulai pukul tujuh. Sehingga yang terjadi adalah system perkuliahan yang kurang efektif, karena sarana belum dipersiapkan (ini merupakan tugas sebagai karyawan), seperti menyiapkan LCD untuk presentasi ataupun kunci pintu kelas yang belum dibuka. Bisa jadi mahasiswa dan Dosen datang lebih dulu daripada karyawan. Hal seperti ini yang menunda kegiatan belajar mengajar mahasiswa. Terkadang proses perkuliahan menjadi terlambat untuk dimulai dan waktu berakhirnya juga mundur beberapa menit atau tidak tepat waktu. Dan mahasiswa angkatan lainnya yang akan bergantian menggunakan kelas atau ruangan menjadi menunggu.

Situasi kemacetan yang terjadi di Yogyakarta seperti ini memang sangat terasa dan banyak orang yang mulai mengeluh akan kemacetan ini. Walaupun di setiap simpang tiga, simpang empat, maupun di lampu lalu lintas sudah dibantu oleh polisi, namun tetap saja macet. Hanya saja dengan adanya polisi, akan mempermudah penyeberangan dan mengatur lalu lintas. Tetapi jalan tetap penuh dengan kendaraan-kendaraan yang melintas dan arak-arakan.

Para pengguna jalan hanya pada siang dan malam saja yang tidak terkena macet. Karena pada waktu-waktu seperti itu tidak bersamaan dengan anak-anak berangkat sekolah dan orang dewasa berangkat bekerja. Tetapi di sore hari akan kembali terjadi kemacetan, walaupun tidak semacet pada pagi hari. Waktu sore para siswa/mahasiswa pulang dari sekolah/kampus dan orang-orang yang bekerja mulai bergegas pulang ke rumahnya.

Nah, menurut persoalan yang sudah diuraikan diatas yang merupakan persoalan yang terjadi pada akhir-akhir ini, bagaimanakah seharusnya Pemerintah Kota Yogyakarta menyikapi hal tersebut? Pelebaran jalan sudah dilakukan tetapi tetap saja hasilnya nihil . Yang ada justru para warga yang tidak mau rumah dan tanahnya digunakan untuk pelebaran jalan. Pendidikan seks dan Program KB juga belum optimal. Menghilangkan anggapan bahwa "banyak anak banyak rejeki" juga susah dihilangkan karena kota yang sangat akrab disebut dengan kota Gudeg dan kota Pelajar ini sangat kental dengan budayanya. Lalu bagaimanakah kebijakan dari pemerintah yang seharusnya digalakan untuk mengatasi kemacetan tersebut?

Sepertinya dibutuhkan Pendidikan Seks yang lebih optimal di setiap jenjang pendidikan, walaupun itu tidak harus secara formal. Dimulai dari lingkungan yang paling kecil sampai yang terbesar yakni keluarga, sekolah dan masyarakat. Mengapa diperlukan Pendidikan Seks? Karena untuk mengurangi resiko pernikahan dini maupun hamil di luar ikatan pernikahan. Yang dalam hal ini mengakibatkan semakin padatnya penduduk di Yogyakarta ini yang pada akhirnya menghambat kegiatan belajar mengajar karena macet yang tidak diimbangi dengan jalan yang luas. Selanjutnya, mungkin sebaiknya Pemerintah Kota Yogyakarta mengeluarkan kebijakan baru yang sama seperti peraturan yang sudah dijalankan di DKI Jakarta sejak beberapa waktu lalu yang mengatur tentang perubahan jam/waktu mulainya Proses KBM dan perubahan masuk jam kerja secara serentak di wilayah Kota Yogyakarta. Misalnya jam masuk anak sekolah menjadi lebih pagi dan jam masuk kerja agak siang sedikit, sehingga waktu mereka berangkat tidak bersamaan dan tidak terjadi kemacetan lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun