Aku tersadar dari bangunku. Melihat disekelilingku dan merasa tidak asing lagi dengan ruangan ini. Dan ternyata itu ruang UKS putri. Aku baru ingat kalau tadi aku terjatuh didepan kelas. Kepalaku pusing seperti ada yang membenturkanku didinding. Penglihatanku juga kabur dan hidungku mengeluarkan darah. Sudah satu bulan belakangan ini aku seperti ini. Aku ingin membicarakannya kepada ibuku tapi aku takut. Aku takut sakitku ini adalah penyakit yang berat dan akan menjadikan beban ibu. Aku tak mau melihat wajah cantik dan senyum manis ibu berubah menjadi sedih dan terbebani akan sakit ku ini.
"Kamu kenapa?Kamu sakit lagi?Kenapa kamu nggak cerita ke ibumu kalau kamu sakit?Apa aku yang menceritakannya kalau kamu sakit?" ucap Rian dengan nada khawatir. Lelaki yang sudah 2 tahun bersamaku. Lelaki yang aku cintai. Seseorang yang memberikanku kasih sayang seorang laki-laki setelah lama aku tak pernah merasakannya lagi dari kasih sayang almarhum ayahku.
"Aku nggak apa-apa Rian. Aku hanya kelelahan makanya aku seperti ini. Aku tak mau membebani ibuku lagi. Aku sudah banyak merepotkannya," ucapku dengan santai. Aku menahan sakit dikepalaku yang rasanya mau kubenturkan didinding saja.
***
Esoknya aku beranikan diri untuk memeriksakan ke dokter. Sebenarnya aku takut untuk menanyakan hal ini pada dokter. Lebih baik aku tak tau apa-apa daripada aku ketakutan jika ini adalah penyakit yang berbahaya. Beberapa menit aku menunggu dan tiba saatnya aku masuk keruang praktek dokter. Rasanya aku ingin pulang juga saat itu tapi rasa ingin tauku tentang sakitku ini menambah tinggi. Akhirnya aku memutuskan untuk masuk kedalam.
Syukurlah dokternya ramah. Dokter itu memeriksa ku dan menanyakan tentang keluhan yang kualami. Betapa kagetnya aku ketika dokter mevonis bahwa aku terkena kanker Nasopharyngeal Carcinoma. Aku tak mengerti tentang nama ilmiah yang disebutkan dokter itu. Dokter menjelaskan bahwa Nasopharyngeal carcinoma adalah kanker yang terjadi di nasofaring yang terletak di belakang hidung dan diatas bagian belakang tenggorokan. Dokter bilang untuk penyembuhannya aku harus di terapi radiasi, kemotherapi atau kombinasi keduanya.
Penyembuhan seperti itu pasti membutuhkan biaya banyak. Sedangkan ibuku hanya seorang diri mencari makan untukku dan sekolahku.
***
Sudah 3 bulan aku menyembunyikan hal ini dari ibu. Setiap hari aku harus berbohong padanya dan semua orang-orang. Sampai tiba akhirnya aku pingsan dan mengeluarkan darah banyak dari hidungku. Ibu kaget melihatku seperti ini. Ibu membawa aku kedokter dan akhirnya ibu tau semuanya. Ibu marah denganku karena aku tidak bilang kepada ibu.
"Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu sakit nak?" Ucap ibu lirih. Aku yang sedang tergeletak ditempat tidur merasa bersalah akan semuanya.
"Aku tidak mau sakit ku ini menjadikan beban untuk ibu. Aku tidak mau ibu susah payah mencari uang hanya untuk membiayai semua ini bu,"
"Kenapa kau tidak bunuh ibu saja?Bunuh ibu nak!" Aku tersentak akan ucapan ibu. "Ibu mencari uang hanya untuk membiayai sekoahmu dan kebahagiaan mu. Orang yang satu-satunya ibu sayangi hanya kamu nak. Sekarang untuk apa ibu hidup jika kamu tidak pernah mengatakan sejujurnya tentang sakit mu ini?" Air mata Ibu perlahan mengalir. Ibu menangis karena aku. Aku merasa bersalah. Aku sakit melihat ibuku berbicara seperti itu. Tuhan,betapa berdosanya aku ini. Aku telah membohongi ibuku sendiri dan sekarang membuatnya menangis dan marah karenaku.
***