Mohon tunggu...
Logika Eman
Logika Eman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Percaya berawal dari masuk masuk akal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pacarku Hantu

1 Februari 2015   17:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:00 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

@KIsah_Pribadi !!

Disuatu tempat jauh dari perkotaan hiduplah sebuah keluarga yang sederhana, dimana keluarga ini terdiri dari, Ibu, tiga saudara kandung yaitu kakak laki-laki (Adi), dan dua saudara kembar yaitu kakak perempuan (litha), dan adik perempuan (ritha). Mereka hidup tanpa seorang ayah, jadi ibu harus merangkap jadi kepala keluarga dan Adi sebagai kakak tertua dapat menjadi pemimpin keluarga membantu ibu dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Litha dan Ritha adalah saudara kembar dimana usia mereka hanya berbeda lima menit, mereka lahir ditahun yang sama, bulan yang sama, hari yang sama dan jam yang sama. Meskipun hidup mereka kadang-kadang kekurangan tetapi mereka tetap semangat dalam menjalani hidup, asal selalu bersama dengan keluarga.

Kebetulan pada saat itu aku juga berada disana, jadi aku selalu melihat apapun yang mereka lakukan dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan mereka, Adi sebagai petani yang membantu ibu yang setiap kali pergi ke ladang untuk berkebun, dan hasil dari perkebunannya mereka jual dan berharap dari hasil perkebunannya dapat memnuhi kebutuhan hidup mereka. kemudian litha yang sehari-hari menjual makanan ringan (kue) ke penduduk sekitar untuk membantu melengkapi kebutuhan mereka, dan yang paling kecil ritha menjaga rumah, menyiapkan makan untuk ibu dan kakak-kakaknya bila sudah pulang bekerja.

Aku yang memperhatikan kerajinan dan ketekunan mereka membuat aku terharu, sehingga aku pada saat itu mulai mendekati keluarga itu dan tak disadari ntah dari mana timbullah sebuah perasaan bahagia saat aku dengan mereka, rasa itu terus berlanjut. Hubungan aku dengan keluarga itu semakin dekat, semakin akrab, sehingga akupun mulai menyukai salah satu adik dari Adi, ternyata aku telah jatuh cinta kepada litha.

Setiap hari aku menemaninya keliling ke kampung-kampung untuk membantunya berjualan, hingga panaspun tak terasa. Kami bercanda tawa, bermain sangat bahagia hingga jualan habispun tak terasa, kami berharap apa yang kami jual akan lebih lama habis agar kami bisa bersama lebih lama. Esoknyapun kami membuat kue lebih banyak berharap kue-kue itu akan habis dengan waktu cukup lama, tapi karena rasa kebahagiaan kami yang begitu membara semuanya terasa singkat. Dari sini dapat aku katakan bahwa aku dengan litha saling mencintai.

Aku dan Lithapun tak lama kemudian telah menjalin hubungan khusus yaitu sebagai pasangan kekasih yang bahagia, tak lama kemudian semua kelurganya mengetahui bahwa aku dan Litha telah menjadi sepasang kekasih, aku sangat malu. Aku juga sangat khawatir bagimana jikalau keluarga Litha tidak menyukaiku dan pada akhirnya keluarga Litha tidak merestui hubungan kami.

Namun itu hanyalah hayalan kami, tidak diduga ibu dari keluarga Litha ternyata sangat menyukaiku, bukan hanya ibunya tetapi semua dari saudara-saudara Lithapun menyukai kehadiranku dikeluarga mereka. Setelah kami tahu bahwa hubungan kami dapat restu dari orang tua Litha, kami semakin mempererat hubungan kami, sehingga suatu hari kami pun merencanakan suatu pernikahan.

Kemudian rencana kami, kami ceritakan kepada keluarga Litha, keluraga Litha bilang, ya itu terserah kalian saja yang penting kalian bisa hidup bersama dan kalian bahagia jika hidup bersama ibu tidak bisa melarang, mungkin juga sudah waktunya buat Litha menikah karena sekarang usia Litha sudah masuk ke sembilan belas tahun, ungkap ibu Litha. Dan pada saat itu usiaku sendiri telah memasuki usia dua puluh satu tahun dimana usiaku dengan litha hanya berbeda tiga tahun, serasi bukan ??

Disaat menjelang pernikahan kami yang semakin dekat, musibah menimpa kelurga Litha. Sebuah kebakaran terjadi di dalam rumah yang sederhana itu, tak lepas dari korban. Salah satu keluarga Litha meninggal dalam kebakaran itu. Ibu, Adi, dan Ritha selamat dalam kebakaran itu tetapi Litha tak dapat selamat dari kebakaran itu. Semua keluarganya sangat sedih, bahkan Ritha jatuh pingsan dipelukan ibunya melihat kakaknya Litha yang tak selamat dari kebakaran itu.

Bukan hanya mereka yang mengalami kesedihan yang begitu menyesakkan dalam hati,  tetapi aku, setelah aku tahu kejadian itu aku sangat terpukul, aku berlari ke rumahnya melihat kejadian itu, rumah itu dan kekasihku Litha terbakar didepan mataku sendiri. Air mata yang bertahun tidak pernah keluar kini tak bisa kutahan, air mataku keluar beitu deras, aku tidak bisa menerima semua kejadian itu, aku berteriak, menyebut nama Tuhan!! Aku marah pada Tuhan yang aku rasakan pada saat itu Tuhan tidak adil, Tuhan merenggut semuanya, Tuhan mengambil semua kebahagiaanku dan aku sampai berkata “aku berkata aku benci Tuhan”.

Orang-orang di sekitarku terus merayuku, menghiburku, memberitahuku atau menasehatiku bahwa apa yang aku katakan adalah salah begitu pula dengan keluarga Litha terus menasahetiku, terutama ibu Litha, dia berkata “sabar nak, kami juga tidak ingin semua ini terjadi tetapi apa daya Tuhan berencana lain, kita tidak boleh menyalahkannya, karena ini mungkin adalah jalan yang terbaik bagi keluarga kita”, ibu Litha memelukku, serta Adi dan Ritha ikut memelukku.

Setelah kebakaran terjadi, semua penduduk didesa itu bergotong royong untuk membantu keluarga litha dalam membangun rumah yang sederhana untuk mereka tempati, sementara rumah belum jadi mereka tinggal di rumah tetangga. Setelah rumah mereka jadi barulah mereka pindah kembali ke rumah mereka.

Tak lama, akibat kerja keras para penduduk yang saling tolong menolong  dan kebersamaan gotong royong rumah keluarga Lithapun telah berdiri kembali meskipun rumah itu tak sebagus seperti bentuk semula, namun mereka tetap bersyukur. Kini mereka memulai hidup dari awal, membangun keluarga yang baru, membuka lembaran baru, hidup tanpa Litha meski kenangan bersama Litha yang mereka lalui masih bersama mereka.

Tak lama setelah kajadian itu berlalu, kejadian aneh terajadi pada Ritha. Saat aku pergi kerumah Ritha, ibunya menasehatiku. Kami berbicara bagaimana perasaanku terhadap almarhum Litha, apakah perasaanku masih ada atau sudah hilang pada Litha. Sempat ia menasehatiku, karena orang mati tidak mungkin hidup kembali maka ia menasehatiku agar aku melanjutkan hubunganku bersama Ritha.

Namun keputusan yang harus disetujui bersama tidaklah semudah apa yang sudah kita rencanakan, meskipun aku dan ibu Ritha telah setuju lalu bagaimana dengan Ritha yang telah memiliki kekasih. Apakah Ritha harus mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya demi aku, aku rasa ini ga mungkin dan aku ga mungkin melakukannya. Terutama saat aku berfikir bagaimana kalau mereka saling mencintai, dan aku tahu rasanya bagaimana saat kita kehilangan orang yang kita cintai.

Namun setelah kami berkumpul bersama dan membicarakan tentang hal ini tidak diduga bahwa Ritha setuju dengan keputusan yang kami ambil. Ritha berkata, bahwa sesungguhnya ia tidak mencintai pasangannya, begitu pula pasangannya. Kekasihnya itu tidak sungguh-sungguh mencintainya namun hanya menginginkan kepuasan saja dalam berpacaran.

Aku dan Rithapun menjalani sebuah hubungan selayaknya aku dan Litha dulu sewaktu ia masih hidup, walaupun aku masih belum bisa mencintai Ritha sepenuhnya tetapi aku selalu berusaha untuk mencintainya, karena wajah merekapun sama. Ini yang membuat aku sedikit bingung, terkadang aku berfikir bahwa aku lagi bersama Litha tetapi terkadang pula aku sadar bahwa ia bukan Litha. Namun agar aku dapat mencintai sepenuhnya aku selalu membayangkan bahwa aku lagi bersama Litha.

Tetapi saat aku menjalin hubungan bersama Ritha, aku semakin tidak bisa melupakan Litha bersama kenangan-kenangan indah bersama Litha, pada saat itu yang aku rasakan bukan hanya wajah yang mirip tetapi dari cara berbicara, tingkahlaku semuanya menyamai karakter dari Litha. Tak diduka ternyata kejadian aneh itu yang membuat ini terjadi.

Hari demi hari terus berlalu, bukan hanya aku yang merasakan keanehan pada diri Ritha, tetapi ibu serta Adipun merasakan keanehan itu. Kami mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Ritha, setelah kami cari tahu karena kebetulan ibu dari keluarga Ritha merupakan orang pintar jadi dengan ilmu-ilmu ghaib ibu Ritha mencari tahu tentang semua yang terjadi.

Akhirnya semuanya terjawab, mengapa Ritha rela berpisah dari kekasihnya, mengapa Ritha berperilaku, berbicara dan semuanya menyamai perilaku dan gaya bicara almarhum Litha, mengapa Ritha merasakan kebahagiaan yang sama saat Ritha bersamaku. Hal ini terjadi menurut ibu Ritha karena memang benar kejadian aneh itu yang membuat ini terjadi, Litha yang telah meninggal dalam kebakaran itu ternyata telah merasuki adiknya.

Aku tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi, mungkin karena cinta, cinta yang membuat ia bangkit, cinta yang membuat ia hidup kembali, atau Tuhan yang memberikan kami kesempatan untuk bisa bersama kembali, atau mungkin ini sudah takdir atau ini hanya kebetulan. Terserah kalian mau menganggap hal ini apa, mitos, dongeng, mimpi, khayalan terserah pada Anda, namun inilah kenyataanya, ia hidup kembali ada pada diri Ritha, melalui tubuh Ritha.

Tidak aku sangka bahwa aku sedang berpacaran dengan hantu atau manusia setengah hantu anggap saja begitu. Dengan adanya Litha dalam tubuh Ritha terkadang Ritha dapat berbuat apa saja bahkan ia mampu mengalah kemampuan laki-laki jika ia mau, dan pada saat itu ia membunuh kekasihnya sendiri, dan hal ini diketahui oleh ibunya, ibunya mulai tak menyukai kehadiran Litha dalam tubuh Ritha, sering dibujuk oleh ibunya bahwa Litha harus meninggalkan tubuh Ritha, tetapi Litha tetap menolak.

Berbagai cara telah ibu lakukan untuk mengusir ataupun melenyapkan Litha dari tubuh Ritha namun usaha itu hanya sia-sia, kemudian ibu menanyakan hal ini kepada orang yang lebih berilmu tinggi bagaimana agar Litha bisa pergi atau dimusnahkan dari tubuh Ritha. Namun ibu sangat kecewa dalam kegembiraannya, karena ia hanya menemukan satu cara untuk mengusir Litha dalam tubuh Ritha yaitu dengan cara membunuh Ritha, maka Litha akan ikut mati bersama Ritha.

Kesedihan menimpa kembali keluarga yang sederhana ini, kami bingung akan mengambil keputusan apa, apakah kami akan membunuhnya, namun apa daya kami tidak ingin kehilangan Ritha. Namun setelah aku tahu kejadian ini aku malah menghindari Ritha, apalagi setelah aku tahu bahwa Ritha membunuh kekasihnya karena sewaktu pacaran Ritha telah ditiduri oleh kekasihnya. Hubungan ini semakin rumit, namun Ritha tetap tidak mau bila berpisah denganku, ia menangis disaat aku tidak mau lagi bersamanya.

Selama tiga hari hal ini terus berlanjut, Ritha terus memohon kepadaku agar aku tidak meninggalkannya, dia berjanji akan melakukan apa saja untukku asal aku tidak meninggalkannya. Aku mulai jenuh dengan tingkahnya, aku pergi kerumahnya menemui ibunya. Bertanya apa yang harus kita lakukan. Setalah dipikir-pikir oleh keluarga, ibu bilang tidak ada jalan lain, kami merencanakan untuk membunuhnya.

Ritha yang melihat aku di rumahnya sangat bahagia karena dia menganggap bahwa aku ke rumahnya untuknya, tetapi bukan. Aku akan membunuhnya. Kami berjalan disekitar rumah, di belakang rumah terdapat sumur dimana itu tempat pemandian atau tempat mereka mencuci pakaian. Aku dan ibu merencanakan memasukannya kedalam sumur itu.

Kamipun berjalan mendekati sumur itu, sambil aku berpura-pura masih menyayanginya, dalam perjalanan itu sempat Ritha mengatakan “saat kamu bilang bahwa kamu udah ga mau bersamaku, aku udah berniat untuk membunuhmu, tapi untung saja saat ini kamu datang kembali, menemuiku dan untukku”. Dia akan membunuhku jika aku sudah tak mau lagi bersamanya, dia tidak rela aku bersama orang lain, dari pada aku hidup bersama orang lain, lebih baik dia membunuhku dan aku ikut mati bersamanya.

Setelah disumur aku mengangkatnya, tak sadar ia bahwa aku akan melemparnya ke sumur, kemudian aku memasukannya ke sumur. Sumur itu sangat dangkal, penuh dengan air sehingga tidak memerlukan penimba air untuk mengambil airnya, oleh karena itu sumur kami tutup agar ia tidak bisa keluar dari sumur itu. Namun dari dalam sumur kami mendengar suaranya:

Ritha : Sayang kamu udah ga mencintaiku lagi, kamu mau membunuhku, padahal aku sangat sayang dan mencintai kamu tapi kamu malah mau mebunuhku, dan ibu juga ga sayang lagi sama aku. (mendengar suara itu, hatiku tersentuh dan aku berniat menolongnya dan mengangkatnya dari sumur, namun ibunya mencegahku).

Ibu    : Nak, biarkan saja. Sebenarnya dia bukan Litha seperti yang kamu kenal dulu, dia sudah mati nak.

Aku   : Tapi, bu. Bagaimana dengan Ritha, Ritha masih hidup bu kita harus menolongnya.

Ibu    : Sudahlah nak, kuatkan hati kamu. Lupakan semuanya. (ritha menangis)

Ritha : Kenapa kalian begitu tega ingin membunuhku, apa salahku. Aku disini hanya ingin bertemu dengan orang aku cintai, beri aku kesempatan. Sayang tolong aku, aku ga bisa bernafas, sayang !! (Tidak tahan aku mendengar perkataan itu aku langsung menolongnya dan mengangkatnya dari sumur, aku memeluknya).

Aku   : Maafkan aku, aku emncintaimu.

Ritha : ya, jangan pernah tinggalin aku lagi, hanya kamu yang aku miliki sekarang.

Namun ibu tetap saja tidak menyukai hubungan ini berlanjut, sering aku merayu ibunya untuk bisa menerima kehadiran Litha yang bersemayam di tubuh Ritha tetapi tetap saja ibu tidak mengizinkan. Tiga hari Ritha tidak ada kabar saat mengetahui ibu tidak menyukainya dan ibu berniat membununya, ia pergi dari rumah tanpa sepengetahuan ibu ataupun aku. Aku yang begitu mulai menerima kehadirannya telah mulai mencintainya kembali dan akan menerima apa adanya dan apapun yang akan terjadi nanti.

Saat kepergiannya aku mulai terpukul aku merasakan kehilangan dirinya dan aku merasa aku tidak bisa jauh darinya itu karena aku menyayanginya. Namun Ritha yang Mengetahui semua itu Ritha sangat marah dan pergi secara diam-diam dan selama tiga hari ritha tidak bisa menahan rasa kesalnya oleh karena itu ia melempiaskan rasa marahnya kepada setiap penduduk, dengan membawa parang ia melukai para penduduk bahkan ia sampai mebunuh para penduduk.

Salah satu penduduk melaporkan kepada kami bahwa Ritha sedang mengamuk di salah satu tempat, maka kami langsung pergi dimana tempat Ritha mengamuk, tidak ada yang bisa menghentikannya. Siapapun yang mendekatinya untuk mencegahnya maka ia akan membunuhnya, semua penduduk sangat ketakutan melihat kejadian itu. Pada saat itu setelah kami datang kami melihat wujud Ritha seperti Litha dimana kulitnya berubah seperti kulit yang telah terbakar, wajah yang begitu hangus yang tak dapat dikenali, tetapi satu yang aku tahu dia tetap Litha, seseorang yang pernah aku cintai dan sampai saat ini aku masih mencintainya.

Cinta membuatku buta, besarnya cintaku kepada Litha membuat aku lemah dan tak berdaya, meskipun rupanya yang begitu menyeramkan aku tetap mencintainya dan jika diizin untuk bisa bersamanya aku akan menerimanya bagaimanapun rupanya, namun itu tidak mungkin karena ia telah mati. Secara perlahan aku mendekatinya dan mencoba menghentikannya.

Aku       : Sayang aku datang untukmu, sayang dengarkan aku, apa kamu masih ingat aku? (dia mendekati dengan membawa senjata tajam itu, dan ia tidak berkata apa-apa, dia hanya menatapku).

Ritha/litha :  . . . ? (dengan gugup aku berkata)

Aku       : Sayang, sayang sadarlah. Apakah kamu akan membunuhku. (setelah ia dekat denganku dan berniat membunuhku tetapi ia masih mampu menahan diri untuk membunuhku, ia semakin lemah dan tak berdaya, sehingga ia jatuh dalam pelukanku, aku memeluknya hingga ia berubah wujud kembali seperti Ritha. Dalam pangkuanku ia tertidur dan lemah hanya bisa berbicara).

Ritha      : Terimakasih sayang, karena kamu sudah menerima aku apa adanya dan masih mau mencintaiku seperti dulu, aku ingin kita selalu bersama.

Aku       : Ia sayang. ( Adi memanggilku dan membawaku pergi untuk menemui ibu.

Ibu         : Nak, ibu harap kamu bisa mengerti. Bagaimanapun Litha sudah tidak ada ibu harap kamu bisa melupakannya, biarlah dia pergi, ikhlaskanlah dia, agar dia bisa tenag disana.

Aku       : Tapi bu, aku sangat mencintainya dan bagaimana dengan Ritha apakah kita akan kehilangan Ritha juga.

Adi        : Bro, ini sudah menjadi takdir kita. Aku harap kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dari Litha ataupun Ritha. Sekarang saat kita berdoa agar mereka bisa diterima di sisi Allah Swt. (Ibu menyuruh aku yang membunuhnya dengan memberikanku senjata tajam berupa keris kecil yang telah dibacakan mantra-mantra, tetapi aku tidak sanggup melakukan itu semua, aku tidak sanggup).

Aku       : Aku ga sanggup bu, aku ga sanggup melakukannya.

Ibu         : Kalau kamu ga sanggup biar ibu sendiri yang melakukannya. (aku meminta waktu semenit kepada ibu untuk berbicara sebentar kepada Ritha sebelum aku kehilangan dia selamannya.)

Aku       : Sayang aku mencintaimu ( sambil aku memeluknya dengan erat , serta meneteskan air mata dan jika diizinkan aku tak akan melepaskannya).

Ritha      : Aku juga mencintaimu. ( Namun ibu, selesai aku memeluknya ia langsung menusukinya ke tubuh Ritha menggunakan senjata tajam itu, sehingga Ritha menjerit kesakitan).

Aku tidak tahan melihat itu, aku membalikkan badan dan perlahan melangkah untuk menjauhinya, mencoba tidak mendengar jeritannya, mencoba tidak merasakan apa yang dirasakannya, mencoba tidak tahu apa yang terjadi, mencoba tidak peduli, tetapi aku tidak bisa, aku terlalu mencintainya, cinta yang yang menhgalangi aku untuk membunuhnya namun saat aku ingin menolongnya kembali Adi mencegahku, ia memelukku, memegang ku agar aku tidak menolong Ritha. Akhirnya Lithapun musnah dan rithapun meninggal bersama Litha.

Kami semua sangat terpukul dan merasa kehilangan, namun inilah jalan hidup kami. Kini kami membuka hidup baru, lembaran yang baru, berusaha hidup tegar tanpa meraka (Litha-Ritha), meskipun meraka sudah tiada tapi kami percaya mereka masih bersama kami, dalam hati kami, kami akan terus mengingat mereka. Namun kehilangan Litha merupakan suatu kesalahan dan penyesalan terbesar dalam hidupku namun mengenal Litha adalah anugrah yang besar yang diberikan Tuhan untukku karena bersama Litha aku mengerti apa itu cinta sejati yang sebenarnya. Akibat kesedihanku kehilangan orang yang aku cintai membuat  tangsiku tak terhenti , air mata yang mengalir ini membasahi pipiku sehingga aku terbagun dari tudurku, ternyata aku sedang bermimpi, aku tersadar ternyata ini sebuah mimpi. Hanya ini yang dapat saya ceritkan, semoga Anda terhibur oleh kisah ini akhir kata sekian dan terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun