Mohon tunggu...
Vema Syafei
Vema Syafei Mohon Tunggu... profesional -

Grow up, move on, stop holding grudges, forgive, forget, and live in the moment with eyes on my future

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bawa Aku Lari

14 Februari 2012   05:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:41 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karya kolaborasi dengan Christie Damayanti ____________________________________ Tak terasa sudah 6 tahun sejak hati kami saling berpagut. Aku dan Doddy... Doddy adalah Direktur Operasional di kantor ini. Sosoknya yang dingin, dengan kata-kata yang selalu tegas dalam menyampaikan kalimat-kalimatnya, dan sangat detail dalam pekerjaannya, dan satu hal yang membuatku dan banyak karyawan menyukainya adalah dia selalu mengapresiasi pekerjaan-pekerjaan se-sepele apapun itu. Sehingga mampu memotivasi para karyawan. Aku ingat pertama kali aku bekerja di kantor ini. Pikiranku melayang ke enam tahun yang lalu… saat itu sudah jam 12 siang.. aku yang baru beberapa hari mulai bekerja, belum selesai membuat risalah rapat untuk meeting General Manager sore ini.. Ah, tapi perutku sudah sedikit sakit, maag-ku kambuh sejak kemarin.. Bergegas, aku keluar dari ruangan ketika para office boy juga tidak nampak batang hidungnya satu pun. Ya, aku mengerti, mereka juga butuh istirahat, kan?

Sambil memasukkan dompet dan BB-ku ke saku rok, memakai sepatu, aku bergegas menuju lift untuk mencari makan. Sudah sepi… semua sudah turun, ini memang jam makan siang.. aku memeriksa letak rambutku di pintu lift sambil berdendang kecil….. dum di dum di dumm….. sambil pula aku memikirkan apa yang aku mau makan.. Tiba-tiba, pundakku ditepuk… aku sedikit melonjak dan kaget..! Hei, kan sudah tidak ada siapa-siapa di kantor ini? Aku menolehkan kepalaku dengan berdebar… astagaaaaa…!

“Pak Doddy…. em.., selamat siang pak.. kaget saya..!" "Oh, sorry.. aku mengagetkanmu..." "Koq baru mau turun? Bukannya bapak tadi mau ‘lunch meeting’ dengan Konsultan  dari Australia itu?” tanyaku. Pak Doddy hanya tersenyum, ketika aku salah tingkah karena tertangkap basah sedang mematut-matut rambut dan gayaku di depan pintu lift. Pintu lift terbuka, kami masuk ke dalamnya namun masing-masing berdiam diri tanpa ada percakapan. Dia seperti melamun, tetapi matanya menatapku, sehingga aku menjadi risih. Dengan salah tingkah, aku berdendang kecil. Sejak itu Pak Doddy kerap beberapa kali membawakan makan siang untukku disela-sela tumpukan pekerjaan yang harus aku selesaikan. Pak Doddy adalah seorang duda. Istrinya telah meninggal 10 tahun yang lalu akibat kanker rahim yang menggerogoti tubuhnya. Padahal waktu itu pernikahannya baru berjalan selama satu tahun. 'Pukulan' berat itu membuat pak Doddy sulit menemukan kembali orang yang tepat untuk mendampinginya sebagai istri... Ah, Tuhan... ini serasa mimpi untukku.. apakah ini nyata...? Pada awalnya aku berpikir, tak mungkin seorang Direktur Operasional mau denganku.... Aku adalah seorang yatim piatu, yang dibuang oleh kedua orang tuaku di halaman sebuah kompleks pelacuran di lingkungan kumuh tempat tinggalku sekarang. Hmmm….. sejak dulu, aku tidak mengenal siapa ibu kandungku. Tapi aku menganggap bahwa para pekerja seks komersial itu semua sebagai ibuku… Buatku, mereka adalah wanita-wanita yang sangat baik. Wanita-wanita yang mulia hatinya, yang mau mengorbankan hidupnya demi orang-orang yang dicintainya. Mereka pulalah yang mendidik aku untuk menjadi seorang wanita yang mandiri, mengasihi sesama serta berjuang untuk masa depan. Hhhhhhh ….. sayang, mereka menjadi protektif dalam kehidupannya karena masyarakat selalu mengadili mereka ….. Aku keluar dari lingkungan itu sesaat aku lulus SMA. Lingkungan itu tidak baik untukku dan dari bisik-bisik yang lalu lalang di telingaku, aku adalah anak seorang pelacur…. Aku sebenarnya sedih mendengar ini, tetapi masyarakat munafik itu selalu mengadili kami, dan aku tidak mampu melawan mereka… aku bertekad untuk kembali lagi ke tempat semua ‘ibu’ku dan aku akan membawa mereka keluar dari 'kubangan lumpur....

Haruskah aku berterus terang akan latar belakangku ini...

di saat aku telah sungguh-sungguh mencintaimu sepenuh hati...

Bisakah kamu melihatku utuh...

Karena hanya engkaulah yang mampu membawaku 'lari' dari masa laluku

Katakanlah cintamu benar... dan bawa aku lari ke duniamu....

*****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun