Lagi buka folder nemu beberapa tulisan yang udah ane sortir “gak bagus” mungkin, tapi pingin share saja. Cekitdot….jangka waktu tulisan ini antara tahun 2011 dan 2012…NB:tema tulisan tidak mengarah ada satu topic, ini hanya sebuah kumpulan.
Sumpah kosong
Inspirasi memudar
Semua hitam menamparku tanpa peduli akan kesakitan
Entah itu apa yang ramai terbahak-bahak tanpa beban
Entah apa itu yang seolah berjalan diatas angin
Bosan menatap mata yang sama
Malu tapi punya mau
Ingin tapi sembunyi
Mati sajalah dan berganti dengan nyanyian-nyanian surgawi baru
Coba tengok dan baru rasakan itu sebuah belati menusuk jantungmu sendiri.
****
“Inilah aku yang berdiri tegak di hadapanmu
Inilah aku yang selalu memandangmu dari bawah sebagi pelayanmu
Inilah aku yang selalu meneteskan peluh ketika harus menghormatimu
Inilah aku yang berharap kau tetap diatas sana,dengan congkak tapi tesisih
Inilah aku yang seolah berlindung tapi sebenarnya melindung
Tolonglah tunjukankita besar
Kalau asli punya kita harta
Tak usah malu,aku ini pelayanmu yang sepertinya setia
Jadi tolong beri tahu dunia.”
****
Surat untuk bapak menteri.
pak ,kemarin baru kulambaikan tanganku kepada pesawat yg membawa Anda diatas langit
Yang membelah awan dan memecah angin.
Pak ,baru kemarin saya memajang foto bapak di dinding saya yang bolong,supaya tikus-tikus kecil itu tidak masuk dalam kamarku.
Baru kemarin juga kulihat ibukuyang kuli panggul memakai baju yang ada fotonya,lucu,besar tapi gagah dan berwibawa.
Kupandangi terus itu baju,kuamati ter yata itu gambar bapak.
Setiap hari tak lupa sekalipun saya memandang dan memberi hormat
Sebab kata ibu guru,”kalian harus hormat dengan orang-orang yang memperjuangkan kehidupan KALIAN”.
Sambil berharap bapak memberi sedikit senyum serta keajaiban agar ayahku bisa dikembalikan dari ganasnya laut dan ibuku diangkat jadi pembantu rumah tangga bapak.
Aku pasti sangat senang,adikku yang sekarat dan tanpa pengobatan pasti akan langsung berdiri dan sehat kembali, karena mendengar ibunya diangkat jadi orang penting bapak.
Karena kata ibu guruku,”menjadi kaki tangan orang penting itu jabatan terhormat”.
Tapi aku kecewa pak,mengapa di pagi hari yang sedikit mendung tadi,bapak pergi dari dunia ini.
Gudang uang bapak,yang bapak tampung dalam berangkas besar, bapak tinggalkan begitu saja.
Baru saja ibuku mau jadi pembantu bapak,mengapa bapak harus pergi.
Bapak masih punya janji sama KAMI bahwa akan merubah kehidupan KAMI,
Katanya kami bisa kaya? Tapi kapan?Oh aku tahu ,bapak pasti mau menampung banyak uang dulu,baru nanti dibagi-bagikan kepada KAMI.
TERIMA KASIH PAK.
Tapi? Bapak kan sudah mati, terus siapa yang akan membantu KAMI jadi kaya?
Oh mungkin,orang-orang yang berpakaian jas mengkilat serta ibu-ibu yang memakai sepatu tinggi, yang melayat kerumah bapak itulah yang akan membantu KAMI.
Aku tahu sekarang,terima kasih bapak atas kebaikannya..selamat jalan.
ELIN PRATIWI
SBY,05-04-2011
“Aku Ini Orang Hitam
Yang tak mengerti akan kuasa
Aku ini orang dari keburaman
Yang mencoba menerka arah tanpa kebrutalan.
Bukan duri yang mau terinjak oleh kaki
Tanpa alas
Bukan pula kapuk lembut
yang menerbangkan diri diatas imaji.
Ini hanya aku yang hitam,
Yang tak mengerti akan kuasa
Hanya aku
Yang buram yang menerka arah tanpa kebrutalan.
Biar tangan ini mengaduk lumpur
Lalu tubuh ikut-ikutan terkubur,
Safir yang menawan
Buta dipandangan.
Dan aku,
Tetap orang hitam yang tak mengerti
Akan kuasa yang berprasangka.”
***
“setiap sorot dalam kecilnya indera
Berbalut keindahan yang menabirkan makna
Ini ada satu objek saja yang diterka, menguap dengan satu titik mata”
Elin pratiwi September 2011
“Ini adalah pagi ketika asap mengepul diantara jemari
Mana tahan nafsu dengan lipstick merah meranting
Balutan kaki dengan lumpur sedengkul
Dada kembang kempis merekah bagai buah apel.
Ini pasti enak dicicipi,
Ini pasti nikmat dilayani
Berapa mau yang diberi,berapa mau yang harus dihargai
Punggungmu itu bungkuk karena beban seberat rumahmu
Matamu kering namun tak penah hitam
Tanganmu halus namun mengkerut
Nasib kaumku.”
Bodohnya sang.
Ketika hening mengikat ramai
Aku bagai mati diantara nafas
Congkaknya mereka tertawa, senyumnya itu basi
Cerdiknya gumpalan halus isi tempurung
Terbolak balik seperti dadar
Ini kaki masih diantara mereka yang ramai
Masih diantara mereka yang berdebat
Masih diantara mereka yang berpura-pura
Aku akan habis, habiskarena diamku
Elin pratiwi 20 januari 2012. ’12:40
Jangan menatap langit yang masih biru kekuningan
Jangan pula menatap lagit yang putih tak berbintik
Keadaan masih gelap ketika harus bangun mengangkat kaki
Burung masih mendekap anaknya dalam sangkar karna dingin tak mau beranjak
Lalu apa yang dipersulit?
Lalu apa yang dipikir?
Kembalilah keperaduan yang nyaman
Kemudian terbang bagai nyawa yang tak bertuan
Masih ada banyak api yang menghangatkan
Masih banyak selimut yang menutupi.
20 januari 2012
Diam angin tak bergerak
Diam sunyi hingga tak ada suara terdengar
Diam hingga dingin menyerbu kedalam sumsum tulang
Diam menjadi kata yang mulai menakutkan
Jadi apakah kita ini
Melawan dan memberontak
Jadi apakah kita ini? para penguasa
Telah berteriak hingga layaknya anjing tak makan
Tatap aku pak,tatap aku buk
Ini tanganku ,tolong potong
Ini kakiku,tolong buntungkan
Inikepalaku tolong penggal
Sudah cukup hari ini sunyi
Sudah cukup hari ini pesta
Sudah cukup kau berlayar di antartika
Sekarang kembalilah,lihat aku yang lelah untuk mempertahankan sepetak tanah.
Elin pratiwi
Lamongan,5 desember 2010
“Menulis adalah ketika apa yang ada diotakmu tersalurkan dengan rapi, saya adalah orang yang tertutup namun ketika menulis saya adalah saya yang apa adanya.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H